harfam.co.id, Kupang Pertamina berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan di tempat kerjanya. Melalui Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Hutan (TJSL) Pertamina, perseroan melaksanakan pekerjaan restorasi mangrove di pantai Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Jumat, 7 Maret 2024.
Penanaman pohon bakau yang diikuti lebih dari 500 tamu dan warga sekitar dilaksanakan serentak dalam rangka memperingati Hari Dinas Kehutanan ke-41. Kegiatan rehabilitasi mangrove di Nusa Tenggara Timur dikoordinasikan oleh Kementerian Perdagangan dan Perindustrian bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang merupakan upaya dan tindakan nyata untuk memulihkan lingkungan dan mengurangi perubahan iklim.
Wakil Menteri Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nani Hendiarti mengatakan, untuk meningkatkan jumlah mangrove di Indonesia, Pentahelix harus didukung.
“Kementerian Perdagangan dan Perikanan telah menggalang dukungan terhadap penanaman mangrove melalui proyek TJSL sejak tahun 2021 dan akan terus berlanjut ke depannya. Sepak bola yang kita selenggarakan hari ini harus menjadi bagian dari pencapaian target 600.000 ha mangrove, dan Kami mengharapkan kesehatan masyarakat dari hutan bakau,” jelas Nani.
Proyek TJSL Hutan Pertamina yang sejalan dengan teknik perubahan iklim dan restorasi hutan telah banyak dilaksanakan di seluruh Indonesia. Saat ini terdapat lebih dari 6 juta pohon yang ditanam di seluruh Indonesia dan jumlah ini akan meningkat di tahun-tahun mendatang.
Dalam proyek ini, Sekretaris Perusahaan Pertamina Brahmantia S. Poevardi mengatakan, Pertamina berkomitmen untuk terus mengembangkan mangrove bekerja sama dengan berbagai pihak.
“Tahun ini, Pertamina akan menyelesaikan rehabilitasi mangrove di sekitar kantor Pertamina dan beberapa lokasi bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian LHK, serta di wilayah NTT, Kalimantan Utara, dan Aceh Singkil,” kata Brahmantia. .
Program tersebut didasarkan pada tujuan lingkungan hidup, sosial dan tata kelola (ESG) dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 13 tentang perubahan iklim, poin 14 melindungi ekosistem laut dan poin 15 melindungi ekosistem darat.
Presiden NTT Ayodhia G. L. Kalake, SH, MDC yang turut hadir di perkebunan tersebut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pihak yang telah menjaga NTT.
“Saya terutama berterima kasih kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pertamina, BUMN dan swasta yang telah melakukan kepedulian terhadap rehabilitasi mangrove khususnya di NTT karena kita mengenal mangrove itu.” Ekosistem merupakan lingkungan pelindung bagi kehidupan baik di darat maupun air laut serta menjaga kualitas udara tetap baik dari pencemaran,” tutupnya.
Harapannya, rehabilitasi mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat mengajak seluruh masyarakat untuk menjalin hubungan baik dalam mencintai lingkungan dan menjaga lingkungan sehingga pada akhirnya dapat membantu meningkatkan mutu dan kualitas lingkungan. dari kehidupan masyarakat.
Turut hadir pada kesempatan ini Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hutan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nani Hendiarti, PJ. Gubernur NTT Ayodhia Gehak Lakunamang Kalake, Waaster KASAD hingga Tahwil Komsos dan Bhakti TNI Brigjen TNI Taufiq Shobri, Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Tasdianto, Direktur Pusat KSDA NTT Arief Mahmud, Sekretaris Perusahaan (persro) Brahmantia S. Poerwadi serta perwakilan dari berbagai perusahaan PT PLN (Persero), PT Pelindo (Persero) dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi).
(*)