October 22, 2024
Meneropong Prospek Penerbitan Surat Utang Korporasi pada 2024

Meneropong Prospek Penerbitan Surat Utang Korporasi pada 2024

0 0
Read Time:4 Minute, 30 Second

harfam.co.id, Jakarta – PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menilai prospek penerbitan obligasi korporasi pada 2024 masih baik.

Meski demikian, Kepala Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi pada 2024.

Jadi prospeknya masih bagus hingga kuartal I 2024. Tapi ada beberapa faktor yang menimbulkan kekhawatiran, kata Suhindarto dalam jumpa pers di Pefindo, Kamis (18/4/2024).

Misalnya, total obligasi korporasi yang diterbitkan pada periode Januari-Maret 2024 mencapai Rp 26,4 triliun. Penerbitan obligasi dan sukuk korporasi tercatat sebesar Rp 25,1 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,5 triliun.

Pengumuman MTN Januari-Maret 2024 juga mengalami peningkatan hingga mencapai Rp0,7 triliun dibandingkan Rp0,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sedangkan penerbitan surat berharga lainnya (permanen dan SBK) menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu Rp0 pada tahun 2023 menjadi Rp545,2 miliar pada tahun 2024. Sementara itu, hingga Maret 2024 belum ada penerbitan jaminan.

Sedangkan sekuritisasi pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp924,3 miliar. Ke depan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi pada tahun ini, antara lain kelanjutan aktivitas sektor riil. Dorongan dari kegiatan pra pemilu menjelang pemilu paralel membuat permintaan tetap kuat dan stabil.

“Siaga perlahan akan berkurang setelah Pemilu Nasional 2024 selesai,” ujarnya.

Faktor selanjutnya adalah penyesuaian strategi agar perusahaan dapat menghadapi kondisi suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya penerbitan tenor pendek. Selain itu, kebutuhan refinancing pada tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan tahun 2023. Dimana jatuh tempo obligasi pada tahun 2024 mencapai Rp150,5 triliun dibandingkan tahun 2023 sebesar Rp126,9 triliun.

“Fasilitas pembiayaan dari perbankan cenderung berdurasi pendek, dengan suku bunga pinjaman yang relatif lebih mahal. Hal ini mendorong adanya alternatif sumber pembiayaan, salah satunya melalui penerbitan utang,” tambah Suhindarto.

 

Pada saat yang sama, terdapat kemungkinan penurunan suku bunga acuan pada paruh kedua tahun 2024, sehingga meningkatkan ekspektasi akan biaya penerbitan yang lebih murah. Namun, ada juga beberapa faktor yang perlu diperhatikan. Misalnya, lingkungan suku bunga tinggi akan dipertahankan hingga awal semester 2-2024.

“Peningkatan Risiko Geopolitik yang masih tinggi meningkatkan ketidakpastian dan membuat imbal hasil tetap tinggi,” kata Suhindarto.

Ada potensi melemahnya penggunaan dan peningkatan biaya dana jika suku bunga tetap tinggi lebih lama dari perkiraan. Anggap saja suku bunga hanya akan turun pada akhir tahun.

Premi risiko meningkat seiring dengan meningkatnya leverage akibat kenaikan suku bunga, sehingga meningkatkan spread imbal hasil obligasi korporasi. Dan yang terakhir, kemungkinan terjadinya arus keluar modal (capital outflow) akan mendorong berkurangnya penyerapan isu ini.

Sebelumnya diberitakan, PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mendapat mandat menerbitkan obligasi senilai Rp 53,17 triliun pada 31 Maret 2024.

Berdasarkan kelembagaan, non BUMN mendominasi dengan nilai 30,22 triliun. IDR berasal dari 29 perusahaan. Sisanya berasal dari Rp. 22,95 triliun dari 19 BUMN dan anak perusahaan atau BUMD.

Kepala Riset Keuangan Pefindo Suhindarto menjelaskan mandat tersebut berupa PUB obligasi Rp21,67 triliun, obligasi Rp19,13 triliun, PUB sukuk Rp8,25 triliun. Kemudian MTN dan sukuk masing-masing sebesar Rp 2,53 triliun dan Rp 1,59 triliun.

Per 31 Maret 2024, pesanan yang diterima Pefindo sebesar Rp53,17 triliun. Perbankan terbesar ada 5 perusahaan dengan nilai Rp7,65 triliun, disusul pertambangan, konstruksi, dan crowdfunding Rp5,6 triliun masing-masing 4 perusahaan ,5 triliun. kata Suhidarto saat jumpa pers Pefindo, Kamis (18/4/2024).

Sedangkan pada Januari hingga Maret 2024, Pefindo telah menilai 82,4% obligasi korporasi yang diterbitkan.

Total jaminan utang korporasi yang diterbitkan pada periode tersebut mencapai Rp 26,4 triliun. Penerbitan obligasi dan sukuk korporasi tercatat sebesar Rp 25,1 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 27,5 triliun.

Pengumuman MTN periode Januari-Maret 2024 pun meningkat hingga mencapai Rp0,7 triliun dibandingkan Rp0,3 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Sedangkan penerbitan surat berharga lainnya (permanen dan SBK) menunjukkan tren peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp0 pada tahun 2023 menjadi Rp545,2 miliar pada tahun 2024. Sedangkan untuk sekuritisasi hingga Maret 2024, belum ada penerbitan untuk sekuritisasi. sekuritisasi pada tahun 2023 tercatat sebesar Rp 924,3 miliar.

Sebelumnya diberitakan, Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo mendapat mandat menerbitkan obligasi senilai Rp 42,28 triliun hingga Januari 2024.

Berdasarkan kelembagaan, non BUMN mendominasi dengan nilai 23,31 triliun. Rp. Sisanya berasal dari Rp. 18,96 triliun oleh BUMN dan anak perusahaan atau BUMD.

Head Rating Pefindo Financial Services Danan Dito mengatakan pesanan tersebut berupa PUB obligasi Rp20,71 triliun, obligasi Rp14,15 triliun, sukuk Rp2,67 triliun, dan PUB sukuk Rp2,54 triliun.

MTN kemudian berjumlah Rp 2,20 triliun. Sementara sektor penerbitan obligasi, pertambangan masih mendominasi dengan nilai 6,60 triliun. Rp dan perbankan senilai Rp 5,50 triliun

Pada Januari 2024, penerbitan obligasi nasional mencapai Rp7,1 triliun dan Pefindo mengelola obligasi dengan peringkat Rp5,6 triliun. 

Danan menjelaskan, penerbitan utang nasional pada tahun 2023 menunjukkan penurunan yang hanya mencapai Rp130,81 triliun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp163,63 triliun. Meski demikian, Danan berharap pasar penerbitan obligasi akan membaik pada tahun 2024.

“Kalau kita lihat ke tahun 2024, bulan Januari dan Februari cukup baik dibandingkan bulan Januari dan Februari tahun lalu. Kita berharap pasar penerbitan obligasi ke depan akan membaik,” kata Danan dalam konferensi pers Pefindo, Selasa (13/2). /2024).

Penerbitan utang masih didominasi oleh emiten non-BUMN dengan kontribusi penerbitan utang sebesar Rp 104,58 triliun pada tahun 2023, dibandingkan hanya Rp 104,58 triliun.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link