September 21, 2024
Lemak Nabati atau Hewani: Mana yang Lebih Baik untuk Panjang Umur?

Lemak Nabati atau Hewani: Mana yang Lebih Baik untuk Panjang Umur?

0 0
Read Time:2 Minute, 24 Second

harfam.co.id, Jakarta – Sudah lama diketahui bahwa pola makan kaya sayur, buah, dan makanan nabati lebih sehat dibandingkan pola makan kaya daging dan produk susu. Namun pengaruh jenis lemak tertentu terhadap kesehatan masih terus diteliti.

Studi terbaru meneliti perbedaan lemak nabati dan lemak hewani terhadap harapan hidup seseorang.

Para peneliti telah menemukan bahwa pola makan yang kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan minyak nabati membantu orang hidup lebih lama karena melindungi risiko kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

Menurut WebMD, orang yang paling banyak mengonsumsi lemak nabati memiliki risiko 9% lebih rendah untuk meninggal karena sebab apa pun dan 14% lebih rendah untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskular dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit lemak nabati.

Di sisi lain, mengonsumsi lemak hewani dari daging, susu, dan telur justru meningkatkan risiko kematian. Orang yang mengonsumsi paling banyak lemak hewani memiliki risiko kematian 16% lebih tinggi dan risiko penyakit kardiovaskular 14% lebih tinggi dibandingkan mereka yang mengonsumsi sedikit lemak hewani. Studi jangka panjang

Penelitian ini melibatkan lebih dari 400.000 orang yang merupakan bagian dari National Institutes of Health-AARP Diet and Health Study. Mayoritas pesertanya adalah laki-laki dengan rata-rata usia 61 tahun, diikuti pada tahun 1995 hingga 2019.

Peserta menyelesaikan kuesioner tentang kebiasaan makan mereka, termasuk konsumsi makanan nabati (seperti kacang-kacangan dan minyak nabati) serta makanan yang berasal dari hewan (seperti daging dan susu).

Selama 24 tahun penelitian, tercatat 185.111 kematian, termasuk 58.526 akibat penyakit kardiovaskular. Para peneliti membandingkan pola makan mereka untuk melihat hubungannya dengan risiko kematian.

 

Para peneliti juga mengamati lemak pada beberapa jenis makanan. Misalnya saja, lemak dalam kacang-kacangan belum dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Namun lemak dari susu dan telur meningkatkan risiko kematian, sedangkan lemak dari ikan tidak mempengaruhi risiko tersebut. Perubahan pola makan

Menariknya, mengganti 5% lemak hewani dengan lemak nabati saja dapat menurunkan risiko kematian hingga 24% dan menurunkan risiko kematian akibat penyakit jantung hingga 30%.

Walter Willett, MD, profesor di Harvard T.H. Chan School of Public Health menjelaskan, perubahan pola makan sebaiknya dilakukan sejak dini untuk mencegah pembentukan plak lemak di arteri yang dapat memicu penyakit jantung.

“Karena plak lemak dapat menumpuk di arteri seseorang seiring berjalannya waktu, mengubah pola makan dapat berdampak berbeda pada kesehatan jantung tergantung kapan seseorang melakukan perubahan tersebut,” jelasnya.

Rekan penulis studi dan peneliti senior Demetrius Albanes, MD, dari National Cancer Institute, menambahkan: “Dibutuhkan waktu lama untuk membalikkan plak kardiovaskular,” katanya.

Oleh karena itu, yang terbaik adalah mengubah pola makan Anda sesegera mungkin, sesuai dengan anjuran dokter Anda, menghindari pola makan yang kasar dan ekstrim.

 

Namun terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Data pola makan yang digunakan hanya diperoleh pada awal penelitian, meskipun banyak peserta mungkin telah mengubah pola makan mereka selama 24 tahun penelitian, yang mungkin mempengaruhi hasil.

Selanjutnya, pada tahun 1990-an, lemak trans dari minyak nabati mulai dihilangkan dari pola makan. Hal ini mungkin mempengaruhi perhitungan manfaat lemak nabati dalam penelitian ini.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link