JAKARTA – Satelit Starlink milik Elon Musk bisa memberikan dampak signifikan terhadap iklim bumi, demikian temuan para ilmuwan. Hal ini terjadi setelah SpaceX pada 13 Februari 2024 mengumumkan rencana meluncurkan hampir 100 satelit dari orbit Bumi dalam beberapa minggu dan bulan mendatang. Ini adalah masalah umum yang meningkatkan kemungkinan kegagalan di masa depan.
Situs News Ukraine melaporkan bahwa pada Kamis (7/3/2024) perwakilan SpaceX memulai peluncuran penerbangan terkendali 406 dari hampir 6.000 satelit Starlink yang diluncurkan. Dari jumlah tersebut, 17 satelit saat ini tidak terkendali, tidak aktif, dan dalam kondisi turun dari lokasi semula. Namun tetap diawasi secara cermat untuk meminimalkan risiko tabrakan dengan satelit aktif lainnya.
Mereka menjelaskan, Starlink versi awal berada kurang dari 600 kilometer di atas permukaan bumi. Para ahli percaya bahwa atmosfer pada ketinggian ini secara alami akan mengelilingi satelit dalam lima tahun atau kurang, bergantung pada ketinggian dan strukturnya.
SpaceX mengklaim bahwa bahaya yang ditimbulkan oleh satelit di orbit hampir tidak ada karena terbakar. Terlepas dari klaim SpaceX tentang keselamatan orbit satelitnya, para ilmuwan telah menyatakan kekhawatirannya tentang potensi dampaknya terhadap atmosfer bumi.
“Pembakaran” Starlink meninggalkan jutaan partikel pesawat ruang angkasa di atmosfer, dan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa logam dari pesawat ruang angkasa menguras lapisan ozon stratosfer.
Berdasarkan hal ini, para ilmuwan iklim khawatir bahwa puing-puing satelit dapat memperburuk krisis iklim saat ini. Menurut para ahli, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak instrumen luar angkasa terhadap atmosfer dan iklim bumi, karena sisa-sisa aktivitas manusia di luar angkasa membentuk awan stratosfer kutub yang berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.
Selain itu, para ilmuwan menekankan bahwa pembersihan sampah luar angkasa merupakan prioritas industri luar angkasa.