September 21, 2024
Banyak Gen Z di Korsel Banting Setir jadi Pedagang Kaki Lima, Raih Omset Bulanan hingga Puluhan Juta

Banyak Gen Z di Korsel Banting Setir jadi Pedagang Kaki Lima, Raih Omset Bulanan hingga Puluhan Juta

0 0
Read Time:2 Minute, 25 Second

harfam.co.id, Jakarta – Tak sedikit generasi Z di Korea Selatan yang belakangan ini memilih berjualan di pinggir jalan dibandingkan bekerja di kantor. Mereka tertarik karena bisa memperoleh keuntungan tinggi dengan biaya pendirian perusahaan yang terjangkau.

Salah satunya adalah Lee Dohyeong, remaja 19 tahun yang menghabiskan hari-harinya sebagai pedagang kaki lima dan pemilik warung Bungeoppang di TaeGye-dong, Chuncheon. Meski biaya mendirikan booth hanya sekitar 500 ribu won atau setara Rp5,9 juta, namun omset bulanannya minimal mencapai 3 juta won atau setara Rp35 juta.

Dikutip dari Naver pada Selasa 6 Februari 2024, ia menguraikan rencananya menambah modal melalui bisnis Bungeoppang dan menjajaki berbagai solusi pasca wajib militer (wamil).

Hal serupa terjadi pada Kwon Yongju, pria berusia 29 tahun yang berjualan ubi jalar di Seoksa-dong, Chuncheon. Pada bulan Desember 2023, Kwon melihat peningkatan dalam bisnisnya.

Kwon menemukan, pada hari baik, ia bisa menjual 30 kilogram (kg) ubi hanya dalam waktu tiga jam, menghasilkan keuntungan bersih lebih dari 200.000 won atau setara Rp 2,3 juta.

Tak hanya itu, warung Bungeoppang, Hotteok, dan ubi jalar yang dioperasikan oleh Generasi Z di banyak tempat seperti Hanaro Mart Cheorwon, Pasar Utama Kimhwa Nonghyup di Yanggu pun semakin populer.

Menurut Badan Statistik Korea, jumlah pekerja di sektor ‘penjualan keliling dan stan’, yang meliputi Bungeoppang, Ubi Jalar Panggang, dan Hotteok, mencapai 372.000 orang pada paruh kedua tahun lalu, turun sekitar 2.000 orang dari jumlah pekerja di sektor tersebut. Babak kedua pada tahun 2020

 

 

Namun, di saat yang sama, jumlah pekerja berusia 30 tahun bertambah sekitar 8.000 orang, mencapai 109.000 orang pada paruh kedua tahun lalu, yang merupakan angka tertinggi sejak 2018.

Profesor Lee Eun Hee dari Departemen Urusan Konsumen Universitas Inha menjelaskan bahwa bungeopang, ubi panggang, dan warung lainnya memiliki hambatan masuk yang rendah, tingkat keuntungan yang tinggi dan sesuai dengan karakter generasi MZ yang mencari pengalaman berbeda.

Kesadaran akan perubahan iklim dan isu perlindungan lingkungan semakin meluas dalam beberapa tahun terakhir, bahkan di kalangan generasi muda dan generasi Z. Gaya hidup berkelanjutan, khususnya konsumsi makanan nabati atau vegan, menjadi tren yang banyak diikuti, dikutip dari saluran gaya hidup harfam.co.id.

Dalam upaya penurunan emisi gas karbon, dua sektor utama yang berperan adalah industri dan sektor pangan. Dibandingkan industri, penerapan perubahan di bidang pangan dinilai lebih mudah, terutama melalui transformasi menu makanan sehari-hari agar lebih berkelanjutan.

Helga Angelina, salah satu pendiri dan CEO Burgreens dan Green Rebel, menyampaikan pendapatnya pada konferensi pers di Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. Ia menjelaskan, untuk menciptakan keberlanjutan, sektor pangan membutuhkan investasi yang lebih sedikit dibandingkan sektor energi.

Terobosan menuju konsumsi pangan yang lebih berkelanjutan dipandang sebagai cara yang lebih mudah bagi masyarakat untuk berkontribusi mengurangi emisi karbon. Kendati demikian, Helga menekankan perlunya kerja sama antara industri dan sektor pangan dalam upaya penurunan emisi.

Generasi muda, termasuk Milenial dan Generasi Z, dipandang semakin terbuka untuk menerapkan gaya hidup vegan sebagai bagian dari upaya menjalani kehidupan yang berkelanjutan. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link