harfam.co.id, Jakarta – Dunia mulai memperhatikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan. Dalam banyak kasus, BPJS Kesehatan dijadikan acuan karena pelayanannya dinilai baik, terutama setelah berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
ICT atau teknologi informasi dan komunikasi memudahkan pelayanan BPJS kesehatan kepada masyarakat Indonesia.
Kinerja BPJS Kesehatan dinilai sangat baik, meski Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau, namun pemanfaatannya dinilai dapat membantu masyarakat.
“Hampir tidak ada yang bisa mengalahkan BPJS Kesehatan dalam hal big data, integrasi real-time, kita bisa memantau perilaku rumah sakit, klinik, dan rumah sakit di seluruh Indonesia,” kata CEO BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti pada Konferensi Internasional ke-17 tentang BPJS Kesehatan. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Keamanan Publik (TIK) di Bali, Saat Ini Kamis (3/6/2024).
Ia menambahkan, banyak negara lain yang tidak memiliki 3.000 rumah sakit. Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 3.000 klinik kesehatan. Karena peluang ini, Indonesia dianggap memiliki asuransi kesehatan.
Namun dia mengatakan dunia pertama kali mulai menaruh perhatian pada BPJS Kesehatan ketika badan tersebut mulai melakukan perubahan. Seperti diketahui, kantor ini selalu mengalami kendala sejak didirikan.
Orang asing tidak kena, yang ada hanya masyarakat lokal, teman saya, dokter, mereka lihat BPJS (Kesehatan) tidak senang karena gajinya tidak cukup, terlilit hutang dan sebagainya,” kata Manajemen Direktur BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti saat menjawab pertanyaan dari Health harfam.co.id.
Melihat situasi buruk tersebut, BPJS Kesehatan akhirnya berusaha membalikkan keadaan. Ubah situasi yang sebelumnya tidak sempurna menjadi situasi positif.
“Betapa buruknya bisa menjadi baik, betapa sulitnya bisa dipermudah.” Oleh karena itu, perubahan kualitasnya cepat (implementasi)”.
Perubahan tersebut dilakukan melalui pengembangan ICT, salah satunya dengan mengalahkan antrean panjang, hingga enam jam. Dengan ICT, antrian dilakukan secara online atau offline. Ini cukup untuk mengurangi waktu tunggu dari enam jam menjadi 2,5 jam, dan ada pula yang hingga 30 menit.
Dari situ mulai dikenal,” ujarnya.
Meski layanannya sudah membaik, masih ada pengguna yang membicarakan kepuasan. Menanggapi hal tersebut, Ali mengatakan tingkat kepuasan masyarakat bisa dilihat dari survei.
“Tingkat kepuasan telah meningkat secara signifikan, namun jika kita mengatakan sekarang apakah semua orang puas, jelas bahwa mereka tidak puas. Apakah ada orang lain yang mengomel, ya. “Tentu saja ada peningkatan dan kepuasan.”
Tingkat kepuasan pelanggan BPJS Kesehatan kini mencapai 89 persen, hampir 90 persen, kata Ali.
“Apa yang menyenangkan?” Kebahagiaan adalah kesenjangan antara apa yang Anda inginkan dan apa yang Anda rasakan. Kesempatan itu akan selalu ada.”
Untuk memastikan pelanggan tetap puas, BPJS Kesehatan berupaya meningkatkan kualitas, salah satunya melalui janji layanan.
Janji pelayanan merupakan kontrak antara BPJS Kesehatan dengan organisasi pelayanan kesehatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien pengguna BPJS.
Janji-janji pelayanan tersebut antara lain: Memberikan akses kepada pengguna BPJS Kesehatan untuk menggunakan BPJS melalui KTP Faskes, bukan untuk mempersulit namun untuk memudahkan pelayanan bagi pengguna BPJS tanpa diskriminasi.
“Apakah ada hal seperti itu (diskriminasi)?” Ada beberapa, tapi jumlahnya sangat berkurang.”
Kini, untuk memudahkan pengguna dalam mengevaluasi layanan yang diterimanya, BPJS Kesehatan kini menghadirkan antarmuka visual.
Pajangan ini berupa tanda astrologi. Bintang satu berarti pelayanan buruk dan bintang lima berarti pelayanan prima.