harfam.co.id, Jakarta – PT Communications Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) mengumumkan rencana peningkatan modal dan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.
Dalam langkah tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 163.636.363 saham atau sekitar 13,6 persen dari jumlah saham beredar. Jika pemegang saham perseroan tidak menggunakan HMETD yang diterimanya untuk membeli saham baru, maka persentase kepemilikan sahamnya akan berkurang menjadi 12,0 persen.
Perseroan berencana menggunakan seluruh dana hasil PMHMETD setelah dikurangi biaya emisi untuk modal kerja perseroan.
“PMHMETD yang dilaksanakan Perseroan dapat memperkuat struktur permodalan perseroan dan mengajak investor baik dalam maupun luar negeri untuk turut serta berinvestasi di perusahaannya guna memberikan nilai tambah bagi operasional perusahaan,” ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT. Komunikasi. Cable Systems Indonesia Tbk, Irawan Mario Noh Palilingan dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (15/2/2024).
Selain itu, perseroan juga akan menggelar Rapat Umum Pegawai Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Maret 2024 untuk meminta persetujuan pemegang saham atas rencana aksi tersebut.
Pada perdagangan Kamis 15 Februari 2024, saham CCSI ditutup menguat 0,45 persen menjadi 442. Frekuensi penjualan saham CCSI tercatat sebanyak 2 kali. Volume saham yang terjual sebanyak 600 lembar senilai Rp 266 ribu. Dalam sepekan, harga saham CCSI menguat 2,79 persen. Sedangkan dalam setahun terakhir, harga saham CCSI mengalami penurunan sebesar 33,53 persen.
Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada empat emiten yang melakukan right issue senilai Rp 3,08 miliar per 26 Januari 2024.
Direktur Evaluasi BEI Gede Nyoman Yetman mengatakan, masih ada 24 perusahaan yang masuk dalam daftar hak tersebut. Dari 24 perusahaan yang masuk dalam daftar, mayoritas perusahaan berasal dari sektor konsumen seluler, yaitu delapan perusahaan. Selain sektor keuangan, terdapat lima surat edaran korporasi dan non-komersial yang masing-masing terdiri dari empat perusahaan.
Kemudian dari sektor bahan baku, sektor infrastruktur, serta sektor pengangkutan dan logistik masing-masing satu perusahaan.
Selain itu, BEI mencatat delapan emisi dari tujuh penyedia sukuk utang dan efek (EBUS). Total yang terkumpul mencapai Rp6,4 triliun.
Hingga 26 Januari 2024, ada 15 rilis dari 10 printer EBUS yang sedang dalam pipeline,” kata Nyoman, diposting Minggu (28/1/2024):
Berikut rincian kategorinya:
1 perusahaan dari sektor bahan baku
3 perusahaan dari sektor energi
3 perusahaan dari sektor keuangan
1 perusahaan dari sektor kesehatan
1 perusahaan dari sektor industri 1 perusahaan dari sektor infrastruktur
Per 26 Januari 2024, terdapat 8 perusahaan yang tercatat di BEI dengan kapitalisasi Rp 1,36 triliun. “Sejauh ini ada dua puluh tujuh perusahaan yang terdaftar di BEI,” kata Nyoman.
Sesuai klasifikasi aset perusahaan yang masih beroperasi dengan mengacu pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017 tentang perusahaan besar dengan aset lebih dari Rp250 miliar dan dua perusahaan kecil dengan aset kurang dari Rp50 miliar.
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru akan dicatatkan melalui penawaran umum perdana (IPO). Jumlah tersebut kalah dibandingkan keberhasilan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
Kalau bicara saham IPO tahun depan, 61 atau 62, kata CEO BEI Iman Rachman, dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir tahun 2023, Bursa sudah memasukkan setidaknya separuh dari target IPO, yakni 30 perusahaan. Berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan yang memiliki aset di atas Rp 250 miliar. Setelah 19 perusahaan dengan rata-rata aset antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, tersisa 2 perusahaan dengan aset kecil di bawah Rp50 miliar. Saat ini rincian departemennya adalah sebagai berikut:
• 3 perusahaan dari sektor bahan baku
• 6 perusahaan dari sektor barang konsumsi
• 4 Perusahaan dari sektor konsumen non-siklus
• 2 perusahaan dari sektor energi
• 0 perusahaan dari sektor keuangan
• 0 perusahaan dari sektor kesehatan
• 5 perusahaan dari sektor bisnis
• 3 perusahaan dari sektor infrastruktur
• 1 perusahaan dari sektor real estate
• 5 Perusahaan dari sektor teknologi
• 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik
Secara umum, Bursa menargetkan mencatatkan efek baru yang mencakup pencatatan saham, surat utang dan sukuk (EBUS), serta right issue dalam 230 listing pada tahun 2024.
Target tersebut meningkat dari target revisi tahun ini sebanyak 200 rekaman, namun jauh di bawah target tahun lalu sebanyak 385 rekaman pada 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa akan meluncurkan fasilitas investasi berjangka (SSF) pada kuartal I 2024.
Diberitakan sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mendulang keuntungan signifikan sepanjang tahun 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan 6 perusahaan IPO dunia dan 79 emiten baru.
“Dari jumlah IPO di Indonesia pada tahun 2023, terdapat 79 emiten atau 6 persen dari jumlah IPO internasional, nomor 6 di dunia,” kata Presiden BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis, Sabtu ( 30/12/2023).
Secara global, akan ada 1.298 IPO pada tahun 2023. Peringkat Indonesia berada tepat di bawah Bursa Efek Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen IPO dunia.
Pertama, Bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen sebanyak 129 IPO atau 10 persen dari total IPO atau setara 8 persen dari total IPO dunia, dan Shanghai sebanyak 86 IPO. IPO atau 8 persen dari total IPO dunia.
Saat ini, berdasarkan penawaran umum perdana (IPO), Indonesia berada di peringkat 9 dan USD 3,6 miliar. Capaian tersebut setara dengan 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dalam IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Pada tahun 2023, portofolio baru BEI mencakup 79 saham, 120 penerbitan obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 surat berharga terstruktur serta investasi kumulatif sebesar – Rp54,14 triliun dan obligasi Rp126,97 triliun.
“Penambahan 79 saham baru pada tahun 2023. Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia,” tambah Iman.
Jumlah perusahaan yang tercatat di BEI hingga saat ini mencapai 903 produsen. Jumlah ini meningkat sebesar 9,3 persen ytd. Merupakan yang terbesar kedua di kawasan Asen setelah Bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.