harfam.co.id, Jakarta – Belakangan ini flu Singapura atau penyakit tangan, kaki, mulut (HFMD) mengalami peningkatan kasus di Indonesia.
Meningkatnya kasus ini tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri karena masyarakat Indonesia akan segera memasuki mudik Idul Fitri untuk merayakan Idul Fitri 1445H.
Menurut dokter anak Dr. Edi Hartoyo, mudik Lebaran berpotensi memudahkan penyebaran HFMD.
“Kalau soal skalabilitas (distribusi), ya. Apalagi jika kita menggunakan transportasi umum, kata Edi, Selasa (2/4/2024) dalam konferensi pers online bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Orang tua yang tidak mengetahui anaknya mengidap HFMD dapat mendorong penularan secara luas.
“Karena penyakitnya ringan, orang tuanya tidak menyadari bahwa dia tertular virus, jadi dia naik bus pulang dan berkumpul dengan banyak orang. Jadi risiko perluasan (penyebaran) bisa ada.”
Oleh karena itu, Edi berbagi tips mencegah anak terkena HFMD saat berkunjung ke rumah dan merayakan Idul Fitri.
“Karena HFMD menular melalui droplet, maka melalui kontak, anak-anak harus diisolasi jika menunjukkan gejala seperti luka di mulut, telapak tangan, telapak kaki, dan terkadang di badan. “
Isolasi anak bukan berarti mengurung anak di kamar, melainkan anak tidak keluar rumah selama lima hingga tujuh hari.
“Setelah lima atau tujuh hari, penyakit itu tidak menular lagi. Tidak selama dua minggu, tidak. Jika dua minggu adalah waktu yang lama, sayang sekali. “
Selain isolasi, cara lain untuk mencegah orang tertular dan menyebarkan virus penyebab HFMD adalah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
“Yang kedua adalah meningkatkan daya tahan tubuh anak kita. Bagaimana prosedurnya? Istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, dan banyak cairan. “
Dengan meningkatkan daya tahan tubuh, maka dapat mengusir segala jenis virus yang masuk ke dalam tubuh anak.
Hal ketiga yang harus dilakukan untuk mencegah anak terkena Singapore Fever adalah dengan menghindari kontak dengan penderita HFMD.
“Ketiga, hindari kontak dengan pasien flu Singapura. “Bagi bapak dan ibu yang mengira anaknya menunjukkan gejala-gejala tersebut, saya suruh pulang dulu, jangan main-main dengan temannya, agar tidak tertular.”
“Tunggu, waktu penularannya tiga sampai lima hari, itu tidak lama, dan kemudian tidak menular lagi.”
Eddy juga menjelaskan, flu Singapura berbeda dengan cacar air. Sedangkan untuk luka atau koreng, bisa hilang dengan sendirinya karena demam singapura tidak menembus lapisan kulit yang lebih dalam.
Sementara itu, jika luka cacar semakin dalam, maka akan meninggalkan bekas dan semakin sulit dihilangkan.
Perbedaan kedua adalah virus penyebab flu Singapura tidak memberikan kekebalan. Berbeda dengan virus penyebab cacar air yang memberikan kekebalan pada tubuh. Oleh karena itu, karena imunitas tubuh, penyakit cacar jarang terjadi lagi di kemudian hari.
Artinya, jika Anda terkena flu di Singapura pada musim ini, Anda akan tertular lagi pada musim depan jika Anda bersentuhan dengannya. “Jadi tidak ada kekebalan terhadap HFMD, masih bisa tertular,” jelas Edi.