harfam.co.id, JAKARTA – Perdagangan pasar saham Asia Pasifik (sering disebut pasar saham Asia) kembali menghijau pada Selasa. Kekuatan di bursa Asia menambah keuntungan yang tercatat pada perdagangan Senin lalu.
Investor menunggu berita aktivitas perdagangan dari Australia, Jepang dan India.
S&P Global News menunjukkan bahwa indeks kepercayaan konsumen Australia mencapai angka tertinggi dalam dua tahun sebesar 53,6, dibandingkan dengan 53,3 pada bulan Maret.
Sementara itu, indikator kepercayaan konsumen (PMI) dari Jepang dan India akan dirilis pada Selasa malam.
Berdasarkan laporan CNBC pada Selasa (23/42024), indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka menguat 0,32% pasca rilis PMI.
Nikkei 225 Jepang dibuka 0,8% lebih tinggi, sedangkan Topix bertambah 0,66%.
Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,2%, sedangkan indeks Kosdaq yang lebih kecil naik 0,62%.
Kontrak berjangka Hong Kong dibuka pada 16.681 poin, lebih lemah dibandingkan titik penutupan indeks Hang Seng sebesar 16.511,69 poin. Nilai tukar Yen mencapai titik terendah dalam 24 tahun
Yen jatuh ke level terendah dalam 34 tahun terhadap dolar pada hari Selasa, mencapai 154,85 terhadap greenback.
Nilai tukar tersebut merupakan nilai tukar terendah sejak pertengahan tahun 1990an, meskipun sempat menguat pada 154,74 pada pukul 09:18 waktu Tokyo.
Bank of Japan akan terus memantau inflasi pada pertemuannya pada hari Jumat, meskipun belum mengumumkan sejauh mana tindakannya.
Wall Street, atau pasar saham AS, menguat pada perdagangan Senin setelah mengalami volatilitas yang kuat pada pekan lalu.
Saham-saham teknologi telah pulih seiring meredanya ketegangan di Timur Tengah. Pelaku pasar mengharapkan pendapatan yang lebih tinggi.
Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 253,58 poin, atau 0,67%, ditutup pada 38.239,98. S&P 500 naik 0,87% menjadi berakhir pada 5.010,60 dan Nasdaq naik 1,11% menjadi berakhir pada 15.451,31.
S&P 500 dan Nasdaq menghentikan penurunan enam hari berturut-turutnya.
Saham pembuat chip dan perusahaan kecerdasan buatan Nvidia naik 4,4%, rebound dari aksi jual 14% minggu lalu yang merupakan yang terburuk sejak September 2022 sekitar 7%.
Harga minyak AS turun setelah Iran mengatakan tidak akan melanjutkan konfliknya dengan Israel. Investor khawatir kenaikan harga minyak dapat memicu inflasi, sehingga mendorong Bank Sentral menunda penurunan suku bunga.