0
0
Jakarta – PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih Rp 7,46 triliun pada kuartal I 2024. Penerimaan turun 14,3% year-on-year menjadi Rp 8,71 triliun.
Akibatnya, laba per saham inti ASII turun dari Rp215 menjadi Rp. Profitabilitas juga lebih buruk karena pendapatan turun 2% menjadi Rp 81,2 triliun.
Secara segmen, laba lini bisnis perseroan beberapa kali meningkat, seperti otomotif meningkat 9% menjadi Rp 2,75 triliun, sedangkan teknik berat, pertambangan, konstruksi, dan energi juga turun 15% menjadi Rp 2,79 triliun.
Namun laba segmen usaha jasa keuangan justru meningkat 12% menjadi Rp 2,08 triliun, disusul segmen infrastruktur dan logistik sebesar 24% menjadi Rp 251 miliar. Urutan berikutnya adalah pertanian dengan peningkatan sebesar Rp184 miliar atau 3%, disusul teknologi informasi yang meningkat sebesar 24% mencapai Rp251 miliar, dengan aset yang dimiliki senilai Rp45 miliar.
Direktur Utama PT Astra International TBK (ASII) mengatakan anjloknya kinerja Grup Astra pada kuartal I mencerminkan lemahnya kondisi perekonomian dan anjloknya harga batu bara dari level harga sebelumnya yang tinggi.
“Meskipun ada tantangan-tantangan ini, Grup tetap optimis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Didukung oleh keseimbangan keuangan yang kuat, grup berada pada posisi yang baik untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan jangka panjang dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi,” jelasnya, Senin (29/04/2024).
Hingga akhir Maret 2024, nilai aset bersih per saham ASII sebesar Rp 5.113, naik 4% dibandingkan 31 Desember 2023. Kas bersih, di luar anak perusahaan grup jasa keuangan, mencapai Rp7,4 triliun per 31 Maret 2024. Hingga Rp 29 miliar pada akhir tahun 2023. Utang bersih anak perusahaan grup jasa keuangan meningkat menjadi Rp54,3 triliun per 31 Maret 2024, dibandingkan Rp52,2 triliun pada akhir tahun 2023.
