harfam.co.id, Jakarta – Terancam mulai tahun 2025 Salah satu aplikasi terbesar di Apple App Store, TikTok, akan dilarang di Amerika Serikat.
Namun, Presiden terpilih AS Donald Trump ingin menghentikan larangan aplikasi TikTok, menurut sebuah laporan baru.
“Presiden terpilih Donald Trump mungkin mencoba menghentikan usulan larangan TikTok tahun depan,” kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut kepada 9to5Mac, Rabu (13/11/2024).
Aplikasi berbagi video yang berbasis di Tiongkok ini akan mengakuisisi pemilik baru di luar Tiongkok pada bulan Januari, menurut sebuah laporan.
Jika tidak, TikTok akan kehilangan akses ke pengguna AS. Hal ini berdasarkan undang-undang yang disahkan pada April tahun lalu.
Upaya Donald Trump untuk “menyelamatkan TikTok” adalah salah satu janji kampanyenya. Faktanya, bahkan Donald Trump sendiri terus-menerus berkonflik dengan Tiongkok selama pemerintahan pertamanya.
Apa selanjutnya untuk TikTok?
Saat ini, berdasarkan undang-undang yang disahkan awal tahun ini dan ditandatangani oleh Presiden Joe Biden, larangan terhadap TikTok akan berlaku sehari sebelum Trump terpilih kembali sebagai presiden.
Tidak jelas apa yang akan dilakukan Trump agar TikTok tidak dilarang. Dia akan mencoba menghentikannya sebelum diberlakukan pada bulan Januari atau mengangkatnya kembali ketika dia menjadi presiden. Namun nasib TikTok di AS belum diketahui.
Sebelumnya di Kanada, aplikasi berbagi video terpopuler di dunia, TikTok, diminta berhenti beroperasi. Apa yang terjadi
Menurut Engadget, TikTok diminta menghentikan operasinya pada Kamis (7/11/2024) setelah pemerintah Kanada menganggap aplikasi dan anak perusahaannya, ByteDance, merupakan masalah keamanan nasional.
Namun, Kanada masih mengizinkan aplikasi TikTok untuk tetap tersedia dengan tunduk pada persyaratan hukum lainnya.
Menteri Inovasi, Ilmu Pengetahuan dan Industri Kanada, François-Philippe, mengatakan: “Keputusan ini didasarkan pada bukti yang dikumpulkan selama evaluasi dan rekomendasi yang dibuat oleh komunitas keamanan dan intelijen Kanada.”
Komentar tersebut muncul ketika kekhawatiran terus meningkat terhadap pengumpulan data pengguna TikTok dan potensi akses ke pemerintah Tiongkok.
Kanada sebelumnya melarang pegawai pemerintah mengunduh TikTok di perangkat pribadi mereka, kebijakan serupa juga diterapkan di AS.
Sejauh ini, TikTok melalui juru bicaranya menyatakan akan menentang kebijakan tersebut. “Menutup kantor TikTok di Kanada dan kehilangan ratusan pekerjaan bukanlah keputusan yang tepat,” kata juru bicara perusahaan.
“Kami akan menentang perintah ini di pengadilan,” tambahnya. Perpindahan ke Kanada merupakan babak baru dalam perdebatan global tentang TikTok.
Tidak hanya itu, keputusan ini juga dapat berdampak pada banyak orang yang melakukan hal-hal yang mengandalkan internet untuk memamerkan bisnis dan pendapatannya.