November 15, 2024
Kuliah Tamu di Presuniv, Dubes Sri Lanka Prof Jayanath Colombage Bahas Ekonomi Biru

Kuliah Tamu di Presuniv, Dubes Sri Lanka Prof Jayanath Colombage Bahas Ekonomi Biru

0 0
Read Time:2 Minute, 10 Second

Bekasi – Presidency University (PRESUNIV) menyelenggarakan kuliah tamu yang memperkenalkan Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia dan Laksamana ASEAN, Profesor Jayanath Sira Kumari Kalambaj. Kegiatan ini hendaknya mengajarkan siswa untuk mempersiapkan diri menjadi warga global.

Kuliah tamu bertajuk “Dampak Ekonomi Laut Biru: Kekayaan Laut dan Kesehatan Laut” dilaksanakan pada Jumat (15/3/2024) di Auditorium Charles Himwan, Gedung A Lantai 5, Kampus Presuniva, Kota Jababeka, Chikarang, Wilayah Bekasi. . Inisiatif ini merupakan upaya bersama Program Studi Hukum dan Program Studi Hubungan Internasional, keduanya di Fakultas Ilmu Budaya.

Rektor Presuniv Handa Abidin mengatakan Sri Lanka dan Indonesia memiliki banyak persamaan dan persamaan. “Ada banyak kata dalam kosakata bahasa Sri Lanka yang pengucapan dan maknanya hampir sama dengan kosakata bahasa Indonesia. Selain itu, nama jalan di Indonesia pun serupa. Lalu ada beberapa WNI asal Indonesia yang tinggal di Sri Lanka, ujarnya.

Dalam kuliah tamunya, Profesor Jayanath menjelaskan, “Masyarakat sudah sering mendengar istilah ekonomi hijau, namun kurang mengenal konsep ekonomi biru.” Karena kesalahpahaman inilah laut dan sumber dayanya terancam punah.

“Kami melihat polusi laut dimana-mana. Kapal membuang limbah dan minyak ke laut. Metode penangkapan ikan modern semakin merusak dan merusak terumbu karang. Ia menjelaskan, sangat disayangkan generasi muda tidak melihat betapa indahnya lautan di bumi.

Padahal 71% bumi adalah lautan. Oleh karena itu, 95% material bumi terdiri dari air yang terdapat dalam berbagai bentuk. Ada sungai, rawa, danau atau lautan. “Sayangnya, kami hanya tahu soal lahannya saja,” ujarnya.

Profesor Jayanath menambahkan, konsep Ekonomi Biru yang sebenarnya adalah eksploitasi sumber daya laut secara berkelanjutan. Laut menjanjikan kekayaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan.

“Kita bisa mengembangkan industri wisata bahari. Selama ini kita lebih banyak menikmati keindahan pantai dan permukaan laut, tapi dasar lautnya belum kita jelajahi. Padahal, banyak sekali keindahan di sana,” ujarnya. dikatakan.

Banyak industri baru yang juga dapat dikembangkan berdasarkan Ekonomi Biru. “Misalnya industri energi baru terbarukan, pertambangan bawah laut, industri restorasi ekosistem laut, bahkan industri blue technology dan blue biotech,” jelasnya.

Namun upaya pengembangan ekonomi biru juga menghadapi tantangan yang tidak mudah. Hal ini termasuk pengeboran lepas pantai, pelayaran lintas samudera, pembuangan limbah, pembangunan jaringan telekomunikasi, pariwisata berbasis pantai, dan lain-lain.

“Indonesia dan Sri Lanka dapat bekerja sama, berbagi pengalaman, pengetahuan, dan praktik terbaik untuk mengatasi tantangan tersebut,” tegasnya.

Selain itu, Indonesia dan Sri Lanka memiliki banyak kesamaan. “Baik Indonesia maupun Sri Lanka merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, perekonomiannya juga sangat bergantung pada aktivitas kelautan, dan keduanya rentan terhadap ancaman pemanasan global yang dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut,” ujarnya.

Laut yang rusak hanya akan menimbulkan masalah. Jadi Indonesia dan Sri Lanka sangat perlu bekerja sama. “Hanya laut yang sehat yang bisa mendatangkan kesejahteraan,” tegasnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link