Manggarai Timur – Saat mempelajari teks narasi di kelas, Erfan Gagu secara acak menanyakan mitos atau legenda yang pernah didengar siswa. Para siswa menyebutkan kisah-kisah terkenal yang sering mereka baca dan tonton atau dengar seperti kisah Cinderella yang memakai sepatu kaca, kisah Malin Kundang dan kutukan yang menimpanya, kisah Tangkuban Perahu, kisah Tasik. Pertobatan, dll.
Oleh karena itu, hanya terungkap satu cerita terkenal yang bermula dari Manggarai: Kisah Pondik. Sebagai seorang guru dan anak Manggarai Timur, Erfan dikejutkan dengan sebuah pertanyaan kecil: mengapa mereka (siswa) tidak menyebut Hikayat Rana Mese, kisah Molas Ringgi Roes dari Congkar, Hikayat Longka Manima, Hikayat Obak dan Ndiwal dari Manus, Legenda Compang Riwu, Hikayat Orong agu Kode.
“Saya dan murid-murid saya sebagai anak Manggarai Timur harus menjadi pemilik kekayaan sastra Manggarai,” demikian pemikiran Erfan sebagai seorang guru.
Siswa harus mengetahui berita “mereka” dan bukan “berita luar negeri”. Ini juga sulit baginya.
Kabupaten Manggarai Timur tempat Erfan mengajar lepas dari Kabupaten Manggarai pada tahun 2007. Kisah serupa yang disebutkan Erfan juga serupa dengan yang terjadi di Manggarai Barat, daerah otonom baru yang sebelumnya merupakan pemekaran dari daerah induk Manggarai pada tahun 2003.
Seorang guru yang sehari-hari mengajar bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Borong Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), kemudian melakukan tes kecil-kecilan untuk mengukur “popularitas” Bundu (permainan puzzle dalam bahasa Manggarai). Dalam bahasa Manus bahasa Manggarai, Bundu = Tepi Tepo). Dari 27 siswa kelas yang diuji secara mandiri menunjukkan terdapat 13 siswa yang menggunakan bahasa Indonesia dan Manggarai dalam percakapan sehari-hari.
13 siswa ini tidak mengetahui apa itu tumor. Selain itu, terdapat 14 orang yang menggunakan bahasa Manggarai dalam percakapan sehari-harinya. 14 siswa belum mengetahui apa itu bundu/tepi tepo.
“Inilah kenyataan yang saya hadapi sebagai guru,” kata Erfan, Sabtu 23 September 2023.
Realitas lain yang dihadapi dunia pendidikan di Manggarai saat ini adalah siswa memiliki budaya sesuai zamannya dalam menggunakan telepon seluler dengan fitur berbeda-beda yang merupakan budaya generasi ini. Penggunaan internet dan situs jejaring sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak-anak dan remaja. Mereka tahu banyak tentang game di ponsel Android.
Cukupkah rasa khawatir dan marah melihat anak kita kecanduan ponsel dan game?
“Kita khususnya sebagai guru harus berubah dan memanfaatkan teknologi sebagai sarana penanaman budaya kepada generasi muda Manggarai Timur,” kata Erfan acuh tak acuh.
Studi diagnostik yang dilakukan oleh mereka menunjukkan bahwa dari 27 siswa di atas, terdapat 25 siswa yang senang mengakses game melalui ponsel dan bermain game menggunakan ponsel. Mereka senang, aktif dan kesulitan bermain game di ponselnya.
Anggur lama dalam botol baru
Ini adalah cerita pendek tentang guru Erfan dan murid-muridnya. Kisah ini tentang kearifan lokal Manggarai Timu yang mulai terlupakan.
Pria bernama lengkap Herfan Yanse Parlan Gagu ini mengaku mendapat kesempatan diberikan tempat dengan membuat akun belajar.id.
“Kami mudah menemukan fitur-fitur Canva for Education. Selain membuat gambar presentasi edukasi, saya mencoba menyempurnakan penggunaan Canva for Education untuk membuat cerita tentang budaya Manggarai Timur. Saya membuatnya dalam 3 bahasa, Manggarai, Indonesia, dan Inggris,” kata Erfan Gagu.
Sarjana Pendidikan kelahiran Bea Waja Manggarai, 21 Agustus 1983 ini mengungkap cerita gambar yang dibuatnya digunakan sebagai media belajar di SMP Negeri 1 Borong.
“Setelah itu saya coba memperbaikinya dengan mencoba memberikan akses internet di buku-buku editing. Sebagai guru, saya senang ketika segala macam model baru mempengaruhi mereka. Lalu saya taruh di YouTube,” ujarnya.
“Saya juga berkolaborasi dengan guru-guru lain di sekolah untuk membuat drama kecil-kecilan untuk upacara ini,” tambahnya.
Berikut link karya kecil Erfan yang menerjemahkan cerita rakyat Manggarai Timur ke dalam novel grafis.
Https://online.fliphtml5.com/ooypj/ivxy/
Selain itu, mereka mencoba mentransfer bundu ke dalam permainan interaktif online dengan teka-teki silang yang dapat ditemukan di Internet.
Https://www.educaplay.com/learning-resources/14871607-game_interactive_bundu.html
Gunakan ponsel Anda untuk mempelajari Goet dan Bundu
Sebagai seorang guru, Erfan terus berusaha berinovasi agar murid-muridnya yang akrab dengan telepon genggam, dapat menggunakan telepon genggam untuk belajar.
“Goet dan budu saya kemas dalam sebuah permainan interaktif. Sehingga saat mereka belajar kearifan masyarakat juga bisa bermain. Saya mencoba memasukkan goet dan budu ke dalam wadah baru yang diberi nama permainan pembelajaran edukatif,” jelasnya.
Erfan juga membuat tombol dan menemukan barcode dalam permainan pembelajaran terintegrasi:
Pohon Aksara Si Popi
Erfan, lulusan FKIP Bahasa Inggris Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, menciptakan pohon literasi digital yang diberi nama “SI POPI” The Smart Tree.
“Saya membuat barcode Manggarai Timur, permainan edukatif, permainan goet dan bundu, lalu digantung di pohon untuk mengajarkan membaca,” kata Erfan.
Kapan proyek kecil ini dimulai?
Pandemi Covid-19 menjadi momen krusial dalam transformasi Erfan sebagai pelatih. Hal ini tidak bisa dihindari jika mereka dekat dengan teknologi.
“Situasi ini tidak hanya mengajar secara daring, namun saya harus memberikan bahan ajar yang menarik dan dekat dengan dunianya (siswa) agar mereka tidak bosan. Hal ini membuat saya belajar secara tidak sengaja untuk mengetahui pekerjaan yang menunjang pekerjaan saya sebagai seorang guru “Untungnya kami para guru diberikan akun belajar.id yang bisa mengakses Canva untuk pendidikan,” ujarnya.
Hal lain yang memotivasi Erfan adalah murid-murid saya sudah familiar dengan ponsel, internet, dan game. Tebakan kecilku, apakah aku sudah berhenti marah? Apakah saya cukup peduli melihat mereka menghabiskan lebih banyak waktu bermain daripada belajar?
“Saya mencoba berinovasi menggunakan game sebagai metode pembelajaran yang menyenangkan. Saya menggunakan game sebagai pesan atau informasi. Menurut saya game tersebut populer karena disukai penggunanya.
“Saya mencoba mengubah permainan dari kesulitan menjadi peluang. Selain itu, ada kebenaran lain yang saya hadapi bahwa dalam beberapa kasus teks pembelajaran sangat jauh dari kehidupan siswa saya. Menurut saya, menceritakan kisah Malin Kundang sama pentingnya dengan kisah Obak Agu Ndiwal” Selain itu, mengajarkan pantun sama pentingnya dengan mengajarkan bundu kepada murid-murid saya. Sebaiknya saya mencoba mengajarkan teks dengan contoh: cara membuat serundeng dan lagu Grosir. ikan,” tambahnya.
Kontekstual dan menyenangkan
Ini menjadi kata kunci yang coba ia ciptakan untuk sedikit berkreasi. Cikgu Erfan berusaha memanfaatkan teknologi meski mudah untuk mengenalkan kembali bahasa dan banyaknya buku Manggarai kepada generasi muda.
“Saya mencoba memanfaatkan teknologi sebagai cara mendekatkan sastra dan bahasa Manggarai kepada pemiliknya (generasi muda Manggarai Timur). Marah atau mengeluh saja tidak cukup bagi guru masa kini. Kita harus beradaptasi dengan kehidupan modern mereka, atau dalam Bahasa Ki Hadjar “Dewantara kita perlu memahami usia anak kita,” tambah Erfan (Jo Kenaru/NTT). Direktur Jenderal Pendidikan Islam Madrasah, Abu Rokhmad mengatakan, akan mempercepat penyelesaian pelatihan profesi guru (PPG) guru madrasah pada 11 Desember 2024.