harfam.co.id, Jakarta – Penderita epilepsi sebaiknya tidak mengonsumsi kopi berlebihan untuk mengobati serangan epilepsi, kata Prof Dr Mahar Marjono Masruroh Mastin, pakar nutrisi di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional. Pasalnya, kafein diyakini justru meningkatkan frekuensi kejang.
“Melihat hasil studi kasus, ditemukan bahwa pasien epilepsi yang terkontrol atau tidak terkontrol dengan pengobatan memang mengalami peningkatan frekuensi kejang jika mereka minum kopi dalam jumlah tinggi atau sedang per hari (lebih dari empat cangkir per hari). ,” kata Prof Masruro dalam pidato yang disiarkan RSPON dalam rangka Hari Epilepsi Sedunia. PhD. PhD. Mahar Marjono di Jakarta, Kamis (21/3/2024).
Ia mengatakan, kopi mengandung kafein yang bisa membuat orang lebih berenergi karena meningkatkan detak jantung, membuat lebih sulit tertidur, dan pada akhirnya meningkatkan risiko kejang. Selain itu, kata dia, ada risiko kejang karena kafein juga meningkatkan produksi cairan sehingga menyebabkan dehidrasi.
“Kafein tidak hanya ada pada kopi, tapi juga pada teh, minuman ringan, dan coklat. Artinya yang fokus pada senyawa kafeinnya, bukan hanya kopinya saja,” ujarnya.
Namun, kafein mempengaruhi setiap orang secara berbeda. Pada percobaan pada hewan dengan kafein dosis rendah dapat menurunkan frekuensi serangan epilepsi. “Kami belum tentu sampai pada kesimpulan bahwa Anda boleh minum kopi dalam dosis kecil,” katanya.
Pada acara tersebut, beliau memberikan beberapa nasehat kepada penderita epilepsi selama berpuasa. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi makanan dan minuman manis, karena dapat memicu kejang.
“Asupan gula sebaiknya maksimal empat sendok makan sehari, asupan garam sekitar satu sendok teh sehari, dan asupan lemak sekitar lima sendok makan sehari,” ujarnya.
Selain itu, minumlah air putih yang cukup, yaitu delapan gelas sehari, dan makan makanan bergizi seimbang. Dalam kesempatan yang sama, ahli saraf dr Chairunisa menyampaikan bahwa epilepsi adalah suatu sindrom, sekumpulan gejala. Epilepsi adalah kejang yang berulang atau berlangsung lebih dari 24 jam tanpa pemicu.
Ia menjelaskan, tidak semua orang yang mengalami kejang menderita epilepsi. Kejang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak.
“Sebenarnya banyak faktor penyebab epilepsi. Yang paling umum adalah kelelahan, kurang tidur, merenung, dan waktu menatap layar. Durasi layar di sini bisa berupa laptop, TV, ponsel, dan komputer. Kali ini terlalu lama. Kilatan keras, kilat kilat. Cahaya, udara dingin, air panas,” kata Chairunisa.