September 21, 2024
Puluhan Tokoh Lintas Agama Buka Puasa Bareng

Puluhan Tokoh Lintas Agama Buka Puasa Bareng

0 0
Read Time:4 Minute, 54 Second

harfam.co.id – Majlis Muslimin Hukama (MHM) cabang Indonesia menggelar acara buka puasa bersama tokoh lintas agama. Acara tersebut bertemakan “Bhinneka Rasa, Sebuah Persaudaraan”.

Hadir salah satu pendiri dan anggota MHM, Prof. kata Dr. M Quraish Shihab, M.Ag, Menteri Agama 2014 – 2019, Dr (HC) Lukman Hakim Saifuddin, Anggota Panitia Pelaksana MHM Dr. TGB M Zainul Majdi, MA, perwakilan KBRI Mesir dan Malaysia, Staf Ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. kata Dr. Adlin Mereka, serta puluhan tokoh Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan agama. 

Di sana juga hadir perwakilan dari kantor pusat MKM, Dr. Omar Obeidat (Direktur Kantor Cabang MHM Luar Negeri) dan Saeed Khattab, MA (Koordinator Kantor Cabang MHM Luar Negeri).

Acara diawali dengan pembacaan doa bersama oleh perwakilan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu dan agama lainnya. Semua pembacanya adalah wanita. Mereka menyampaikan harapan untuk meningkatkan semangat persaudaraan dan toleransi beragama di Indonesia. Tak lupa juga memanjatkan doa untuk kemajuan kota dan negaranya. 

“Hari ini kita duduk satu meja dari agama dan kepercayaan yang berbeda. Kita mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Tuhan. Atas nama MKM, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah hadir pada acara Buka Puasa Lintas Agama,” jelasnya. . Direktur Cabang MHM Indonesia, Muchlis M Hanafi, berbicara di Jakarta, Kamis 21 Maret 2024.

Mengutip perkataan Imam Ali, Muchlis M Hanafi mengatakan, “Ada orang yang bersaudara seagama dan ada yang tidak seagama adalah orang yang sama.”

MHM merupakan lembaga independen lintas batas negara yang didirikan pada tahun 2014 oleh beberapa ulama, tokoh dan ulama dari berbagai agama. Tujuan dari organisasi ini adalah untuk memperkuat dan mengembangkan budaya perdamaian, toleransi, hidup berdampingan dan persaudaraan manusia.

Dalam kurun waktu 10 tahun, kata Muchlis, MHM meluncurkan berbagai inisiatif. Berbagai acara digelar. Berbagai fenomena mulai dari Islamofobia, terorisme, hingga perubahan iklim menarik perhatian MKM. Sebagai penutup, diumumkanlah dokumen bersejarah Persaudaraan Manusia yang ditandatangani oleh Syekh Agung Al Azhar bersama Paus Fransiskus pada 4 Februari 2019.

“Sebuah dokumen yang menggambarkan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin mengajak masyarakat dunia untuk membangun budaya perdamaian dan persatuan dalam keberagaman,” jelasnya.

“Dokumen ini mendapat sambutan hangat dari para pemimpin agama dunia. Pada tahun 2020, PBB menetapkan tanggal 4 Februari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Sedunia,” lanjutnya.

Mewakili Kementerian Agama, Direktur Urusan Agama Islam dan Pengembangan Syariah, Dr. Adib, M.Ag bersyukur dan bersyukur telah memulai program dan kegiatan MKM yang bermanfaat bagi negara Indonesia. Kemenag, kata Adib, sudah beberapa kali menjalin kerja sama dengan MKM. Misalnya saja menerbitkan seruan khutbah Jumat yang bertemakan persaudaraan antar umat. Selain itu juga diadakan lomba penulisan naskah Khutbah Jumat dengan tema yang sama. 

“Ini program yang luar biasa. Saya berharap sinergi ini terus meningkat dan meluas,” tegasnya. “Pelaksanaan program MKM yang baik untuk semakin menghadirkan perdamaian dan keharmonisan dunia akan dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia,” lanjutnya.

Efek Ramadhan

Momen puasa bersama ini juga penuh dengan berbagi kesan dan pengalaman seputar Ramadhan. Di bawah bimbingan Staf Khusus Presiden Bidang Sosial Ayu Kartika Dewi, ada tujuh tokoh agama yang diberi kesempatan berbagi kesan dan pengalaman.

Sekretaris Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Jacklevyn Manuputty mengambil giliran pertama. Ia mengapresiasi kegiatan buka puasa dalam “Bhinneka Rasa, Satu Persaudaraan”.

“Kegiatan ini menyentuh hakikat kemanusiaan. Saya juga merasa diberkati,” ujarnya.

Kata Pdt Jacklevyn Manuputty kemudian berbagi cerita tentang konflik di Maluku. Saat itu, Ramadhan merupakan masa tenang yang dijadikan ruang “pertemuan” untuk mencari solusi.

“Suatu saat di bulan Ramadhan, kami menelpon teman muslim yang biasa disapa Pak Haji. Saya mau berbuka puasa di sana, bisa? Padahal situasi masih mencekam,” renungnya.

Sesampainya di sana, Puan Haji menyiapkan makanan di atas meja. Usai salat, semua orang duduk di meja. Sebelum makan, Tuan Haji memang mengingatkan saya untuk salat. ingatan yang sangat tidak biasa,” katanya.

Nina Rustina, Wakil Ketua Bidang Kebudayaan dan Adat Puan Hayati Indonesia pun punya pendapat tersendiri. Baginya, Ramadhan adalah waktu terbaik untuk berbagi dan memperkuat toleransi.

“Saya seorang ibu. Setiap Ramadhan itu membahagiakan. Para ibu bisa berkreasi membuat takjil terbaik untuk keluarganya. Ramadhan adalah bulan nyata toleransi di kalangan umat Islam,” ujarnya.  

Perwakilan Konghucu Wandi Suwardi berbicara tentang pengalamannya hidup dalam masyarakat Muslim. Dia tidak sendirian. “Ramadhan penuh keberkahan. Mari gabung bersama kita untuk jajan di sore hari. Kita bangun pagi untuk sahur,” ujarnya.

Sekretaris Komite Hubungan Antaragama dan Antaragama Konferensi Waligereja Gereja Indonesia (KWI) Rm. Agustinus Heri Wibowo merasa Ramadhan penuh dengan pengalaman yang bersatu dan penuh kegembiraan. 

Kita rayakan bukan hanya sebagai hari raya umat Islam saja, tapi secara kolektif. Kita tidak berpuasa, tapi Idul Fitri yang paling meriah. Kita juga mohon maaf. Ramadhan adalah pengalaman yang mempersatukan, jelasnya.

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Amany Lubis, perwakilan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Dr. I Wayan Kantun Mandara, dan perwakilan Sangha Theravada Bhante Dhammasubho Mahathera, berbagi konsep puasa.

Mengutip QS Al Baqarah: 183, Prof Amany menjelaskan konsep puasa tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja. Umat ​​​​Islam mengakui dan meyakini bahwa puasa adalah amalan yang umum dilakukan oleh semua orang sejak awal keberadaan manusia hingga akhir zaman.

“Semua agama, adat istiadat dan budaya punya tradisi puasa. Bentuknya banyak. Yang menyatukan kita semua adalah puasa,” kata Prof Amany.

Menurut I Wayan Kantun Mandara, puasa berasal dari kata upa dan wasa. datang mendekat Wasa adalah nama Tuhan. “Puasa itu semua pekerjaan orang yang selalu mendekatkan diri pada Tuhan,” ujarnya.

Sementara itu, Banthe Dhammasubho karya Buddha menjelaskan puasa gelap di Palu, bahasa Budha pada masa itu. Puasa berasal dari kata gelap Upo Sata atau Posa. Dalam bahasa Jawa disebut Poso.

“Puasanya bukan bahasa Arab tapi Budha. Sunan Kalijaga memilih kata itu dari shiyam,” jelasnya seraya mengatakan bahwa dirinya berpuasa menurut ajaran Buddha hingga 40 tahun.

Buka puasa bersama tokoh agama “Persatuan Dalam Rasa Persaudaraan” ditutup dengan penyiraman pohon Butun (simbol perdamaian) oleh tujuh tokoh agama. Terpopuler: Amalan Usap Wajah dan Tangan Setelah Sholat, Bacaan Al-Quran 18 Jam Rangkuman Bule dari channel harfam.co.id Lifestyle edisi Rabu 18 Juni 2024, salah satu pendapat Ustaz Khalid Basalamah tentang dalam mengusap wajah setelah sholat. . harfam.co.id.co.id 20 Juni 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link