0
0
harfam.co.id, SURABAYA — Dokter spesialis lambung dan hati Universitas Airlangga (Unair), Profesor Muhammad Miftahususur menjelaskan, meski sama-sama merupakan gangguan pada sistem pencernaan, namun terdapat perbedaan antara gejala dan penyebab sakit maag dan GERD. Tapi, kata dia, GERD dan sakit maag memang saling berkaitan. Asidosis dapat disebabkan oleh bakteri, pengobatan, atau gaya hidup dan pola makan.
Namun sebagian besar GERD disebabkan oleh kadar asam pada sel dinding lambung yang naik dari lambung hingga kerongkongan, kata Miftah, Rabu (3/4/2024).
Lebih lanjut Miftha, perbedaan GERD dan sakit maag juga bisa dilihat dari gejalanya. Gejala GERD bisa bersifat usus atau eksternal. Gejala gastrointestinal mungkin termasuk mual, demam, dan nyeri dada. Selain itu, Anda mungkin mengalami sesak napas, gejala mirip asma, gigi kuning, dan rasa pahit di mulut.
Sementara itu, gejala asam lambung yang paling umum adalah rasa tidak nyaman di perut secara umum. “Kalau asam lambung biasanya menyebabkan kembung, sakit perut, mudah kenyang dan lain sebagainya,” ujarnya.
Mifta juga berbagi tips menjaga kesehatan lambung agar tidak terkena GERD atau sakit maag. Pertama, atur waktu makan dan waktu tidur. Misalnya dengan tidak makan dua jam sebelum tidur. Karena makanan yang tidak tercerna memiliki kemampuan untuk dimuntahkan.
“Saat tidur, gravitasi tidak berpengaruh sehingga menyebabkan makanan dikosongkan dari lambung ke usus halus. Lalu, makanan di lambung bergerak kembali ke atas. Karena posisi tenggorokan dan lambung sejajar saat tidur.” dia berkata
Kedua, hindari memakai pakaian yang terlalu ketat. Hindari memakai pakaian ketat, karena mengurangi tekanan pada perut. Oleh karena itu, makanan di dalam lambung tidak naik lagi dan tekanan di dalam lambung tidak terlalu tinggi sehingga mudah dicerna.
Mifta menganjurkan agar buang air besar teratur setiap hari. “Mengosongkan usus mengurangi tekanan ke bawah,” katanya.
