Liputan6. Pembangunan yang diprakarsai oleh Bank Indonesia.
Tujuan dari program inovatif ini adalah untuk memperkenalkan solusi digital canggih untuk menyederhanakan rantai pasokan makanan dan memasarkan produk pertanian.
Perjanjian ini merupakan langkah awal yang penting dalam upaya bersama untuk mengatasi inflasi pangan di sektor hilir. Dikenal lama sebagai pionir pertanian berkelanjutan, Necat Maju dari Hapok mengintegrasikan teknologi canggih mulai dari aplikasi hingga Topindo untuk meningkatkan penjualan secara merata.
“Sebagai perusahaan yang sepenuhnya memasok MKM dari Kalimantan Barat dan mengendalikan inflasi pangan dari bawah, kami bangga dapat berpartisipasi dalam program unggulan dengan platform Topindoku untuk penjualan digital produk beras lokal. Kesepakatan kerjasama. Tentang pertanian digital dengan inisiatif Bank Indonesia,” ujarnya. Minggu (5/5/2024) kata Direktur Utama PT Topindo Nayaga Nutarasan Yasdi Ismandar.
“Dengan demikian, di wilayah cakupan pangan Topindoku, mulai dari Desa Peniraman, Provinsi Kalimantan Barat, dari Hapok hingga Nekat Maju, panen padi seluruh lapisan masyarakat dapat dinikmati melalui platform Topindoku yang kini telah tersedia untuk diunduh di Playstore dan Appstore. 1. Juta pengunduh.”
Sementara itu, Pj Gubernur Kalimantan Barat Harrison menjelaskan, dukungan kepada petani dimulai dari pengelolaan pasca panen, mulai dari penaburan, penanaman, panen, padi hingga pengemasan produk.
“Semua ini didukung oleh Bank Indonesia. Hari ini telah dilakukan penandatanganan kerjasama dengan Topindo, salah satu aplikasi online yang telah bermitra dengan Kelompok Tani Nekat Maju, dimana pemasarannya dilakukan secara digital dan petani tidak perlu menjualnya. Mereka sangat menguntungkan. “Jadi digital farming dan direct digital marketing ini akan membantu Topindo untuk mendapatkan harga yang lebih baik di pasar online,” jelasnya.
Dengan kemitraan yang kuat antara Hapoktan Nekat Maju dan Topindo Nayaga Nusantara, kami berharap dapat mencapai perubahan positif yang signifikan di sektor pertanian dan mengendalikan inflasi pangan. Program penguatan dan pengembangan klaster pangan ini bukan hanya merupakan sebuah langkah maju bagi pertanian lokal, namun merupakan contoh nyata bagaimana kolaborasi antara pihak swasta dan masyarakat dapat memberikan dampak yang berkelanjutan.
Saat ini stok beras cadangan negara (CBP) di seluruh gudang Bulag mencapai 1,63 juta ton, kata Bayu Krishnamurthy, Direktur Utama Peram Bulag. Stok beras ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir, katanya.
“Saat ini stok Bulog paling tinggi dalam 4 tahun, mencapai 1,63 juta ton,” kata Bayu kepada awak media di Kelurahan Pela Mampong, Jakarta Selatan, Jumat (3/5/2024) terkait alokasi dan pembelian produk serapan internal. Namun dia tidak menunjukkan porsi beras impor yang ada di gudang Bulog.
Alhamdulillah, pengelolaan pembelian luar negeri dan upaya kuat teman-teman di daerah, jelasnya. Koleksi rumah
Sedangkan pembelian dalam negeri per 2 Mei 2014 setara dengan sekitar 560.000 ton gabah. Tingkat serapan gabah ini setara dengan 273.000 ton beras.
“Kami terus mengelola CBP dan beras komersil sesuai kebutuhan, dan yang terpenting adalah mendapatkan stok,” jelas Bayou.
Berkat keberhasilan tersebut, tim penimbunan beras CBP mampu menyelesaikan bantuan pangan beras 10 kg tahap kedua, Bayu.
Bantuan beras ini akan menyasar 22 juta Pemilik Manfaat (BPO) dengan sekitar 660.000 ton beras yang dialokasikan untuk disalurkan selama tiga bulan berturut-turut.
Sebelumnya, Baiu Krishnamurthy, Direktur Utama Perum Bulog, melaporkan saat ini impor beras di gudang Bulog sebanyak 1,2-33 juta ton. Sementara total kuota impor beras mencapai 3,6 juta ton.
Bayu menegaskan, pemerintah harus berhati-hati dalam mengimpor beras agar tidak merugikan petani. Saat itu beras diimpor bersama barang lainnya.
Lanjutnya, Bulag juga memiliki kajian tersendiri mengenai pembelian beras impor dari harga gabah ke petani di sentra produksi. Dengan demikian, impor beras bisa dihentikan sewaktu-waktu jika petani Bulag tidak diprioritaskan.
Wartawan: Sulaiman
Sumber: Merdeka.com