harfam.co.id, Jakarta – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (DINKES) berbagi berita tentang praktik baik untuk meluncurkan program publik pertama di dunia untuk pencegahan demam berdarah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Dr. H. Jaya Mualimeen, inisiatif ini dilaksanakan di kota Balikapan.
“Kami senang bisa menjadi pionir penerapan vaksin DBD baru di Balikpapan. Selain itu, kami menemukan bahwa Balikpapan merupakan salah satu daerah dengan jumlah kasus DBD tertinggi di Kalimantan Timur,” kata Jaya pada ADINKES 2024. PENTALOKA Nasional Perhimpunan Kementerian Kesehatan Indonesia yang dilaksanakan di Yogyakarta pada tanggal 6 November 2024 telah selesai
Pada November 2023, Jaya akan memulai program percontohan yang melibatkan 9.800 anak sekolah dasar. Jumlah penderita DBD pada anak usia 6-12 tahun di Kota Balikpapan mencapai 307 orang, dimana 121 orang berasal dari Kota Balikpapan Utara dan Balikpapan Tengah tempat penerapan larangan tersebut.
Jaya menambahkan, program percontohan tersebut telah mencapai 90 persen dari target keseluruhan pada Oktober 2024.
“Lebih dari 8.800 anak telah menerima perawatan penuh dan kami menyaksikan dampak positif dari program ini. “Di antara 71 anak kelas 1-6 yang tertular demam berdarah pada usia akhir kanak-kanak dan pertengahan masa kanak-kanak, sebagian besar belum menerima vaksinasi dan hanya 3 orang yang menerima vaksinasi pertama.”
“Jadi untuk lebih melindungi anak-anak, kami memperluas program pencegahan DBD ke daerah lain bernama Samarinda yang menjangkau 2.750 anak SD di Kecamatan Samarinda Utara,” ujarnya.
Selain Balikpapan dan Samarinda, daerah lain yang melaksanakan program serupa adalah Kabupaten Probolingo, Jawa Timur.
Pada tahun 2023, terdapat 741 kasus DBD di Kabupaten Probolingo. Sedangkan pada September 2024 terjadi kenaikan 300 persen yaitu 2.309 orang dengan kematian 24 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolingo Dr. Harawan Dwi Tamtomo, Peningkatan besar kasus demam berdarah pada tahun 2024 merupakan peringatan untuk meningkatkan kesadaran dan menerapkan langkah-langkah pencegahan baru.
Hal inilah yang menjadi dasar dicanangkannya program pencegahan DBD pada September lalu sebagai upaya preventif mencegah peningkatan kasus DBD di kabupaten-kabupaten di wilayah tersebut. Program ini merupakan yang pertama di Pulau Jawa, kata Hariwan.
Harwan mengetahui dampak penyakit DBD sangat serius dan mengancam nyawa, terutama bagi anak-anak.
Oleh karena itu, program ini berdampak pada 1.120 anak sekolah dasar di distrik Payton. Namun tentu saja program ini tidak berdiri sendiri. “Sekaligus kami mengajak masyarakat untuk terus menerapkan program 3M Plus dengan baik untuk memastikan pencegahan dan perlindungan secara menyeluruh,” ujarnya.
Seperti diketahui, 3M Plus merupakan protokol pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang meliputi menguras air, menutup badan air, dan memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk. “Ekstra” pada aturan ini adalah upaya ekstra seperti penggunaan obat nyamuk, pemasangan wire mesh pada jendela, dan lain-lain.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengapresiasi upaya pemerintah daerah dalam memulai gerakan pencegahan penyakit DBD.
Ketua Tim Kerja Arbovirus, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI Dr. Fadjar SM Silalahi.
Ia juga menekankan bahwa peran pemerintah daerah bersama masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan ‘Kematian Dengue pada tahun 2030’.
Kalimantan Timur menjadi provinsi pertama yang memulai program pencegahan penyakit cacar, setelah itu daerah lain termasuk Kabupaten Probolingo mulai menerapkan program tersebut untuk melindungi masyarakatnya, kata Fadjar.
Mempresentasikan acara tersebut, CEO PT Takeda Innovative Medicine, Andreas Gutkanech, mengatakan setiap orang di Indonesia berisiko terkena demam berdarah setiap tahunnya. Tidak peduli di mana mereka tinggal, usia atau gaya hidup mereka.
Tidak hanya itu, penyakit ini juga mengancam jiwa dan menyebabkan banyak penambahan berat badan.
“Jadi, untuk melawan DBD, pencegahan memegang peranan penting. Ada tiga hal yang bisa kita lakukan bersama, yaitu DBD dan pencegahannya, pemberantasan nyamuk dengan menerapkan 3M Plus, dan menggunakan metode pencegahan baru serta mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentangnya. .”
Andreas menambahkan, diperlukan tindakan kolektif untuk membawa perubahan dan memerangi demam berdarah di Indonesia.
“Di Tekda, kami berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam memerangi demam berdarah melalui vaksin kami. Selain itu, kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya, seperti asosiasi medis, guru, perusahaan atau perusahaan swasta. . , dll. Untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia,” ujarnya.