December 30, 2024
Mengapa Saya Digigit Nyamuk, Padahal Orang Sebelah Tidak?

Mengapa Saya Digigit Nyamuk, Padahal Orang Sebelah Tidak?

0 0
Read Time:3 Minute, 24 Second

harfam.co.id – Ada yang bilang darah orang yang sering digigit nyamuk mungkin lebih manis dibandingkan mereka yang jarang digigit.

Anda mungkin pernah mengalami digigit nyamuk berkali-kali, padahal orang di sekitar Anda tidak digigit sama sekali.

Kini sekelompok peneliti di AS dapat menjelaskan mengapa hal tersebut terjadi.

Dalam laporan penelitian baru yang diterbitkan hari ini (19/10), peneliti Universitas Rockefeller mengatakan bahwa nyamuk akan mendekati mereka yang mengeluarkan bau tertentu pada kulitnya yang disebabkan oleh kombinasi asam yang diproduksi tubuh kita.

Para peneliti ini fokus mempelajari nyamuk Aedes aegypti, sejenis nyamuk pembawa virus yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti demam kuning, demam berdarah, dan Zika.

Studi tersebut menemukan bahwa orang yang lebih banyak digigit nyamuk menghasilkan lebih banyak “asam karbosiklik” dibandingkan orang lain, dan hal ini disebabkan oleh faktor genetik.

“Kami menguji ketertarikan nyamuk terhadap bau kulit manusia dan menemukan bahwa ada orang yang sangat menarik atau tidak menarik untuk didekati nyamuk,” tulis penelitian tersebut.

“Analisis kimia menunjukkan bahwa mereka yang terkena lebih banyak nyamuk menghasilkan lebih banyak asam karboksilat di kulit mereka dibandingkan orang lain.”

Para peneliti ini mengatakan, ada kemungkinan faktor genetik berperan dalam komposisi asam di kulit kita, sehingga membuatnya lebih rentan terhadap gigitan nyamuk.

“Memahami mengapa beberapa orang lebih sering digigit dibandingkan yang lain memberikan pengetahuan baru tentang pentingnya bau kulit bagi nyamuk dan mungkin memberikan masukan untuk membuat pencegah gigitan nyamuk yang lebih efektif,” kata para peneliti. Ada banyak penyebab gigitan nyamuk

Ini bukan pertama kalinya para ilmuwan mencoba menemukan jawaban mengapa beberapa orang lebih rentan terhadap gigitan nyamuk sementara yang lain tidak.

Dr. Cameron Webb, peneliti nyamuk di Universitas Sydney, mengatakan ada banyak alasan mengapa beberapa orang lebih sering digigit nyamuk dibandingkan yang lain.

“Ini mungkin disebabkan oleh susunan genetik kita dan bagaimana bahan kimia berbeda muncul di kulit kita,” katanya.

Namun bisa juga disebabkan oleh aktivitas kita, entah kedinginan atau kepanasan, berkeringat, sedang hamil, dan terkadang juga karena pola makan kita.

Peneliti nyamuk Dr. Gordana Rasic dari QIMR Berghofer Medical Research Institute di Queensland mengatakan para ilmuwan baru-baru ini menemukan jawaban mengapa penderita malaria bisa tergigit lagi.

“Ini penemuan penting karena jika seseorang yang sudah mengidap malaria digigit nyamuk, nyamuk tersebut akan tertular malaria dan kemudian menularkan malaria ke orang lain,” ujarnya.

Dr. Rasic mengatakan sangat “rumit” untuk mengetahui apa yang membuat nyamuk berperilaku tertentu.

“Nyamuk mempunyai otak yang kecil, namun mereka dapat memproses sinyal dari ratusan reseptor berbeda,” katanya.

Gigitan manusia dilakukan oleh nyamuk betina, mereka harus menggigit manusia untuk mendapatkan darah guna menghasilkan telur untuk reproduksi dan itulah naluri dasar mereka.

Dr. Webb juga mengatakan bahwa para peneliti Amerika hanya fokus pada satu jenis nyamuk, yaitu nyamuk penyebab demam kuning atau demam berdarah, sedangkan “ada ribuan jenis nyamuk di planet kita”.

“Kalaupun kita bisa menyelesaikan masalah dengan satu jenis nyamuk, bukan berarti keterikatan dan ketertarikan manusia penggigit nyamuk berlaku untuk semua jenis nyamuk,” ujarnya.

Nyamuk penyebab demam berdarah menjadi masalah besar di Australia beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945. Namun wabah demam berdarah kini hanya terjadi sesekali di bagian utara dan tengah negara bagian Queensland. Perubahan iklim akan meningkatkan gigitan nyamuk

Meskipun demam berdarah bukan lagi masalah besar di Australia, Dr. Webb bahwa perubahan iklim kemungkinan besar akan meningkatkan banyak penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di Australia.

Contohnya menurut Dr. Webb adalah penyakit radang otak ‘ensefalitis Jepang’.

Sejak mencapai benua Australia pada bulan Maret lalu, virus ini telah ditemukan pada manusia, babi, dan nyamuk di negara bagian Australia Selatan, Victoria, New South Wales, Queensland, dan Northern Territory.

Ada 40 kasus pada manusia, termasuk enam kematian.

“Salah satu alasan mengapa virus ini tidak hanya sampai di Australia, namun bisa menyebar begitu luas, adalah karena kita mengalami hujan yang hampir tiada henti selama dua tahun di seluruh negeri,” kata Dr. Webb.

“La Niña membawa banyak hujan, dan ini menjadi habitat bagi nyamuk untuk berkembang biak, dan juga habitat bagi satwa liar yang dapat menjadi reservoir virus, seperti burung.”

Dr. Webb mengatakan cuaca buruk seperti banjir dan angin topan juga membuat lingkungan Australia menjadi tempat yang lebih produktif bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link