AMERIKA – Kelompok operasi siber asal Iran, CyberAv3ngers, berhasil menghancurkan sistem IT yang dibangun di Israel. AS sebagai sahabat sekaligus konsumen produk Israel mengancam dan melancarkan kompetisi senilai 10 miliar dolar AS atau setara Rp 159 miliar lebih untuk mendapatkan informasi keberadaan kelompok tersebut.
Program Hadiah Departemen Kehakiman AS (JJPR) telah mengeluarkan pemberitahuan terhadap setidaknya enam warga Iran yang terkait dengan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang dicurigai terlibat dalam kekerasan internet. Mereka adalah Hamid Homayunfal, Hamid Reza Lashgarian, Mahdi Lashgarian, Milad Mansoori, Mohammad Bagher Shirinkar dan Reza Mohammad Amin Saberian.
Laporan Al Arabiya, Sabtu (8/10/2024), Lashgarian diklaim AS sebagai penyelidik beberapa aktivitas online dan intelijen yang menyerang AS. Ia diyakini sebagai kepala Komando Cyber Elektronik IRGC (IRGC-CEC) dan komandan Pasukan Quds IRGC. Sedangkan lainnya merupakan pejabat senior di IRGC-CEC.
Kelompok ini baru-baru ini dikenal karena menargetkan dan membobol Iran serangkaian pengontrol logika yang dapat diprogram yang diproduksi oleh Unitronics Israel, yang digunakan dalam air dan limbah, energi, makanan dan minuman, manufaktur, layanan kesehatan, dan perusahaan lainnya.
Pada bulan Oktober 2023, CyberAv3ngers mengaku bertanggung jawab atas serangan online terhadap PLC Israel di saluran Telegram mereka.
“Setidaknya sejak 22 November 2023, CyberAv3ngers telah merusak kredensial otomatis di PLC ini di seluruh AS dan meninggalkan pesan di layar digital perangkat,” kata RFJ.
“Kami telah melenyapkan kalian, menghancurkan Israel. Peralatan apa pun yang dibuat di Israel menjadi sasaran CyberAv3ngers,” beberapa pesan yang ditampilkan di perangkat tersebut setelah pemotongan.
Enam orang di atas berada di bawah sanksi AS mulai Februari 2024. Barang dan aset mereka di AS telah disita dan semua transaksi dengan warga negara AS telah diblokir.