harfam.co.id, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan tiga kasus virus corona penyakit pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) antara 10 hingga 17 April 2024.
Faktanya, satu dari tiga kasus tersebut telah dinyatakan meninggal, menurut Kementerian Kesehatan Arab Saudi (KSA).
Ketiga kasus tersebut adalah pria Riyadh berusia antara 56 dan 60 tahun yang memiliki penyakit penyerta dan bukan petugas kesehatan.
“Tiga kasus secara epidemiologis terkait dengan paparan yang ditemukan di fasilitas kesehatan di Riyadh, meskipun penelitian masih terus dilakukan untuk memastikan hal tersebut dan memahami cara penularannya,” mengutip pernyataan WHO, Kamis (9/5/2023).
Temuan kasus ini sangat mengkhawatirkan karena jemaah haji akan segera berangkat ke Tanah Suci.
Terkait hal itu, ahli epidemiologi Dicky Budiman mengajak jemaah Indonesia yang ingin beribadah di Arab Saudi untuk memahami gejalanya.
“MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012, dan Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, telah menyebar, termasuk Yordania dan Yaman. “Meskipun beberapa kasus telah dilaporkan di luar Timur Tengah, kasus-kasus telah diajukan terhadap orang-orang yang pernah melakukan perjalanan ke Timur Tengah sebelumnya,” kata Dicky kepada Health harfam.co.id melalui pesan audio, Kamis (9/5/2024).
Dicky menambahkan, MERS merupakan penyakit yang biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan ringan hingga sedang. Namun, ada pula kasus yang gejalanya parah.
Penyebabnya, virus corona, jadi SARS, MERS, dan COVID-19, disebabkan oleh virus yang disebut virus corona, yang satu keluarga.
Selama ini, gejala MERS seringkali ringan atau tidak ada sama sekali. Jika ada, gejala muncul dalam satu atau dua minggu setelah infeksi, atau seringkali lima hari setelah terpapar virus. Gejala-gejala berikut mungkin terjadi: Demam Pilek Batuk Sakit tenggorokan Hidung meler Kesulitan bernapas Batuk darah (sangat jarang) Diare Mual Muntah.
Satu hal yang perlu diketahui dan dipahami oleh jamaah haji adalah bagaimana penyebaran MERS.
Penularan terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan hewan, khususnya unta di Arab Saudi.
Selain unta yang tertular, virus penyebab MERS juga bisa menular ke manusia yang tertular, meski kasusnya jarang terjadi. Artinya MERS tidak menular dari orang ke orang semudah COVID-19. Namun sejauh ini belum ditemukan vaksin atau obat untuk melawan MERS.
Oleh karena itu, Dicky meminta jemaah haji memahami penularan tersebut. Tak hanya mewaspadai MERS, ia juga meminta jemaah haji mewaspadai meningitis karena meningitis juga ada di Arab Saudi.
Dari segi pencegahan, Dicky menjelaskan MERS dan meningitis itu sama.
“Pencegahan kedua penyakit ini sama. Berlatihlah mencuci tangan agar tidak menyentuh mata, hidung, atau mulut.”
Jika Anda pergi ke peternakan unta, usahakan untuk tidak memegang hewan atau melakukan kontak dengan unta. Jemaat melihatnya dari jauh.
“Jangan minum susu unta mentah, jangan diminum, sebenarnya saya melarangnya untuk saat ini. Jika Anda makan daging unta, sebaiknya Anda benar-benar memasaknya jika Anda tidak yakin isinya banyak. “
Jika ada yang sakit, lanjut Dicky, sebaiknya dipisahkan atau dipisahkan dari jamaah yang sehat.
“Termasuk juga tidak berbagi peralatan makan, seperti piring dan gelas, dengan orang lain. “Sakit atau tidak, sebaiknya jangan dilakukan,” kata Dicky.
Ia juga mengingatkan kita untuk tidak sembarangan menyentuh benda atau permukaan yang kotor. Termasuk memastikan untuk membersihkan tangan kembali setelah menyentuh gagang pintu, tangga, dan sebagainya.