December 21, 2024
Merasa Bingung di Usia 20-an? Kamu Mungkin Mengalami Quarter Life Crisis

Merasa Bingung di Usia 20-an? Kamu Mungkin Mengalami Quarter Life Crisis

0 0
Read Time:5 Minute, 8 Second

harfam.co.id, Jakarta – Quarter-life krisis merupakan masa kecemasan dan keraguan diri yang dihadapi sebagian anak muda berusia 20-an dan 30-an. Masa ini seringkali ditandai dengan peralihan dari dunia studi ke dunia kerja, membawa perubahan peran dan tanggung jawab yang lebih besar.

Banyak orang pada usia ini memulai karir mereka, menjalin hubungan serius, mencapai kemandirian finansial, dan memulai keluarga. Bagi sebagian orang, ini mungkin tampak seperti pencapaian tujuan hidup yang sudah lama ada.

Namun bagi sebagian lainnya, periode ini ditandai dengan rasa ketidakpastian. Mereka mungkin mempertanyakan keputusan hidup, kepribadian, dan hubungan mereka. Merasa terjebak dan terhambat oleh kurangnya kemajuan atau kebingungan tentang arah hidup menjadi hal yang biasa.

“Kaum muda pada dasarnya diberitahu bahwa ini akan menjadi saat terbaik dan paling menyenangkan dalam hidup mereka. Ketika kenyataan hidup tidak seindah yang mereka kira, hal ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang luar biasa,” kata Kerry. Howard, LCSW. , CCATP, konsultan kecemasan dan pendiri Thrive Anxiety Solutions, melaporkan Verywell Mind.

Krisis seperempat kehidupan sering kali merupakan bagian normal dari perkembangan generasi muda. Ini bisa menjadi saat penemuan, refleksi diri, dan penemuan yang dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi.

Merawat diri sendiri dan mencari dukungan saat menghadapi tantangan dapat membantu Anda membangun ketahanan pada tahap kehidupan ini.

Krisis seperempat abad (krisis kehidupan keempat) merupakan masa sulit yang dihadapi banyak orang di usia 20-an. Selama ini, masyarakat sering menghadapi pertanyaan tentang identitas, tujuan hidup, dan arah kariernya.

“Beberapa permasalahan yang paling banyak ditemui di kalangan generasi muda saat ini adalah terkait dengan masih belum memiliki gambaran yang jelas tentang siapa diri mereka, sulitnya menemukan makna, tujuan dan rasa memiliki dalam hidup, serta rasa frustasi dan kekecewaan. . , bahwa hidup tidak akan berjalan seperti yang mereka pikirkan,” jelas Howard.

Gejala umum yang mungkin Anda alami: Ketidakberdayaan: Anda merasa hidup tanpa tujuan, gelisah, dan ingin membuat perbedaan. Krisis identitas: Meragukan keyakinan, tujuan, nilai, dan pandangan diri Anda. Ketidakamanan profesional: Ketidakpastian dalam karir, keraguan tentang jalan yang salah. Stres Hubungan: Tidak aman tentang hubungan romantis dan persahabatan. FOMO: Takut ketinggalan dan merasa tidak mencapai hasil yang sama dengan rekan-rekan Anda. Kebingungan: Kesulitan mengambil keputusan dan meragukan intuisi. Merasa terisolasi: Anda merasa terputus dari orang lain atau orang yang Anda cintai. Duka: Perasaan bahwa hidup ini hampa dan stagnan, apatis dan tanpa harapan.

 

Masa remaja merupakan masa transisi, penuh cobaan dan perubahan yang signifikan. Periode ini bisa jadi sangat mengasyikkan, namun juga bisa menimbulkan stres dan ketidakpastian. Dewasa muda menghadapi berbagai tekanan dari masyarakat, orang tua, dan diri mereka sendiri untuk mencapai status sosial dan keuangan tertentu, membangun hubungan dan keluarga, serta meluncurkan karier yang sukses.

Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya “quarter life krisis” di usia muda antara lain:

1. Ketidakpuasan Kerja: Peralihan dari perguruan tinggi ke dunia kerja dapat menimbulkan stres dan berbagai tantangan. Kesulitan mencari pekerjaan, kehilangan pekerjaan pertama, atau tidak puas dengan pilihan karier dapat menimbulkan keraguan dan stres.

2. Masalah Hubungan: Perpisahan, perselisihan dalam hubungan romantis, dan perubahan dalam persahabatan dapat menyebabkan stres emosional dan menyebabkan isolasi.

3. Masalah keuangan: Tekanan keuangan baru, seperti biaya perumahan dan tanggung jawab lainnya, dapat menjadi sumber stres dan kecemasan bagi kaum muda.

4. Tekanan dan ekspektasi sosial: Membandingkan diri sendiri dengan pencapaian orang lain dan ekspektasi pencapaian masyarakat pada usia tertentu dapat menimbulkan tekanan dan stres pada generasi muda.

5. Tanggung Jawab Baru: Menjalin hubungan yang serius, memiliki anak, mengatur komitmen sosial, dan menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab lainnya dapat menjadi sumber stres dan keraguan.

Paparan media sosial dapat meningkatkan kecemasan dan stres ini. “Ketika Anda menghabiskan waktu setiap hari menelusuri feed media sosial Anda dan hanya melihat momen terbaik dalam hidup orang lain, hal itu dapat membuat Anda cenderung membandingkan diri Anda dengan orang lain dan merasa kurang sukses,” jelas Howard.

1. Periksa sendiri

Howard menyarankan bahwa pemeriksaan diri ini bisa menjadi cara penting untuk mengeksplorasi keyakinan, nilai, dan tujuan Anda.

Berikut beberapa strategi untuk memfasilitasi proses introspeksi: Membuat Jurnal: Tulis tentang perasaan, pemikiran, dan tujuan Anda. Ini cara yang bagus untuk mencari pola dan memperhatikan hal yang paling penting bagi Anda. Temukan waktu sendirian: Dukungan sosial selalu penting, tetapi kesendirian adalah cara terbaik untuk memikirkan hal-hal yang paling penting bagi Anda tanpa tekanan dari masyarakat. Visualisasikan: Luangkan waktu untuk membayangkan masa depan Anda. Bayangkan diri Anda menempuh jalan yang berbeda dan pikirkan bagaimana perasaan Anda terhadap setiap pilihan. Mintalah umpan balik: Teman, keluarga, guru, dan individu tepercaya lainnya dapat menjadi sumber umpan balik dan wawasan yang baik. Dengan menggunakan wawasan mereka, Anda dapat mengenali kekuatan dan peluang Anda dengan lebih baik.

2. Lepaskan semua ekspektasi

Selain merefleksikan nilai-nilai dan tujuan hidup, Howard menekankan pentingnya melepaskan ekspektasi yang sudah lama ada, baik dari diri sendiri, orang tua, atau orang lain. Menurutnya, ekspektasi tersebut bisa menimbulkan stres dan rasa malu jika hidup tidak berjalan sesuai rencana.

Howard menyarankan untuk mengubah dialog internal Anda dengan menghindari kata-kata seperti “harus”, “harus”, dan “harus”. Kata-kata ini, katanya, secara halus memaksanya untuk hidup dengan cara tertentu dan menimbulkan rasa malu ketika harapan tersebut tidak terpenuhi. Sebaliknya, Howard merekomendasikan untuk melatih kasih sayang dan penerimaan diri untuk merasa lebih baik tentang diri sendiri, bahkan ketika hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan Anda.

Kecenderungan alami manusia untuk membandingkan diri kita dengan orang lain dapat menjadi racun bagi kebahagiaan. Melihat teman sebaya yang tampaknya memiliki kehidupan yang lebih terorganisir dan sukses dapat menimbulkan rasa iri dan frustasi.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki jalan hidup yang unik dan berbeda. Apa yang baik bagi orang lain belum tentu baik bagi Anda. Mengukur diri sendiri dengan standar orang lain hanya akan berujung pada kekecewaan dan ketidakbahagiaan. Fokuslah pada perjalananmu sendiri, nikmati prosesnya dan temukan kebahagiaan dalam perjalananmu.

4. Anda tidak harus menemukan jawaban atas segalanya

Di usia muda, wajar jika Anda merasa tidak memiliki semua jawaban. Inilah saatnya untuk mengeksplorasi kemungkinan dan mencari tahu apa yang Anda sukai, apa yang Anda inginkan, dan apa yang akan Anda temukan sendiri. Jangan takut untuk mencoba hal-hal baru dan berubah pikiran seiring berjalannya waktu.

Perubahan tidak bisa dihindari, dan belajar menerimanya dapat membantu Anda menghadapi perubahan hidup. Sadarilah bahwa masa remaja adalah masa pembelajaran dan pertumbuhan. Mengembangkan kesadaran diri ini akan bermanfaat bagi Anda saat ini dan di masa depan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link