harfam.co.id, JAKARTA – Para ilmuwan menyoroti pencemaran limbah pabrik akibat aktivitas industri menyebabkan tingginya kadar bromat pada air minum dalam kemasan (DWW).
“Kalau tidak ada pencemaran, sebenarnya air minumnya tidak ada bromat. Tapi ada limbah industri di sekitar sumber air yang mengandung bromida, air kemasan dari sumber air itu bisa saja mengandung bromat,” kata dosen kimia asal Bandung itu. Institut Teknologi (ITB) Dr. Handajaya Rusli dalam keterangannya yang ditayangkan Antara beberapa waktu lalu.
Handjaya mengemukakan bahwa bromat terbentuk melalui ozonolisis unsur bromida. Jika sebuah pabrik menggunakan bromida dan secara tidak sengaja membuang limbahnya langsung ke sungai, bromat dapat terbentuk.
Tentu saja hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas AMDK karena sumbernya mungkin mengandung bromat dan membahayakan kesehatan masyarakat. Namun jika AMDK berasal dari tanah lokal, kecil kemungkinannya mengandung unsur bromida, ujarnya.
Menurut Departemen Kesehatan Negara Bagian New York (Departemen Kesehatan Negara Bagian New York), ia mengatakan bahwa konsumen yang terpapar bromat tingkat tinggi mungkin berisiko terkena kanker. Departemen juga menekankan bahwa setiap air mineral harus mengandung kandungan bromat. Namun, untuk mengurangi risiko kanker saat meminum air kemasan yang mengandung bromat, telah ditetapkan batas aman jumlah zat ini dalam air mineral.
“Tes pada hewan laboratorium menunjukkan bahwa paparan bromat dalam kadar tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit ginjal. Sementara itu, paparan bromat dalam kadar tinggi dalam jangka panjang juga menyebabkan kanker seperti yang diteliti pada tikus,” kata Handajaya.
Handjaya mengingatkan, kandungan bromat cukup berbahaya. Sebab bila dikonsumsi dalam jumlah banyak, penggunanya juga akan mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, sakit perut, dan gangguan pendengaran.
Oleh karena itu, mereka mendesak agar produsen makanan dan minuman secara teratur melaporkan kadar bromat.