harfam.co.id, Jakarta – Puasa Syawal merupakan puasa sunah yang dilaksanakan setelah akhir bulan Ramadhan, mulai tanggal berapa? Kapan bisa memulai puasa Syawal menjadi kekhawatiran besar bagi umat Islam karena sangat penting untuk memahami kapan waktu yang tepat untuk memulainya.
Menurut situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia (Kamenag RI), pelaksanaan puasa Syawal dimulai pada 2 Syawal, sehari setelah Idul Fitri. Dapat dilakukan secara berurutan atau bergantian.
Kemudian menurut mayoritas ulama, lebih baik menyelesaikan qadha puasa Ramadhan sebelum memulai puasa Syawal. Pandangan ini dianut dengan kuat oleh banyak peneliti dari berbagai aliran pemikiran.
Lebih penting bagi mereka untuk menyempurnakan puasa yang terlewat di bulan Ramadhan daripada memulai puasa Syawal yang disebut puasa Sunnah. Jadi, meski puasa Syawal mempunyai prioritas tersendiri, namun menunaikan kewajiban yang belum terpenuhi menjadi prioritas utama umat Islam.
Berikut harfam.co.id ulas lebih dalam kapan boleh memulai puasa Syawal menurut sebagian besar peneliti, Senin (15/4/2024).
Mengutip buku Ahmed Khairon “Puasa Pucat Lengkap”, puasa Syawal dimulai pada tanggal 2 Syawal, sehari setelah Idul Fitri. Menurut Kementerian Agama RI, meski idealnya dilakukan selama enam hari berturut-turut, namun puasa Syawal bisa dilakukan secara bergantian dan tidak berurutan.
Misalnya, seseorang dapat memilih berpuasa pada tanggal ganjil atau genap di bulan Syawal. Contoh amalan puasa Syawal yang dianjurkan adalah menuntaskannya selama enam hari berturut-turut, misalnya tanggal 2 hingga 7 Syawal. Alternatifnya, puasa terpisah dapat dilakukan, misalnya setelah 3 Syawal, kemudian dilanjutkan pada 7, 11, 15, 20, dan 23 Syawal.
Kapan kita bisa memulai puasa Syawal? Menurut berbagai ulama, khususnya mazhab Hanafi, yang terpenting adalah menuntaskan qadha puasa Ramadhan sebelum memulai puasa Syawal. Dalam buku “Salih Az Mein #2” yang disusun oleh Muslima Talk disebutkan bahwa Qadha puasa berstatus kewajiban yang tidak terbatas. Artinya waktunya tidak tetap dan bisa diamalkan hingga Ramadhan tiba tahun depan.
Oleh karena itu, dari pendapat ini dapat dipahami bahwa meskipun puasa Syawal yang sebenarnya sunnah lebih baik, namun puasa wajib Qadha Ramadhan lebih baik. Pendapat tersebut juga ditegaskan dalam buku “Panduan Puasa Bersama Quraish Shahab” terbitan Republica.
Pandangan berbeda datang dari mazhab al-Hinabla yang melarang puasa Syawal sebelum puasa qadha Ramadhan. Ia merujuk pada sebuah hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa jika seseorang mempunyai hutang karena puasa Ramadhan, maka puasa sunahnya tidak sah. Namun sebagian ulama masih meragukan keabsahan hadis ini.
“Barangsiapa yang menjalankan puasa sunnah meskipun ia mempunyai hutang puasa qada ramadhan yang belum dibayar, maka puasa sunnahnya tidak sah sampai ia terlebih dahulu membayar puasa qadanya.” (HR Ahmad)
Namun mazhab Al-Malikiyyah dan Asi-Syafi’i membolehkan puasa Syawal meski utang puasa Ramadhan tetap ada, meski disertai dendam atau kurang keutamaan. Mereka menekankan pentingnya menunaikan puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban, tanpa mengutamakan mereka yang ingin berpuasa di bulan Syawal.
Penting bagi umat Islam untuk memahami keistimewaan puasa Syawal, seperti yang terangkum dalam buku “Faqiya Ramadhan” karya Wafi Mazoqi Amar. 1. Puasa Syawal melengkapi puasa Ramadhan.
Pertama, puasa Syawal mempunyai keistimewaan untuk menuntaskan salat Ramadhan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, puasa Syawal dapat menutupi kekurangan puasa Ramadhan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa sunnah seperti puasa Syawal berfungsi sebagai perekat dan pelengkap ibadah wajib.
Semakin banyak perbuatan baik yang Anda lakukan dengan niat tulus, maka semakin banyak pula pahala yang Anda dapatkan, sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an. Puasa Syawal tidak hanya sekedar tambahan tetapi juga merupakan bagian penting dalam menyempurnakan puasa Ramadhan. 2. Pahala puasa syawal seperti puasa tetap.
Kedua, puasa Syawal juga mempunyai keistimewaan seperti puasa tetap. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa barangsiapa menjalankan puasa Ramadhan dan menjalankan enam puasa di bulan Syawal, maka ia akan diberi pahala seolah-olah ia menjalankan semua puasa.
Hal ini menunjukkan bahwa puasa Syawal sangatlah penting di mata Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga setiap amalan yang dilakukan dengan ikhlas pasti pahalanya besar. Diriwayatkan dari Abi Ayyub Ansari radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa menjalankan puasa Ramadhan lalu menjalankan enam puasa Syawal, maka ia seolah-olah dia menjalankan semua puasa. 3. Puasa Syawal pahalanya berlipat ganda.
Ketiga, puasa Syawal juga mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana dalam hadits Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang berpuasa enam hari setelah Ramadhan dan Idul Fitri maka pahalanya sama dengan orang yang berpuasa sepanjang tahun. bulat.
Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa menjalankan puasa Ramadhan dan menjalankan enam puasa Idul Fitri, maka pahalanya sama dengan puasa setahun penuh. Dan barangsiapa yang berbuat baik, maka pahalanya sepuluh kali lipat. » (Ibnu Majah)
Faktanya, setiap perbuatan baik akan mendapat pahala sepuluh kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa puasa Syawal bukan hanya sekedar amalan tambahan namun juga merupakan kesempatan untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.