January 24, 2025
Bijak Menyikapi Informasi BPA dari Medsos hingga Grup WhatsApp

Bijak Menyikapi Informasi BPA dari Medsos hingga Grup WhatsApp

0 0
Read Time:3 Minute, 38 Second

Jakarta, harfam.co.id – Rumor bahaya bisphenol A (BPA) dalam liter air minum belakangan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Klaim yang berlebihan bahwa BPA dapat larut dari galon plastik ke dalam air dan menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia sering terdengar di berbagai jejaring sosial, berita, atau grup WhatsApp. Berikut beberapa penjelasan menarik dari para ahli: BPA dan Galon BPA (Bisphenol A) merupakan senyawa kimia yang sering digunakan dalam pembuatan plastik, terutama pada produk berbahan dasar polikarbonat seperti: B. Botol minuman, termasuk galon air. BPA memungkinkan kekuatan plastik menjadi lebih transparan. Perlu diketahui bahwa BPA digunakan dalam jumlah kecil per galon dan berada di bawah batas yang ditetapkan BPOM Departemen Kesehatan. Oleh karena itu, bahaya BPA yang diiklankan disalah artikan dengan bahaya BPA sebagai bahan kimia itu sendiri. BPA juga ditemukan di banyak produk plastik sehari-hari lainnya seperti botol plastik, wadah makanan, kertas cetak, peralatan otomotif, tutup botol, CD, perangkat elektronik dan bahkan makanan kaleng, perlengkapan medis, dll. Ngabila Salama, Direktur Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan menegaskan, BPA meski terdapat di berbagai barang, tetap aman digunakan, bahkan dalam galon: “Masyarakat tidak perlu khawatir karena minum air dari galon tersebut tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan,” ujarnya, Jumat, 17 Januari 2025. Migrasi Bantah Kekhawatiran migrasi BPA dari galon ke air terbantahkan oleh berbagai penelitian, seperti penelitian Institut Teknologi Bandung ( ITB ) dari Universitas Islam Makassar (UIM) dan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Ketiga penelitian yang dilakukan tidak menemukan migrasi BPA dari galon ke dalam air, Endah Dwijayanti, ketua program sarjana kimia di Universitas Islam Makassar (UIM), mengatakan laporan tersebut mempertanyakan keamanan galon air minum karena adanya kebocoran BPA. dari kemasannya, menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Studi terhadap galon air minum kemasan tidak menemukan migrasi BPA ke dalam air. “Kami mengumpulkan beberapa sampel galon yang dapat digunakan kembali dari lima lokasi di lima sub-kabupaten dan kemudian menguji kadar BPA. Lalu kami analisis dengan GC-MS (gas kromatografi-spektrometri massa), hasilnya negatif, menunjukkan tidak terdeteksi kadar BPA dalam galon air, ”ujarnya. Dosen Teknik Kimia UMI Makassar Gusnawati menjelaskan, ada penelitian serupa bertajuk “Analisis Migrasi Kemasan Plastik Polikarbonat (PC) yang Mencemari Bisphenol A (BPA) pada Produk Galon Air Minum Dalam Kemasan di Wilayah Kota Makassar,” yang dimuat di Jambura , Jurnal Kimia, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini fokus pada perbandingan kadar BPA antara merek galon nasional dan lokal. Instrumen atau alat ukur pada penelitian ini menggunakan spektrometer UV-Vis yang merupakan metode umum untuk melakukan uji analisis kandungan zat pada industri farmasi dan makanan. “Penelitian ini tidak menemukan BPA pada polikarbonat #7 kode galon.” “Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga BPA tidak ditemukan larut ke permukaan galon atau ke dalam air di dalamnya.” Kepala Laboratorium Teknologi Membran Divisi Polimer ITB, Akhmad Zainal Abidin membenarkan, galon polikarbonat aman untuk digunakan masyarakat. Riset ITB dilakukan terhadap empat sampel merek air minum dalam kemasan (AMDK) terpopuler di Indonesia. “Kami tidak mampu mendeteksi (tidak terdeteksi/ND) BPA pada seluruh sampel AMDK yang diuji,” ujarnya bijak menanggapi publikasi di Indonesia tentang bahaya BPA yang bersifat parsial atau tidak lengkap. Publikasi ini dibuat hanya untuk menyoroti bahaya BPA, terutama pada galon dibandingkan wadah lain yang memiliki kandungan BPA lebih tinggi dibandingkan wadah air minum. Informasi tersebut juga diberikan berdasarkan peraturan European Food Safety Authority (EFSA) USA (FDA) yang melarang penggunaan BPA, namun hanya pada botol bayi, tidak pada galon dan barang lainnya, pakar teknologi plastik Wiyu Wahono menjelaskan larangan tersebut Penggunaan BPA pada botol bayi sudah ada sejak lama, mengingat berat badan bayi berbeda dengan orang dewasa, lanjut dosen teknik plastik kampus Jerman itu, bahwa pada orang dewasa, meski ada untuk migrasi dan Ada konsumsi, paparan BPA yang masuk ke dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau produk limbah lainnya. “Ekskresi terjadi kira-kira setiap 2 hingga 4 jam melalui urin atau kotoran. Tidak ada pengayaan,” ujarnya. Ia juga mengungkapkan bahwa Eropa tidak melarang kemasan PC, hanya kemasan yang mengandung BPA, asalkan tidak melebihi batas aman. Artinya, jika masih di bawah Tolerable Daily Intake (TDI) alias batas aman, maka masih diperbolehkan untuk dikonsumsi. “Kita harus berpegang teguh pada sains, kita harus mengecek jurnal ilmiah dan tidak hanya menggunakan media sosial yang sumbernya dipertanyakan,” jelasnya. Tidak perlu usaha! Kini pengguna WhatsApp bisa membuat stiker langsung dari foto selfie. WhatsApp merupakan aplikasi yang memudahkan penggunanya untuk mengirim dan menerima pesan tanpa menggunakan pulsa apapun kecuali koneksi internet. Sekarang aplikasi tersebut memiliki fitur baru. harfam.co.id.co.id 15 Januari 2025

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link