October 22, 2024
Program Swasembada Pangan Prabowo Diragukan, Ini Alasannya

Program Swasembada Pangan Prabowo Diragukan, Ini Alasannya

0 0
Read Time:1 Minute, 29 Second

harfam.co.id, Tauhid Ahmad, ekonom senior di Institut Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Jakarta (INDEF) bertanya apakah rencana prioritas ketahanan pangan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan berhasil.

Misalnya, Kami tidak yakin bahwa kami akan mandiri dalam tiga tahun. Jika bukan karena ekspansi besar-besaran, mengapa tidak? Jawa berubah dengan cepat,” kata Tauhid saat ditemui di Jakarta, Kamis (15/8/2024).

Tauhid menjelaskan, pengertian ketahanan pangan adalah kemampuan suatu negara dalam memenuhi sendiri kebutuhan pangan masyarakatnya. Namun Indonesia mempunyai kebutuhan pangan sendiri seperti beras,

Indonesia masih mengimpor beras. Padahal, volume impornya lebih dari 3 juta ton. Artinya Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

“Konsep swasembada artinya barang-barang tersebut diproduksi 100% tanpa impor. Nah, tahun ini pun impor dan ekspornya sekitar 3 juta ton. Terutama beras,” ujarnya. Perluasan wilayah belum mencapai puncaknya.

Di sisi lain, upaya ekspansi ke luar Pulau Jawa belum menunjukkan hasil signifikan dalam lima tahun terakhir. Produksi pangan dalam negeri seperti beras justru menurun.

Anggap saja lahan baru di luar Jawa belum membuahkan hasil yang signifikan. Mereka sudah mencoba selama lima tahun terakhir, namun produksinya tidak kunjung meningkat. Malah mengalami penurunan,” ujarnya.

 

Selain itu, dengan adanya program lain seperti makanan bergizi gratis, kebutuhan pangan Indonesia akan terus meningkat. Namun di sisi lain, ketahanan pangan masih belum tercapai.

“Oke, Saya kira sangat sulit bagi kita untuk mengatasi defisit 3 juta ton. Dan kami juga ada program makan siang yang bergizi,” ujarnya.

Perkiraannya, jika program pangan bergizi gratis diterapkan pada masa pemerintahan Prabowo, maka kebutuhan beras akan meningkat hingga 6 juta ton. Oleh karena itu, beban pencapaian ketahanan pangan akan semakin berat.

“Permintaan tahunan mungkin lebih dari 4 juta hingga 6 juta ton beras. Oleh karena itu, tanpa pemekaran wilayah, kebutuhan pangan bergizi dalam negeri akan jauh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemekaran wilayah. Ini akan sangat sulit,” katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link