harfam.co.id, Jakarta – Perusahaan pengelola sampah Rekosistem berhasil mengelola total 35 ribu ton sampah anorganik pada tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat 84,2 persen dibandingkan tahun 2022.
“Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan perusahaan dan masyarakat yang mempercayai Rekosistem dalam mengelola sampahnya secara transparan dan ekonomi sirkular,” ujar CEO dan co-founder Rekosistem Ernest Leimans pada acara Recreate it. Masa Depan”, Kamis, 7 Maret 2024.
Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan menjaga nilai barang, material, dan sumber daya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga mengurangi kerusakan sosial dan lingkungan. Ernest mencontohkan penggunaan bahan daur ulang dibandingkan bahan perawan.
Aplikasi Rekosistem juga berhasil meraih honorable mention pada kategori “Aplikasi Terbaik” di Google Play Indonesia 2023. Selain itu, mereka mengklaim memasok 5.800 ton limbah untuk biofuel dan sumber energi terbarukan lainnya. Upaya ini akan menghemat 16.167 ton karbon pada tahun 2023.
Ernst juga mengatakan Rekosistem akan terus membuka fasilitas baru untuk menunjang semangat pelanggan dalam pengelolaan sampahnya, termasuk pembangunan pabrik sampah baru Reko di kota-kota lain. Selama ini pabrik sampah Reko baru tersebar di beberapa kota besar seperti Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.
Pelanggan yang ingin membuang sampah anorganik dapat mengecek lokasi Tempat Sampah Reko terdekat di kotanya melalui aplikasi Rekosistem.
Selain mendukung pengelolaan berdasarkan prinsip ekonomi sirkular, Rekosistem juga mengedepankan kelestarian lingkungan melalui kampanye #PilihKemasSetor. Kampanye yang diterapkan di aplikasi Rekosistem memberikan insentif berupa poin reward bagi yang membuang sampah anorganik melalui Tempat Sampah Reko.
Poin reward ini dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan saldo e-wallet atau reward lainnya. Pada tahun 2023, jumlah transaksi pengumpulan sampah di TPS Reko mencapai 53.600 tumpukan sampah yang tersebar di 40 TPS dan tempat sampah Reko.
Selain sebagai fasilitas pembuangan limbah, Rekosistem juga mengembangkan fasilitas pemulihan material yaitu Reko Hub. Sampah yang dikumpulkan di Reko Hub akan dipilah, diolah dan diserahkan kepada industri daur ulang atau pabrik pengolahan sampah yang bertanggung jawab. Reko Hub kini telah menyebar ke Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.
Tak hanya sampah plastik, Reko Hub memanfaatkan sampah yang sulit didaur ulang bahkan diubah menjadi energi terbarukan. Hal ini dapat dicapai melalui kerja sama antara Rekosistem dan PLN untuk mengurangi emisi karbon.
“Dibandingkan dua tahun lalu, bisnis ini tumbuh 66 kali lipat,” kata Ernest.
Ia mencontohkan, bisnis pengelolaan sampah sehat dan terus berkembang. Saat ini Rekosistem telah melayani lebih dari 150 perusahaan dan mempunyai beberapa karyawan tetap, mitra kerja dan mitra usaha yang jumlahnya mencapai lebih dari 600 orang.
Earnest berencana menambah jumlah akumulasi sampah dari saat ini 3.500 ton sampah per bulan menjadi 20.000 ton per bulan dengan peningkatan pada tahun 2024. Bersamaan dengan itu, akan ditambah pula stasiun pembuangan sampah Reko baru di beberapa wilayah lain yang belum tersedia.
Rekosistem menggunakan strategi bisnis B2B atau B2B2C dengan tujuan menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang mendukung secara spasial. “Kita tidak bisa membangun TPA tanpa ekosistem pendukungnya. Jadi kita tetap harus B2B. Misalnya saja saat naik MRT, ada stasiun sampah Reko yang dipasang di stasiun tersebut. Kita tidak bisa berdiri sendiri, tapi kita sedang membangun sistem yang kuat,” jelas Ernest skema bisnisnya. Ini:
Tujuan pengelolaan sampah 100 persen dan nol emisi pada tahun 2050 merupakan tujuan nasional yang didorong oleh negara. Rekosistem juga mengarah pada Jakstrana (Kebijakan Strategis Nasional) pengelolaan sampah yang bertujuan mengurangi 30 persen sampah di titik asal dan mengolah 70 persennya dengan baik.
Ernest juga mengatakan, keberpihakan mereka kepada pemangku kepentingan dari unsur pemerintah sudah berlangsung sejak lama dan tentunya pengurangan dan pengolahan sampah menjadi salah satu tujuan yang juga ditempuh Rekosistem.
“(Kami) pasti akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan DLH. Saat itu Rekosistem merupakan mitra DLH Jakarta dan Surabaya. Dan izinnya selalu sesuai dengan layanan daerah yang ada,” kata Earnest.
Saat ini Rekosistem masih fokus pada solusi pengelolaan sampah di kawasan pemukiman dan bekerja sama dengan pemerintah Pulau Jawa atau perusahaan swasta. Pada tahun 2024, Rekosistem akan memperluas cakupan wilayahnya agar semakin banyak elemen yang mengetahui pentingnya pengelolaan sampah yang baik.