October 22, 2024
[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret 2024

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret 2024

0 0
Read Time:2 Minute, 14 Second

harfam.co.id, Dubai – 24 Maret Hari ini adalah Hari Tuberkulosis Sedunia. Tanggal tersebut dipilih karena pada tanggal 24 Maret 1882, seorang ilmuwan Jerman bernama Robert Koch memaparkan hasil penelitiannya mengenai bakteri tuberkulosis yang bernama Mycobacterium tuberkulosis.

Kini, 142 tahun setelah ditemukannya kuman tersebut, TBC masih menjadi masalah kesehatan global, dan negara kita, Indonesia, merupakan penyumbang kasus TBC terbesar kedua di dunia. Berdasarkan Laporan Tuberkulosis Dunia Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2023, tuberkulosis (TB) akan menjadi penyebab kematian kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022. Lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia terinfeksi TBC setiap tahunnya.

30 negara dengan beban tuberkulosis yang tinggi (high-burden country) menyumbang 87 persen kasus tuberkulosis dunia, dan dua pertiga dari total global terjadi di delapan negara, berikut daftarnya: India (27 persen) Indonesia (10 persen) Tiongkok (7,1 persen) Filipina (7,0 persen) Pakistan (5,7 persen) Nigeria (4,5 persen) Bangladesh (3,6 persen) dan Republik Demokratik Kongo (3,0 persen)

Dengan demikian, berdasarkan World TB Report 2023, india menempati urutan kedua dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia, setelah India dan Tiongkok. Jumlah kasus TBC di negara kita diperkirakan mencapai 1.060.000 kasus dan terdapat 134.000 kematian akibat TBC setiap tahunnya, atau 17 orang meninggal karena TBC setiap jamnya.

Artinya TBC merupakan masalah kesehatan yang sangat penting bagi bangsa kita dan memerlukan banyak upaya untuk mengatasinya.

 

Untuk merayakan Hari TBC Sedunia 2024, mari kita bicara tentang vaksin TBC. Dunia masih berupaya untuk menciptakan vaksin TBC baru, karena vaksin TBC yang ada saat ini hanya dapat mencegah TBC parah pada anak-anak.

Padahal, dari pengalaman COVID-19 kita mengetahui betapa pentingnya peran vaksin dalam pengobatan penyakit menular. Setidaknya ada tiga jenis mekanisme produksi vaksin tuberkulosis, yaitu: vaksin sel utuh, vaksin dengan protein adjuvan, dan vaksin vektor subunit rekombinan.

Lebih lanjut, calon vaksin baru ini juga diharapkan memiliki 3 fungsi, antara lain: dapat menjadi pengganti vaksin BCG yang ada saat ini (BCG replacement), sebagai BCG booster (penguat BCG) dan sebagai pendekatan sebagai vaksin TBC terapeutik (TB vaksin). terapi bertindak sebagai pengendalian melalui sistem kekebalan (kontrol yang dimediasi vaksin).

 

Dengan perkembangan terkini ini, vaksinasi sebagai imunoterapi diharapkan dapat mempersingkat durasi pengobatan, menyederhanakan regimen, atau setidaknya meningkatkan hasil pengobatan.

Semoga tuberkulosis dapat dikendalikan di dunia dan di negara kita, antara lain dengan ditemukannya vaksin-vaksin baru. Yang jelas, selain vaksinasi, semua kasus tuberkulosis di negara kita harus ditemukan dan diobati hingga sembuh.

Selain itu, mereka yang sudah terinfeksi bakteri TBC namun belum sakit (disebut TBC laten) menerima Pengobatan Pencegahan Tuberkulosis (TPT), yang saat ini cakupannya hanya di bawah 10 persen.

Prof. Tajendra Yoga Adityma

Direktur Studi Pascasarjana Universitas YARSI

Saat ini sedang transit di Dubai untuk pertemuan di kantor Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link