harfam.co.id, Jakarta – Cinta menjadi bahan bakar utama manusia untuk meraih impian dan kesuksesannya. Cinta itulah yang membuat Yanti Subiyanto Zorlu mewujudkan mimpinya untuk mandiri dan memiliki usaha sendiri.
Kecintaan Yanti Subiyanto Zorlu terhadap pria Turki serta sejarah dan budaya negaranya menginspirasinya untuk membuka usaha roti. Bersama belahan jiwanya yang berprofesi sebagai chef – Sezai Zorlu -, Yanti memutuskan untuk membuka restoran Turki bernama Turkuaz pada tahun 2011. Dengan konsep makanan yang baik, Turkuaz menyajikan makanan Turki otentik dari masa kejayaan Ottoman. Kerajaan.
Minimnya restoran Turki di Jakarta saat itu menjadi salah satu ide Yanti dan chef Sezai Zorlu. Pertimbangan lainnya adalah keinginan untuk mandiri dan mampu mengatur kehidupannya sendiri.
“Kami ingin mengatur hidup kami dengan mempunyai usaha sendiri. Kami ingin lebih bermanfaat bagi orang-orang di sekitar kami. Alhamdulillah, sekarang kami memiliki tiga posisi suami saya dan 90 karyawan,” kata Yanti Subiyanto Zorlu berbicara. dan harfam.co.id di kawasan Kemang pekan lalu.
Tiga kawasan terdampak adalah Restoran Turkuaz di Gunawarman, Warung Turki di Kecamatan Kemang, Jakarta Selatan dan Abang Turki yang merupakan proyek food truck.
Warung Turki merupakan restoran masakan Turki kedua yang dibuka oleh Yanti dan Chef Sezai pada tahun 2015. Kali ini keduanya memiliki gaya yang lebih kasual, dari segi desain interior dan menu yang mudah didekati. Kecintaan dan kecintaan Chef Sezai terhadap tanah air seakan tercurah di setiap sudut Warung Turki.
Warung Turki terletak di Jl. Kemang Raya No. 18A memiliki tiga lantai dan interior yang unik. Memasuki restoran ini seperti dibawa ke desa kecil Mediterania di Turki. Setiap detail dirancang dengan cermat untuk membuat pengunjung melihat negara ini.
Pintu kayu besar dengan dekorasi besi tempa selalu terbuka bagi para tamu yang ingin mencicipi masakan Turki di restoran ini. Potret besar presiden pertama Turki Mustafa Kemal Atatürk tergantung di dinding sebelah pintu masuk. Oleh karena itu, oven tradisional seperti tungku kayu besar menjadi tanda pertama menyambut pengunjung.
Yanti menjelaskan, oven berbahan bakar kayu adalah inti dari keajaiban Warung Turki, dan sebagian besar masakan Turki dimasak dalam oven berbahan bakar kayu. Kehadiran tungku kayu tradisional, kata Yanti, karena di desa-desa Turki biasanya terdapat tungku berukuran besar yang biasa digunakan bersama oleh warga sekitar.
Berjalan sedikit ke dalam, ada sudut bernama Hareem’s Corner yang ditata dengan karpet dan bantal berbagai warna khas Kesultanan Ottoman. Pakaian tradisional Turki melengkapi sudutnya. Pengunjung diharapkan mengambil gambar.
Di lantai dua, barang antik memenuhi “lubang merpati” di sepanjang dinding, terinspirasi dari sarang merpati alami di Cappadocia. Saat ini, beberapa lampu Turki berbahan kaca kristal digantung di tengah ruangan, menciptakan suasana gelap dan romantis.
Soal menu yang ditawarkan, Yanti dan Chef Sezai Zorlu tidak kompromi, kualitas makanan dan kelezatan yang disajikan harus autentik dan konsisten. Beberapa makanan diimpor dari Turki. Selain itu, cara dan proses pengolahan menunya juga masih menggunakan cara seperti Türkiye untuk menjaga keaslian masakannya. Hampir semuanya dimasak di oven berbahan bakar kayu di restoran.
Menurut Yanti, menu yang disajikan merupakan menu yang dimasak dan dicicipi suaminya bersama ibu dan neneknya di rumah. Hidangan tersebut antara lain Gozleme, roti baru tipis berbentuk setengah bulan dengan isian spesial, dan ada juga Firinda Kuzu Inck, kochi doma dengan jamur panggang, bawang bombay, dan bawang putih yang disajikan dengan nasi mentega. Jangan lupakan makanan lezat seperti Humus dan Babaganuc.
Konsistensi bahan dan cita rasa masakan, menurut Yanti, menjadi prioritas di bidang perhotelan yang menjadi kunci kelangsungan usahanya selama lebih dari satu dekade. Ia pun mengakui bahwa media sosial berperan besar dalam membantu bisnisnya.
Selain mengelola Turkuaz dan Warung Turki sebagai Chief Marketing Officer, Yanti juga membantu suaminya mendirikan Yayasan Abang Turki yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak muda Indonesia untuk segera belajar. Saat ini, yayasan tersebut mendanai sebuah sekolah untuk anak-anak pekerja restoran dan sepuluh anak asuh dari Yayasan Al-Kahfi.