September 21, 2024
Viral Santri di Kediri Meninggal Diduga Akibat Perundungan, KemenPPPA Angkat Bicara

Viral Santri di Kediri Meninggal Diduga Akibat Perundungan, KemenPPPA Angkat Bicara

0 0
Read Time:2 Minute, 44 Second

harfam.co.id, Jakarta – Santri berinisial BB menjadi korban kekerasan di sekitar sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur. Akibat kekerasan tersebut, remaja berusia 14 tahun tersebut dinyatakan meninggal dunia dengan luka memar di sekujur tubuhnya.

Isu ini pun viral di media sosial dan mendapat kecaman dari warganet. Di saat yang sama, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) sangat menyayangkan dan mengutuk kasus kekerasan yang terjadi di lingkungan pesantren.

Wakil Kepala Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA Nahar memastikan pihaknya akan terus memantau dan memantau proses hukum para tersangka serta memberikan dukungan kepada keluarga korban.

“Kami Kementerian PPPA menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya korban di bawah umur BB (14) akibat kekerasan fisik atau penganiayaan yang dialaminya selama belajar di PPTQ Pesantren Al Hanifiyyah Kediri,” kata Nahar dalam keterangan resmi. diumumkan pada Jumat (1/3/2024).

“Kami juga sangat prihatin jika kekerasan di pesantren terus berlanjut bahkan hingga memakan korban jiwa.  “Ini merupakan peringatan yang kuat bagi lembaga keagamaan/pondok pesantren untuk memberikan perlindungan yang lebih besar kepada santrinya,” ujarnya.

Ia berharap tidak ada lagi anak yang menjadi korban kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan, khususnya di pesantren.

Nahar pun membeberkan sejarah kejadian dari sudut pandang keluarga. Informasi tersebut diperoleh dari Tim Pengabdian Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129.

Pada 23 Februari, keluarga korban mendapat kabar dari pihak ponpes mengenai meninggalnya BB. Alih-alih karena kekerasan, pihak pesantren menyebut kematian pasien tersebut akibat sakit perut dan terjatuh di kamar mandi.

Menurut pihak pesantren, korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tidak dapat ditolong.

Saat keluarga korban menerima jenazah, ditemukan kejanggalan. Darah mengalir dari dada.

Sejak saat itu, kecurigaan keluarga semakin kuat dan mereka menuntut agar anak tersebut dikeluarkan dari korban. Kondisi tubuh korban di bawah umur tersebut sangat memprihatinkan. berbagai luka terlihat jelas di sekujur tubuh.

Kondisi tubuh korban penuh dengan luka lebam, sayatan, luka bakar di bagian kaki, luka menganga di bagian dada bahkan luka bekas penjilidan di bagian leher.

“Dugaan penganiayaan terhadap korban di bawah umur ini diperkuat dengan bukti adanya beberapa luka yang terlihat jelas di sekujur tubuh. Saat ini kami telah menerima informasi identitas 4 (empat) orang tersangka yaitu MN (18), MA (18), AF (16), dan AK (17) dan telah dilakukan penangkapan. “Kasus ini akan kami usut agar anak korban mendapatkan keadilan,” kata Nahar.

Apalagi, Nahar mengatakan Kementerian PPPA telah bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kediri (DP3AP2KB).

Koordinasi juga dilakukan dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Banyuwangi.

Koordinasi terjadi dalam upaya bantuan tambahan, baik dalam bidang dukungan hukum maupun psikologis. Pada tanggal 26 Februari, Tim Pendukung Pusat Pelayanan Terpadu Tenaga Perempuan dan Anak (P2TP2A) Banyuwangi berkoordinasi dengan Polres Banyuwangi dan menghubungi keluarga korban untuk melakukan autopsi terhadap anak korban, dan pada tanggal 27 Februari.

Bupati Banyuwangi beserta personel dan organisasi terkait lainnya turun langsung menjangkau keluarga anak korban.

Berdasarkan informasi ibu anak korban, anak korban menghubunginya melalui WhatsApp dan meminta dijemput. Namun ibu anak korban tidak menyetujui permintaan tersebut karena anak korban akan segera memasuki Imtihan (libur Ramadhan) dan anak korban juga menyetujuinya.

“Namun saat itu ibu korban sudah merasakan firasat buruk dan akhirnya ibu korban memesan tumpangan untuk menjemputnya. Namun keesokan harinya, korban menelepon dan memberi tahu ibunya bahwa tidak perlu menjemputnya karena dia baik-baik saja, jelas Nahar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link