December 21, 2024
Kemenkes RI: Mpox Sudah Ada Sejak 1970, Bukan Efek Vaksin COVID!

Kemenkes RI: Mpox Sudah Ada Sejak 1970, Bukan Efek Vaksin COVID!

0 0
Read Time:2 Minute, 36 Second

harfam.co.id, Batavia – Baru-baru ini beredar di media sosial bahwa Mpox adalah efek samping dari vaksin COVID-19. Pernyataan ini membuat banyak orang khawatir, terutama terkait dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh Tapi apakah itu benar?

Menanggapi rumor tersebut, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Dr. Muhammad Siahril, SP, MPH memberikan penjelasan yang gamblang dan tegas. Ia mengatakan, penyakit gondongan dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda. Mpox sudah ada jauh sebelum munculnya COVID-19 dan vaksin COVID-19

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus Mpox pada manusia pertama dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970. “Mpox sudah ada sejak lama dan mewabah di banyak negara Afrika seperti Afrika Selatan. Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” tambah Siahril dari negara saya, Sehat Mo, pada 3 September 2024.

Mpox atau yang dulu disebut cacar monyet, bukanlah penyakit baru Penyakit ini telah menjadi bagian dari sejarah kesehatan global selama lebih dari 50 tahun WHO mendeklarasikan Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) untuk Mpox pada 23 Juli 2022 menyusul peningkatan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Pada tahun 2024, WHO kembali mendeklarasikan Mpox PHEIC karena adanya peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Barat, khususnya di Republik Demokratik Kongo. Kasus Mpox juga mulai dilaporkan di negara-negara lain di luar Afrika, sehingga menjadi perhatian global

 

Mengingat Mpox memiliki sejarah panjang yang sudah ada sejak tahun 1970-an, klaim bahwa penyakit tersebut muncul sebagai efek samping vaksin COVID-19 adalah salah. Mpox ini tidak ada kaitannya dengan vaksin COVID-19, kata Siahril. Mpox disebabkan oleh virus Mpox (MPXV), bukan vaksinnya.

Virus Mpox ada dua jenis yaitu clade I dan clade II Pada tahun 2022–2023, terjadi wabah Mpox global yang disebabkan oleh strain clade IIb. Baru-baru ini, peningkatan kasus di Republik Demokratik Kongo dan negara lain disebabkan oleh clade I dan Ib, yang memiliki lebih banyak manifestasi klinis.

Penyakit ini menyebar dengan cepat melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi Menurut Siahril, penularan Mpox antar manusia terutama melalui kontak fisik langsung Bahkan, bisa juga terpapar jika anak-anak melakukan kontak dekat dengan orang yang tertular

Dalam laporan kasus global, mayoritas pasien yang terinfeksi Mopox adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL). Namun perlu diingat bahwa pelakunya tidak hanya menyasar LSL saja, namun bisa menyebar ke kelompok lain di masyarakat. Mpox dapat menular kepada mereka jika mereka tinggal bersama atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi Bagaimana mpox ditularkan?

Virus Mpox terutama menyebar melalui kontak langsung Kontak ini dapat berupa berjabat tangan, berpelukan, atau melakukan kontak seksual Namun penularannya tidak terbatas pada kontak fisik Cairan tubuh dari luka kulit atau darah orang yang terinfeksi dapat mengkontaminasi barang-barang tersebut, dan orang lain yang menyentuhnya berisiko tertular.

 

Lebih lanjut Siahril menjelaskan, berdasarkan data, 96 persen Mpox di dunia adalah laki-laki, 60 persen di antaranya adalah LSL. Namun, Sihril menegaskan, Mpox bisa menyerang siapa saja, apapun orientasi seksual atau gendernya.

Hebatnya, anak-anak pun bisa terkena virus Mpox. Mereka berisiko jika memiliki orang tua atau pengasuh yang terinfeksi. Anak-anak tidak dapat tertular melalui kontak, namun mereka dapat tertular melalui kontak sehari-hari seperti berbagi tempat tidur, handuk, atau mainan dengan orang yang terinfeksi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link