October 22, 2024
Nyamuk Wolbachia, Solusi Atasi Demam Berdarah Dengue Selain 3M Plus Vaksin DBD

Nyamuk Wolbachia, Solusi Atasi Demam Berdarah Dengue Selain 3M Plus Vaksin DBD

0 0
Read Time:2 Minute, 23 Second

harfam.co.id, Jakarta – Program nyamuk Wolbachia untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD) diterapkan di enam kota, yakni Denpasar, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang. Hal tersebut disampaikan Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dalam diskusi media #Ayo3MPlusVaksinDBD pada Kamis, 21 Maret 2024.

Ia menjelaskan, Wolbachia merupakan bakteri alami pada nyamuk Aedes aegypti yang dapat mengurangi replikasi virus dengue dan mengurangi kemampuan nyamuk menularkan demam berdarah. Imran mengatakan penggunaan bakteri Wolbachia aman berdasarkan penelitian yang dilakukan berbagai negara dan para ahli.

Sayangnya, lanjut Imran, partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap nyamuk ber-Wolbachia masih rendah karena minimnya informasi dan banyaknya lelucon yang beredar.

Selain itu, Imran juga menyoroti pentingnya inovasi lain dalam penanggulangan demam berdarah dengue, seperti pengembangan vaksin demam berdarah. Saat ini tersedia dua vaksin, Dengvaxia, yang diberikan kepada anak berusia 9 hingga 16 tahun dengan pemeriksaan serologis awal, dan Qdenga, yang dapat diberikan kepada orang di bawah 45 tahun tanpa pemeriksaan awal dan dua dosis.

Imran juga menyebutkan bahwa vaksin DBD masuk dalam program daerah seperti di Kalimantan Timur pada tahun 2023. Ia juga menegaskan, DBD masih menjadi masalah kesehatan yang serius dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan kematian baik di Indonesia maupun di dalam negeri. dunia.

Menurut WHO, sekitar 3,9 miliar orang di 128 negara berisiko terkena demam berdarah dengue di lebih dari 100 negara, termasuk negara endemis di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Imran Pambudi melaporkan pada tahun 2024, jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia akan mencapai 35.556 dengan 290 kematian, padahal baru 11 minggu berlalu. Imran menyoroti fakta bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus dan kematian DBD tertinggi dengan 10.428 kasus dan 94 kematian. Selain itu, dilaporkan juga adanya peningkatan kasus DBD di 18 provinsi antara lain Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Selatan dan lain-lain.

Imran menyoroti beberapa permasalahan terkait DBD seperti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit tersebut dan kurang optimalnya budaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Dalam konteks cuaca hujan yang tidak biasa dan diikuti panas selama tiga hari berturut-turut, Imran menjelaskan hal tersebut dapat meningkatkan air hujan yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Imran merumuskan beberapa strategi pencegahan demam berdarah, antara lain manajemen risiko, akses layanan publik yang lebih baik, peningkatan pengawasan dan keterlibatan masyarakat dalam pemberantasan nyamuk demam berdarah.    

Sementara itu, jumlah kasus demam berdarah di Indonesia akan mengalami penurunan sebesar 30 persen pada tahun 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Imran mengungkapkan, jumlah kumulatif kasus DBD pada tahun 2023 mencapai 114.720 kasus dengan 894 kematian.

Jumlah kasus tertinggi dilaporkan di Jawa Barat yakni mencapai 19.328 kasus. Sedangkan Jawa Tengah mencatat jumlah kematian tertinggi pada tahun itu sebanyak 143 kasus, ujarnya. Imran juga mencatat pada tahun 2022 terdapat 143.176 kasus DBD dengan 1.236 kematian.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link