harfam.co.id, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan satu dari 100 anak berada pada spektrum autisme. Penting untuk dipahami bahwa autisme bukanlah suatu penyakit atau penyakit mental, tetapi penderitanya memiliki cara berpikir yang unik. Orang dengan autisme memiliki kepribadian dan kebutuhan yang berbeda, dan mereka sering kali menunjukkan kemampuan yang tidak biasa dalam berbagai bidang kehidupan.
Sejak tahun 2007, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia (WAAD). Tujuannya adalah untuk memastikan dan mempromosikan realisasi penuh semua hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi penyandang autisme.
Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap autisme dan mempromosikan pengakuan dan rasa hormat terhadap penyandang autisme. Saat ini, fokusnya tidak hanya pada peningkatan kesadaran, tetapi juga pada penyebaran pengakuan dan rasa hormat terhadap penyandang autisme dan kontribusinya terhadap masyarakat.
PBB menetapkan tema khusus setiap tahunnya, dan pada tahun 2024 fokusnya adalah pada warna biru, yang melambangkan kesadaran dan penerimaan terhadap penyandang autisme.
Untuk mendukung hal ini, kampanye “Light It Up Blue” diluncurkan tahun ini. Sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap penyandang autisme dan keluarganya, masyarakat diimbau untuk menyalakan lampu berwarna biru dan mengenakan pakaian berwarna biru. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong inklusi orang autis di seluruh dunia.
Seperti dilansir News 18, perayaan tersebut memiliki tujuan yang baik, yaitu menciptakan dunia yang lebih inklusif dan ramah bagi penyandang autisme dan keluarganya.
Pertama, Hari Kesadaran Autisme Sedunia bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama kepada mereka yang terkena dampak autisme untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Ini termasuk pendidikan berkualitas, pekerjaan, dan layanan kesehatan. Perayaan tersebut mendorong perubahan kebijakan dan sikap masyarakat agar autisme tidak lagi menjadi penghalang bagi penyandang autis untuk mewujudkan potensi dirinya secara maksimal.
Kedua, Hari Kesadaran Autisme Sedunia bertujuan untuk mengakhiri diskriminasi dan stigma yang sering dihadapi oleh penyandang autisme. Ada banyak kesalahpahaman dan mitos tentang autisme yang mengakibatkan perundungan, pelecehan, dan pengucilan. Perayaan ini merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap autisme dan meningkatkan kesadaran akan spektrum autisme.
Ketiga, Hari Kesadaran Autisme Sedunia bertujuan untuk mendukung keluarga penyandang autisme. Merawat anak atau anggota keluarga penderita autisme dapat menimbulkan banyak tantangan. Perayaan ini bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap sumber daya dan layanan bagi keluarga yang terkena dampak autisme, seperti pengobatan, pendidikan khusus, dan dukungan emosional.
Diharapkan melalui perayaan ini, masyarakat dapat lebih memahami autisme, menerima dan mendukung penyandang autisme, serta menciptakan dunia yang lebih inklusif.
Berikut beberapa cara untuk mendukung penderita autisme:
1. Menyebarkan kesadaran: Gunakan Hari Kesadaran Autisme Sedunia sebagai kesempatan untuk mendidik diri sendiri dan orang lain tentang autisme. Bagikan konten di media sosial dan selenggarakan acara informasi di pusat komunitas.
2. Penerimaan dan Inklusi: Merangkul keanekaragaman saraf dan mendorong lingkungan inklusif di sekolah, perguruan tinggi, tempat kerja, dan di rumah. Ciptakan lingkungan di ruang pribadi dan publik di mana penyandang autisme diterima.
3. Layanan Pendukung: Dukungan untuk layanan dukungan yang tersedia termasuk program pendidikan, terapi, dan peluang kerja yang sesuai untuk individu dengan autisme.
4. Empati dan Pengertian: Sabar, baik hati dan pengertian. Berkomunikasi dengan mudah dan sesuai dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing orang.
5. Mendukung Organisasi Autisme: Mendonasikan atau menjadi sukarelawan untuk organisasi yang mendukung penyandang autisme dan keluarganya. Organisasi-organisasi ini sering kali menyediakan sumber daya, dukungan, dan dukungan sosial.
6. Advokasi: Mendukung kebijakan dan kegiatan yang meningkatkan kebutuhan dan kesejahteraan penyandang autisme, seperti pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan dunia yang lebih ramah dan suportif bagi penyandang autisme.