September 21, 2024
CPR Adalah Menjaga Aliran Darah dan Oksigen, Begini Caranya

CPR Adalah Menjaga Aliran Darah dan Oksigen, Begini Caranya

0 0
Read Time:5 Minute, 31 Second

harfam.co.id, Jakarta – CPR merupakan prosedur penyelamatan nyawa yang dilakukan ketika seseorang tiba-tiba berhenti bernapas atau detak jantungnya. Prosedur ini sangat penting karena menjaga aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, terutama ke organ vital seperti otak dan jantung.

Menurut American Heart Association, CPR dapat melipatgandakan atau melipatgandakan peluang bertahan hidup jika terjadi keadaan darurat, seperti serangan jantung atau tenggelam.

CPR dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki pelatihan dasar, termasuk masyarakat umum, dokter, petugas pemadam kebakaran, dan pengemudi ambulans. Pelatihan CPR melibatkan kompresi dada dan pernapasan buatan, dengan tujuan merangsang jantung dan menjaga aliran oksigen.

Pentingnya pelatihan ini telah diakui oleh banyak lembaga, termasuk Palang Merah Amerika, yang telah mendukung CPR sebagai metode utama perawatan medis darurat sejak tahun 1963, lapor Britannica.

Meski sangat penting, melakukan CPR juga memiliki risiko, apalagi jika dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Salah satu risikonya adalah cedera pada tulang rusuk atau organ dalam akibat tekanan yang berlebihan atau tidak tepat. Namun, risiko tersebut biasanya lebih kecil dibandingkan potensi manfaat menyelamatkan nyawa seseorang.

Berikut harfam.co.id berikan ulasan lebih detail mengenai CPR dan cara melakukan CPR, Kamis (30/5/2024).

CPR adalah prosedur penyelamatan nyawa yang dilakukan dalam keadaan darurat ketika seseorang tiba-tiba berhenti bernapas atau jantungnya berdetak. Situasi seperti serangan jantung, hampir tenggelam, atau kecelakaan sering kali memerlukan CPR untuk menyelamatkan nyawa.

Prosedur ini bertujuan untuk menjaga aliran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, terutama ke organ vital, hingga dapat diberikan pertolongan medis lebih lanjut.

Menurut American Heart Association, CPR dapat melipatgandakan atau melipatgandakan peluang seseorang untuk bertahan hidup setelah serangan jantung. Hal ini disebabkan pentingnya menjaga darah tetap mengalir meski jantung dan pernapasan terhenti. Kompresi dada adalah bagian terpenting dari CPR. Kompresi ini dilakukan dengan memberikan tekanan berulang pada bagian tengah tulang dada untuk merangsang aliran darah ke seluruh tubuh.

Selain kompresi dada, pernapasan buatan atau metode mulut ke mulut sering digunakan dalam resusitasi. Cara ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan oksigen pada tubuh korban ketika detak jantung dan pernapasan tiba-tiba terhenti. Ventilasi buatan adalah alat penting untuk memastikan oksigenasi berkelanjutan selama prosedur penyelamatan.

Sejarah penggunaan CPR dimulai pada tahun 1732, ketika William Tossach, seorang ahli bedah Skotlandia, berusaha menyelamatkan seorang penambang yang tidak sadarkan diri dengan resusitasi mulut ke mulut. Mengacu pada Britannica, pengembangan lebih lanjut teknik ini dilakukan oleh dokter Edward Schafer yang pada awal abad ke-20 memperkenalkan metode kompresi dada untuk merangsang pernapasan. Palang Merah Amerika mengadopsi dan memperluas metode ini pada tahun 1910.

Pada tahun 1926, Fakultas Kedokteran Johns Hopkins membentuk tim untuk mengembangkan metode untuk menyelamatkan pekerja utilitas listrik yang sering mengalami kecelakaan fatal di tempat kerja akibat sengatan listrik. Setelah beberapa percobaan, termasuk menggunakan stimulasi listrik pada anjing, mereka menemukan bahwa kompresi dada yang berirama dapat membantu menghidupkan kembali jantung yang berhenti. Temuan ini kemudian diujikan pada hewan lain dan pasien rumah sakit dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.

Pada tahun 1958, metode ini menyelamatkan nyawa seorang anak berusia dua tahun yang jantungnya tiba-tiba berhenti berdetak. Sejak itu, CPR telah menjadi bagian wajib dari pelatihan semua dokter, petugas pemadam kebakaran, pengemudi ambulans, dan petugas pertolongan pertama. Palang Merah Amerika menyetujui CPR sebagai metode medis dasar pada tahun 1963.

Panggilan dilakukan dari Eka Hospital dan CPR harus dilanjutkan sampai korban pulih sepenuhnya. Namun, ada situasi tertentu di mana CPR dapat dihentikan, seperti ketika detak jantung dan pernapasan korban kembali normal, penolong menjadi lelah, atau spesialis CPR mengambil alih. Selain itu, resusitasi juga dapat dihentikan jika penolong dalam bahaya, korban sakit parah, atau jika ada kesepakatan DNR (jangan melakukan resusitasi).

Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Pemahaman mengenai tujuan, teknik, dan waktu melakukan dan menghentikan CPR sangat diperlukan untuk melakukan tindakan ini secara efektif.

Masih kami laporkan dari Eka Hospital, berikut cara melakukan prosedur resusitasi: 1. Periksa apakah keadaan sekitar jauh dari bahaya (bahaya).

Langkah pertama dalam melakukan CPR adalah memastikan lingkungan aman bagi pasien dan orang di sekitarnya. Jangan membahayakan diri sendiri atau orang lain. Misalnya jika terjadi kecelakaan lalu lintas, pastikan lalu lintas dihentikan atau dipindahkan sebelum memulai CPR. Setelah situasi aman, segera hubungi 911. Tempatkan pasien pada permukaan yang datar, seperti trotoar atau lantai, untuk memulai prosedur. 2. Pengendalian kesadaran (jawaban)

Sebelum melakukan CPR, penting untuk memeriksa kesadaran dan respon pasien. Misalnya, jika seseorang pingsan setelah tenggelam, dekati pasien dan tanyakan dengan lantang, “Apakah kamu baik-baik saja?” sambil menepuk pundaknya. Perhatikan apakah pasien bernapas atau tidak dan rasakan denyut nadinya dengan mendekatkan telinga ke mulut dan mendengarkan pernapasan hingga 10 detik.

Jika tidak ada denyut nadi dan tidak ada pernapasan, mulailah CPR. Jika pasien masih bernapas meski tidak sadarkan diri, pantau terus kondisinya sambil menunggu bantuan darurat. 3. Kompresi dada (kompresi)

Kompresi dada merupakan inti dari CPR yang bertujuan untuk merangsang jantung agar kembali memompa darah. Langkah-langkahnya sebagai berikut: Baringkan pasien terlentang pada permukaan yang rata dan keras. Berlututlah di leher dan bahu pasien. Letakkan telapak tangan bagian bawah di tengah dada, di antara puting susu. Letakkan tangan lainnya di atas tangan pertama, pastikan siku lurus dan bahu tepat di atas tangan. Dorong dada Anda lurus ke bawah setidaknya 2 inci, tetapi tidak lebih dari 2 inci, dengan menggunakan seluruh berat badan Anda, bukan hanya lengan Anda. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100 hingga 120 kompresi per menit.

Jika Anda belum mendapat pelatihan CPR, teruskan kompresi dada hingga ada tanda-tanda pergerakan atau hingga tenaga medis datang. Setelah dilatih, lanjutkan dengan membuka saluran udara dan memberikan pernapasan buatan. 4. Membuka jalan nafas

Pembukaan jalan napas diperlukan setelah 30 kali kompresi dada jika tidak ada tanda-tanda pernapasan normal. Caranya adalah dengan memiringkan kepala pasien sedikit ke belakang dan mengangkat dagu.

Misalnya, jika seseorang mengalami serangan jantung di kolam renang setelah melakukan kompresi dada, letakkan telapak tangan yang satu di dahi pasien, miringkan kepala, dan angkat dagu dengan tangan yang lain hingga jalan napas terbuka.

5. Pernapasan buatan (breathing)

Pernafasan buatan merupakan langkah terakhir dalam melakukan CPR. Hal ini dapat dilakukan dari mulut ke mulut atau mulut ke hidung jika mulut pasien tidak dapat dibuka. Langkah-langkahnya sebagai berikut: Miringkan kepala pasien sedikit ke belakang dan angkat dagu. Jepit hidung pasien, tutup mulut seluruhnya dengan mulutnya, dan tiup hingga dadanya terangkat. Jika dada tidak terangkat pada napas bantuan pertama, lemparkan kepala ke belakang. Jika dada masih tidak naik, pasien bisa mati lemas.

Ulangi kompresi dada dan bantuan napas sampai bantuan medis tiba. Jika defibrilator eksternal otomatis (AED) tersedia, gunakan defibrilator tersebut untuk membantu CPR.

Dengan memahami secara detail cara melakukan CPR, seseorang dapat lebih mempersiapkan diri dalam menangani situasi darurat dan memberikan pertolongan pertama yang efektif. Pengetahuan ini penting untuk menyelamatkan nyawa jika terjadi keadaan darurat, seperti serangan jantung atau hampir tenggelam.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link