September 21, 2024
Google Tampilkan Leap Day di Google Doodle 29 Februari 2024, Apa Itu?

Google Tampilkan Leap Day di Google Doodle 29 Februari 2024, Apa Itu?

0 0
Read Time:2 Minute, 32 Second

 

harfam.co.id, Jakarta. Jika Anda membuka halaman Google hari ini, Anda akan melihat Google menampilkan gambar atau logo liburan Google berbentuk katak di kolam dengan warna dominan hijau dan angka 28, 29 pada gambar katak dan angka 1 .

Deskripsi pada logo hari libur Google adalah Leap Day. Apa itu?

Anda telah menyadari bahwa hari ini, 29 Februari, adalah hari terakhir bulan ini. Tanggal 29 Februari juga istimewa karena hanya terjadi setiap 4 tahun sekali atau tahun kabisat.

Kalau dalam setahun biasanya ada 365 hari, maka pada tahun kabisat ada 366 hari, hari berikutnya adalah tanggal 29 Februari.

Jadi hari kabisat pada dasarnya adalah hari kabisat alias 29 Februari, dalam hal ini 29 Februari 2024.

“Ini hari kabisat! Hari Kabisat, 29 Februari, hanya terjadi setiap empat tahun sekali untuk menyelaraskan kalender kita dengan Bumi dan Matahari. Nikmati hari bonus ini di bulan Februari. Selamat hari kabisat!” tulis Google dalam deskripsi Google Doodle-nya.

Lalu kenapa tahun ini disebut tahun kabisat?

Menurut CBS News, tahun kabisat ada karena jika dunia mengikuti kalender 365 hari, sebenarnya Bumi membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk mengorbit matahari.

Tahukah Anda kalau menurut NASA, Bumi membutuhkan waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 46 detik untuk mengorbit Matahari dalam satu tahun? Meskipun jumlah hari dalam setahun dibulatkan menjadi 365 hari pada tahun normal, hampir enam jam waktu tambahan tidak hilang.

Oleh karena itu, penanggalan mengenal tahun kabisat (366 hari) dengan menambahkan 1 hari pada tahun kabisat. Oleh karena itu, waktu rotasi Bumi mengelilingi Matahari bisa sinkron.

Jika kita tidak menambahkan satu hari setiap empat tahun, kalender dan musim tidak akan sinkron. Hal ini juga dapat mempengaruhi siklus pertanian, kalender, dan aktivitas musiman lainnya.

Tanpa Hari Kabisat, kalender akan kehilangan 24 hari dalam 100 tahun, dan setelah 700 tahun, musim panas di belahan bumi utara akan dimulai pada bulan Desember.

Seorang peneliti dari Departemen Astrofisika di Universitas Warwick, Dr. James McCormack, dikutip saluran Lifestyle, menyatakan bahwa pada tahun 46 SM, Julius Caesar mengusulkan kalender Julian baru.

Ia mengatakan kalender ini akan menambah satu hari pada bulan terpendek dalam setahun (Februari) setiap empat tahun. Hal ini dilakukan guna mengatasi permasalahan shift seperempat hari.

“Namun, ini adalah perbaikan masalah yang berlebihan. Karena satu tahun matahari tidak mempunyai tepat 365,25 hari. Faktanya, satu tahun matahari kurang dari 365,2422 hari. Perbedaan yang sangat kecil ini justru membuat perhitungan kalender Julian dengan orbit tahunan Bumi mengelilingi Matahari berbeda, ujarnya.

Selisih 0,0078 hari ini akhirnya menyebabkan perhitungan Julian kembali terkoreksi. Penyederhanaan kalender Julian menciptakan penyimpangan 13 hari yang terakumulasi pada akhir tahun 1500-an.

Hal ini mendorong Paus Gregorius XIII, Paus Gereja Katolik, untuk membuat kalender Gregorian pada tahun 1582.

Selain hari kabisat setiap empat tahun, kalender Masehi juga melewatkan tiga hari kabisat setiap empat abad.

Jadi, jika suatu tahun habis dibagi empat, maka itu adalah tahun kabisat. Kecuali tahun juga habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400.

Dengan demikian, menurut Smithsonian Institution, tahun 2100 bukanlah tahun kabisat. Hal yang sama terjadi pada tahun 1700an, 1800an, dan 1900an, namun tidak terjadi pada tahun 2000an.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link