harfam.co.id, Jakarta – Bali terkenal dengan wisata alamnya yang indah dan menarik sehingga mampu menarik perhatian berbagai wisatawan dari seluruh dunia. Namun, di balik keindahan yang ditawarkan, ada sisi yang jarang diperlihatkan.
Menyusul rumor overtourism kemarin, hari ini muncul sebuah video yang menunjukkan pemandangan alam dihancurkan oleh buldoser untuk membangun fasilitas pendukung pariwisata. Video udara memperlihatkan rusaknya tebing kapur di Desa Pechatu, Kuta Selatan, Badung, Bali, yang diyakini akan dijadikan hotel baru.
Akun Instagram yang mengunggah video tersebut adalah @therahayuproject “Bali berapa banyak?”
“Keuntungan alami?” Pertanyaan tersebut muncul dalam sebuah video yang disukai lebih dari 33 ribu pengguna Instagram.
Video pendek tersebut menuai reaksi balik dari sejumlah aktivis yang menilai pembangunan di Bali kurang memperhatikan alam. Bahkan ada yang menyimpulkan Bali seperti Hawaii yang didominasi wisatawan dan merugikan masyarakat lokal Bali.
Salah satu kesimpulannya berbunyi dalam bahasa Inggris: “Bali mulai terlihat seperti Hawaii, penduduk setempat perlahan-lahan dijajah oleh turis modern, dan penduduk asli kami dimusnahkan.”
“Batu-batu ini melindungi kita dari laut dan sungguh gila jika membangun dan menghancurkannya. Perusahaan apa ini? Bagaimana kita tahu jaringan hotelnya?” orang lain bertanya tentang membangun benteng alami di resor atau hotel.
Diketahui, formasi batuan pantai di Pechatu Bali sebenarnya merupakan batu kapur alami. Namun, perkembangan ini bukanlah yang pertama di kawasan ini. Pencarian cepat dengan mesin pencari menunjukkan bahwa kawasan tersebut penuh dengan vila dan rumah liburan.
Pembangunan hotel dan resort untuk menampung lebih banyak wisatawan merupakan salah satu dampak dari serbuan pariwisata terhadap beberapa destinasi wisata dunia. National Geographic Report, Minggu 19 Mei 2024 Masalah overtourism lebih serius dan dapat berdampak pada masyarakat dan alam setempat.
Penduduk asli akan mengungsi dan mengungsi untuk mengubah lahan menjadi tempat rekreasi, sehingga mengakibatkan kenaikan harga properti. Masyarakat hilang karena kelebihan.
Harga yang mahal, antrian wisatawan yang banyak, pantai yang padat, tingkat kebisingan yang sangat tinggi, rusaknya situs bersejarah, dan dampak terhadap alam akibat banyaknya orang yang menyimpang atau menyimpang dari jalur yang cocok untuk wisata alam menjadi penyebab pariwisata berdampak buruk terhadap masyarakat. lingkungan alam dan budaya bisa
Respons pemerintah Bali selama ini adalah dengan mengalihkan wisatawan yang terkonsentrasi di Bali selatan untuk berwisata ke destinasi wisata di utara, timur, atau barat Bali. Namun, apakah hal ini akan berdampak baik bagi alam? Sebab membangun pusat wisata di tempat lain berarti membangun kawasan pendukung baru yang akan memanfaatkan ruang hijau untuk rekreasi.
Ledakan dan gempa terdengar di kawasan wisata Pulau Merah Banyuwangi, tak jauh dari Pulau Tangry. Peristiwa ini terjadi pada Rabu, 15 Mei 2024.
Beberapa wisatawan dilaporkan tewas di pantai akibat ledakan keras tersebut. Sumber ledakan yang dikutip berbagai sumber diyakini berasal dari operasi penambangan emas di Tumpang Pit, salah satu destinasi wisata di Pulau Merah.
Penembakan tersebut diketahui dilakukan oleh PT PTI, perusahaan tambang emas, dan sudah berlangsung cukup lama. Faktanya, kejadian seperti itu juga mengganggu industri pariwisata lokal. Banyak wisatawan yang tidak sadar dan takut karena ledakan tersebut menimbulkan getaran.
Sedangkan masyarakat yang bekerja di sana mengaku sudah terbiasa. Banyak dari mereka, terutama para nelayan yang aktif dan bergantung pada hasil alam dari tambang di pegunungan, merasa resah. Bagi para pedagang di kawasan wisata Pulau Rede, mereka sudah terbiasa dengan suara ledakan dan tidak kaget lagi, kata mereka kepada media yang mewawancarai mereka.
Penambangan disruptif tidak hanya terjadi di Pulau Merah. Sebelumnya, menurut saluran daerah harfam.co.id, terdapat sekitar 2.440 pulau kecil yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kepri yang kerap dimanfaatkan untuk meningkatkan iklim investasi dan pendapatan daerah.
“Jika perencanaan komprehensif cocok untuk pengembangan kawasan pariwisata dan industri, kita harus mendukungnya,” kata Ansar Ahmad, Gubernur Kepulauan Riau Republik Indonesia, kepada Liputan6 di Batam. 4 Juli 2023.
Menurut Ansar, memanfaatkan pengembangan pulau-pulau kecil di Kepri lebih baik dibandingkan tidak memanfaatkan sama sekali. Sementara itu, sosialisasi lapangan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji berfokus pada beberapa isu strategis kelautan seperti pengelolaan berkelanjutan pulau-pulau pesisir di Kepulauan Riau.
Di Kepulauan Riau, penolakan terhadap meluasnya pemanfaatan pulau-pulau kecil tidak hanya datang dari aktivis dan lembaga swadaya masyarakat, namun juga dari kalangan mahasiswa. Mereka memahami bahwa pulau-pulau kecil mempengaruhi kehidupan banyak orang di Kepulauan Riau. Jika tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat yang sebagian besar bergantung pada rekreasi memancing.
Ketua BEM Universitas Maritim Raja Ali Haji Alfi Rivan Syafutra mengatakan pihaknya mulai menunjukkan kebijakan pemerintah yang tidak memberikan desain yang jelas dalam pengelolaan pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau.