harfam.co.id, Jakarta Kemoterapi bagi pasien kanker seringkali menjadi ancaman yang menakutkan. Padahal, langkah ini diperlukan untuk proses penyembuhan, bahkan pemulihan permanen.
Dokter bedah kanker Bernard Agung Baskoro dari RS Lippo Village Silom menjelaskan, pengobatan pasien kanker dibagi dalam beberapa tahap. Ketika didiagnosis, pasien dirawat dengan pembedahan, biopsi, dan radiasi.
Baru kemudian masuk ke fase sistematis, yakni melalui terapi. Hal ini dapat dilakukan dengan terapi hormon, kemoterapi, atau terapi bertarget.
Sayangnya, ketika pasien memasuki fase kemoterapi, mereka mengalami tantangan dan efek samping. Setiap pasien memiliki tantangan dan efek samping yang berbeda-beda, tergantung penerimaan tubuh pasien terhadap obat.
Namun kemoterapi fase ini memiliki tujuan, yaitu mengendalikan pertumbuhan kanker di tubuh pasien dan bersifat paliatif. Untuk meredakan gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien, kata Bernard.
Setelah kemoterapi, sebagian besar reaksi tubuh pasien menunjukkan hasil positif. Dimulai dengan respon lengkap, yaitu tumor hilang sama sekali.
Ada juga tanggapan parsial: diameter tumor menyusut lebih dari 30 persen.
Sayangnya, ada yang menyikapinya dengan stabil, yakni hanya ada sedikit perubahan. Bahkan ada yang progresif, yakni peningkatan tumor lebih dari 20 persen atau bahkan tumor baru.
“Jika demikian, dokter akan mengevaluasi pengobatan, terapi, pemberian obat, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengobatan baru untuk mengendalikan atau menyembuhkan sel kanker tersebut,” ujarnya.
Bernard tak memungkiri, kemoterapi bisa menimbulkan berbagai efek samping pada tubuh. Rambut rontok, kehilangan ingatan, kecemasan dan depresi, sariawan, menopause, lemah jantung, mual, muntah, gangguan pencernaan, dll.
“Kemoterapi efektif membunuh sel kanker, tetapi juga dapat mempengaruhi pembelahan sel sehat dengan cepat. “Banyak efek sampingnya, seperti sel rambut, kulit, dan saluran cerna,” ujarnya.
Namun, ada pengobatan sebelum atau sebelum efek samping kemoterapi muncul di tubuh.
Misalnya rambut rontok, ini hanya efek jangka pendek dan rambut akan tumbuh kembali dengan normal. Jadi cara termudah adalah dengan memotong rambut, menghindari produk rambut kimia atau memakai wig.
Pasien juga mengalami kehilangan ingatan akibat kemoterapi.
“Kalau efeknya hilang ingatan, bisa melatih ingatannya,” ujarnya.
Jika Anda mengalami efek samping sariawan, konsumsilah vitamin C yang cukup. Jika Anda mengalami mual dan muntah, perbanyak minum air putih, makan makanan ringan, dan hindari makanan siap saji dan pedas.
Jadi sesuaikan dengan efek samping yang diperkirakan akan muncul, kata Bernard.
Bernard menghimbau pasien yang membutuhkan kemoterapi untuk tidak takut melakukannya. Karena kemoterapi juga efektif dalam mengobati kanker.
“Tujuan dari kemoterapi adalah untuk menyembuhkan. Jangan takut dengan efek sampingnya. Ketika ada yang menyeberang jalan, tentu besar kemungkinannya akan mengalami kecelakaan, namun harus menyeberang untuk mencapai tujuan. Jadi fokuslah pada penyembuhan, katanya.
Namun perlu diperhatikan bahwa pasien kanker perlu menjaga kesehatan tubuhnya pasca kemoterapi, sehingga sebaiknya menghindari keramaian untuk beberapa waktu.
Kemudian, pasien sebaiknya tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung antioksidan terlebih dahulu, agar obat kemoterapi dapat terus bekerja hingga beberapa hari ke depan.
“Oleh karena itu, efek samping kemoterapi tidak perlu dikhawatirkan, bisa dicegah dan diatasi. “Kuncinya adalah fokus pada penyembuhan,” kata Bernard.
Sementara itu, Siloam Hospital Lipo Village, bekerja sama dengan Pita Kasih dan Bholan, menyelenggarakan “Strength in Style: Empowering Survivors with Confidence,” sebuah pertemuan komunitas yang didedikasikan untuk mendukung para penyintas kanker.
Acara ini juga akan menampilkan workshop tata rias dan fashion yang didukung oleh Bholan dan Pavatia. Workshop ini mencakup kelas gaya personal dengan topik “Positif dengan Pakaian Adaptif”.
Lokakarya ini akan memberikan panduan praktis tentang cara memperkuat citra tubuh dan mengadopsi sikap positif melalui pakaian adaptif, serta tips dan saran yang dipersonalisasi.
“Tujuan dari acara ini adalah untuk membangun komunitas dukungan di mana para penyintas kanker dapat terhubung, berbagi pengetahuan dan diberdayakan. “Melalui kombinasi pendidikan kesehatan dan lokakarya, peserta diharapkan memperoleh pengetahuan praktis dan keterampilan yang akan membantu mereka mengatasi berbagai tantangan,” kata Jennifer Hendra, Direktur Lipo Village Siloam Hospitals.