November 14, 2024
Pertolongan Utama pada Orang Epilepsi: Tak Perlu Panik dan Jangan Masukkan Sendok ke Mulut

Pertolongan Utama pada Orang Epilepsi: Tak Perlu Panik dan Jangan Masukkan Sendok ke Mulut

0 0
Read Time:1 Minute, 51 Second

harfam.co.id, JAKARTA — Hal utama yang harus dilakukan saat menemukan dan menolong penderita epilepsi adalah jangan panik. Pusat Otak Nasional (RSPON), dokter spesialis neurologi Dr. Mahar Mordjono, Chairunnisa mengatakan: “Saat kita panik, kita bahkan tidak bisa memikirkan pasien yang akan kita bantu.”

Cara lainnya, kata dia, adalah memastikan keselamatan pasien jika terjadi epilepsi. “Yang terpenting jangan memasukkan apapun ke dalam mulut pasien,” kata Chairunnisa dalam pidato Hari Epilepsi Sedunia yang disiarkan RSPON di Jakarta, Kamis (21/03/2024).

Ia mengatakan, banyak orang yang memasukkan benda-benda ke dalam mulut pasien, seperti sapu tangan, baju, sendok, agar tidak tertelan atau tergigit lidahnya. Namun, jika Anda melakukannya, ada risiko mati lemas.

Menurutnya, saat mengidap epilepsi, otak pasien membutuhkan oksigen karena kemudian terjadi kebisingan di otak. Jadi, kata dia, pasti ada cara yang lebih baik untuk bernapas.

“Jangan ditaruh apa pun di situ. Diamkan di sana sampai kejangnya selesai atau sampai pasiennya sembuh dari kejangnya,” ujarnya. 

Setelah itu, kata dia, pada kasus epilepsi harus dicermati keadaannya. Jika ada bahaya mati lemas akibat makanan atau minuman, sebaiknya pasien dimiringkan hingga kejang berhenti, kemudian minta pertolongan dan bawa ke rumah sakit terdekat.

Menurutnya, jika menemukan dan menolong seseorang yang mengalami kejang, maka perlu didokumentasikan, misalnya dengan rekaman video, sehingga dokter yang memeriksa saat kejadian tersebut dapat mengenali gejala epilepsi, mengingat epilepsi memiliki banyak gejala. .

Dalam kesempatan tersebut, beliau menjelaskan beberapa gejala epilepsi. Selama ini masyarakat sering mengira penderita epilepsi sedang kesurupan dan hanya mengetahui bahwa mulut berbusa merupakan salah satu gejalanya.

Ia mengatakan, melamun dan sakit kepala, apalagi yang dialami bertahun-tahun, bisa menjadi gejala epilepsi. Selain itu, ada beberapa gerakan yang tidak berhenti.

Bagi penderita, lanjutnya, biasanya terdapat sensasi yang disebut aura yang terjadi beberapa detik atau menit sebelum serangan epilepsi. Ia mengatakan sensasi ini menyerang gambaran audio dan visual pasien dan seringkali menyebabkan episode déjà vu atau jamais vu.

Deja vu adalah ketika seseorang merasa bahwa apa yang dialaminya saat ini pernah dialami di masa lalu. Sedangkan jamais vu adalah ketika seseorang tidak mengenali hal-hal yang diketahuinya.

“Atau yang sering disebut rasa tidak nyaman di daerah ulu hati. Jadi pasien merasakan sensasi yang tidak enak. Dari mulut, dari hati, naik seperti muntah. Itu juga aura yang sering menjadi bagian dari epilepsi,” ujarnya.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link