harfam.co.id, Jakarta – Pada perdagangan Jumat 12 April 2024, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi. Saat libur lebaran 2024, rupiah biasanya melemah terhadap dolar AS.
Berdasarkan data Google Finance, Sabtu (13 April 2023), nilai tukar Rupiah mencapai level 16.000 per dolar AS. Tepatnya pada Jumat 12 April 2024 pukul 21.55 WIB Rupiah berada di level 16.135 per USD. Terakhir, nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah sekitar 16.117,80.
Berdasarkan data tradingeconomics.com pada Sabtu 13 April 2024, Rupiah terapresiasi 0,49 persen terhadap dolar AS menjadi Rp 16.110. Berdasarkan data perdagangan dan ekonomi, rupiah diperkirakan akan terdepresiasi terhadap dolar AS pada libur lebaran 2024.
Ekonom Bank of Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan rupiah melemah di tengah ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah lebih lama dari perkiraan pada Juni 2024. Tahun 2024 karena perekonomian AS masih kuat,” ujarnya saat dihubungi harfam.co.id, Senin. Sabtu ini.
David menilai pelemahan rupiah masih merupakan hal yang wajar. Hal ini konsisten dengan depresiasi mata uang di negara-negara berkembang lainnya. “Masih normal. Menurut hitung-hitungan saya, rupiah dasar harusnya lebih dari Rp16.000. Rupiah hanya melemah 2,5% sejak awal tahun, sementara banyak negara berkembang lainnya yang terdepresiasi lebih dari “ Yen Jepang saja sudah anjlok 15% year-to-date,” ujarnya.
Secara terpisah, David mengatakan Bank Indonesia (BI) telah aktif berupaya menstabilkan rupiah sejak bulan lalu. Hal ini juga berdampak pada cadangan devisa sekitar $4 miliar pada Maret 2024. Pada 28 Maret 2024, cadangan devisa tercatat sebesar USD 140,39 miliar.
“(Dana cadangan devisa) mungkin masih turun di bulan April karena pembayaran dividen, pembayaran utang, dan upaya BI untuk menstabilkan rupiah,” ujarnya.
David memperkirakan rupiah akan terus bergejolak dalam jangka pendek dan cenderung terdepresiasi seiring dengan perkembangan indikator perekonomian Amerika.
Terkait dampak melemahnya rupiah terhadap perekonomian, David meyakini perekonomian Indonesia akan tetap kuat selama rupiah tidak terlalu labil. Jika tidak, indikator kepercayaan dunia usaha dan konsumen akan terus menguat.
Ia mengusulkan beberapa langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, khususnya di pasar non-deliverable forward (NDF), SBN, dan spot, agar volatilitas nilai tukar rupiah tidak terlalu besar. “Kita juga perlu mengoptimalkan kebijakan nilai tukar,” ujarnya.
David memperkirakan rupiah akan bertahan pada kisaran 15.800 hingga 16.200 terhadap dolar AS pada pekan depan.
Sebelumnya diberitakan, indeks dolar Amerika Serikat (USD) melemah pada akhir pekan lalu menjelang libur Idul Fitri pada Jumat 5 April 2024.
Dolar AS melemah karena ekspektasi terhadap laporan pekerjaan non-pertanian meningkatkan fokus pada suku bunga Federal Reserve.
Selain itu, selera risiko tetap rendah di tengah kekhawatiran bahwa konflik dapat memburuk di Timur Tengah karena Iran mengancam akan melakukan tindakan militer terhadap Israel. Perdagangan intra-regional merosot karena libur pasar Tiongkok.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Asaibi mengatakan: “Menyusul pernyataan Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari bahwa inflasi yang tinggi dapat berarti bank sentral tidak akan menurunkan suku bunga sama sekali pada tahun 2024. Komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga mendukung dolar.” Presentasi Tertulis, Jumat (4 Mei 2024).
Komentar Kashkari mengikuti serangkaian sinyal serupa dari pejabat Fed lainnya. Hal ini menyebabkan kerugian besar di Wall Street dan membuat sebagian besar pedagang waspada terhadap aset berorientasi risiko.
Sementara itu, di Asia, beberapa pejabat pemerintah Jepang memperingatkan risiko intervensi pemerintah di pasar mata uang akibat depresiasi yen yang terus berlanjut. Peristiwa ini dipastikan akan menyebabkan apresiasi yen dalam jangka pendek.
“Namun, komentar baru-baru ini dari pejabat BOJ juga menunjukkan bahwa mereka memperkirakan akan memperketat kebijakan moneter tahun ini karena kenaikan inflasi,” jelas Ibrahim.
Rupiah ditutup menguat 44 poin pada perdagangan sore Jumat (5/4), namun sebelumnya sempat melemah 25 poin menjadi 15.848 poin dari penutupan sebelumnya 15.892 poin.
Sedangkan pada perdagangan 16 April 2024, rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada kisaran Rp 15.810 hingga Rp 15.870.
Cadangan devisa Indonesia terus menurun pada Maret 2024.
Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia mencapai $140,4 miliar pada akhir Maret 2024, turun dari $144 miliar pada akhir Februari 2024.
Penurunan tersebut antara lain berdampak pada pembayaran utang luar negeri pemerintah, proyeksi kebutuhan likuiditas valuta asing korporasi, dan perlunya stabilisasi nilai tukar rupiah mengingat masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
Sementara itu, cadangan devisa setara dengan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan pembiayaan dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, melebihi standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Meski mengalami penurunan, Ibrahim menilai status cadangan devisa masih kuat.
Lebih lanjut, Bank Indonesia juga menilai cadangan devisa dapat mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, ujarnya.
Ke depan, Bank Indonesia meyakini sejalan dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia, cadangan devisa akan terjaga cukup dan prospek perekonomian nasional tetap terjaga dengan didukung stabilitas. “Dan pemerintah menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Ibrahim.