harfam.co.id, Jakarta – Indeks dolar Amerika Serikat (USD) terus menguat pada Rabu (27/3/2024). Imbasnya, nilai tukar Rupee pun ikut tertekan hingga mencapai kisaran Rp 16.000 per dolar AS.
Mengomentari pelemahan rupiah, Emil Mohammed, ahli strategi investasi Bahana TCW, mengatakan hal itu disebabkan tekanan global yang tidak bisa dilawan. Emil mengatakan pelemahan rupee sejak awal tahun tidak kalah dengan penguatan dolar.
“Ada banyak mata uang yang melemah lebih dari rupee, yaitu franc Swiss dan yen Jepang,” kata Emil dalam media briefing Bahana TCW, Rabu (27 Maret 2024).
Emil menegaskan, pelemahan rupiah sepenuhnya disebabkan oleh tekanan eksternal karena neraca perdagangan Indonesia masih surplus. Meskipun terjadi aliran modal masuk ke Surat Berharga Negara (SBN), aliran masuk ke saham lebih besar.
Emil menambahkan, rupee diperkirakan akan kembali menguat seiring The Fed memangkas suku bunga yang diperkirakan akan terjadi pada Juli 2024. Menurut dia, kuartal kedua akan menjadi kuartal sulit bagi rupee dan diperkirakan menjadi kuartal terakhir yang sulit. tahun ini. Haruskah investor khawatir?
Emil mengatakan, investor lebih mengkhawatirkan volatilitas dibandingkan pelemahan rupee. Menurut dia, selama rupiah melemah maka volatilitas akan tetap ada, yang mana hal ini lebih baik dibandingkan volatilitas yang tidak berkelanjutan.
“Investor asing melakukan lindung nilai terhadap dana mereka bukan terhadap pelemahan rupee, namun terhadap volatilitasnya. “Selama Bank Indonesia (BI) mampu menahan pelemahan tersebut, investor tidak perlu khawatir,” jelas Emil.
Namun jika rupee melemah hingga ke level Rp 16.000, maka akan timbul kekhawatiran di kalangan masyarakat dan pengusaha sehingga menimbulkan perasaan tidak enak.
Indeks dolar Amerika Serikat (USD) terus menguat pada Rabu (27 Maret 2024). Imbasnya, nilai tukar Rupee pun ikut tertekan hingga mencapai kisaran Rp 16.000 per dolar AS.
PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam presentasi tertulisnya mengatakan: “Sebagian besar pedagang terus condong ke dolar setelah Swiss National Bank dan Bank of England menggambarkan greenback sebagai satu-satunya mata uang dengan return lebih tinggi dan risiko lebih rendah,” dikutip Rabu ( 27 Maret 2024).
Ekspektasi terhadap data indeks harga utama PCE, ukuran inflasi pilihan The Fed, dan komentar dari pejabat senior bank sentral pada akhir pekan ini juga menyebabkan arus masuk ke dolar, terutama karena para pedagang melakukan perdagangan pada penurunan suku bunga dan menunggu tanda-tanda lebih lanjut.
Di Asia, anggota dewan BOJ Naoki Tamura mengatakan bank sentral harus bekerja perlahan dan terus-menerus menuju normalisasi kebijakan ultra-longgar dalam beberapa bulan mendatang.
“Komentarnya memperkuat pandangan bahwa BOJ akan tetap hawkish di masa mendatang,” kata Ibrahim.
Kekhawatiran tersebut menyusul peringatan dari diplomat moneter Jepang yang mengatakan mereka tidak akan mengesampingkan tindakan untuk membendung melemahnya mata uang Jepang.
Sementara itu, Menteri Keuangan Shunichi Suzuki juga mengatakan dia akan mengambil “tindakan tegas” terhadap fluktuasi mata uang yang berlebihan.
Dia mengulangi komentarnya pada tahun 2022 ketika pemerintah Jepang menerapkan intervensi tingkat tinggi untuk mendukung yen.
Rupee kembali ditutup melemah 65 poin pada perdagangan Rabu sore (27/3/2024), meski sebelumnya sempat melemah 70 poin. Rupee melemah ke level 15.858 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.792 per dolar AS.
Sementara pada perdagangan besok, rupee diperkirakan bergerak fluktuatif namun masing-masing ditutup pada kisaran 15.840 per dolar AS dan 15.900 per dolar AS.