January 10, 2025
7 dari 10 Pelajar SMA Enggan Kunjungi Ruang BK untuk Konseling

7 dari 10 Pelajar SMA Enggan Kunjungi Ruang BK untuk Konseling

0 0
Read Time:2 Minute, 29 Second

harfam.co.id, Jakarta Hampir 7 dari 10 siswa SMA di Jakarta tidak suka mengunjungi ruang konseling (BK) di sekolah untuk membicarakan masalah kesehatan mentalnya.

Hal tersebut terungkap dalam kajian Soul Listening Zone yang dilakukan oleh Health Cooperative Center (HCC), Medical Center Indonesia (FKI) dan Yayasan BUMN.

Penelitian ini melaporkan bahwa ketika memasuki bangku sekolah, siswa SMA yang menjadi responden penelitian ini lebih suka berkonsultasi dan mendiskusikan masalah kesehatan mental dengan temannya dibandingkan dengan guru sekolahnya.

Faktanya, ditemukan hampir 7 dari 10 (67 persen) siswa SMA enggan mendatangi kantor BK khususnya BK, padahal guru sudah menyadarinya. , “kata Kepala Ilmiah HCC Dr. Dr. Ray Wagiu Basrowi di Jakarta, Selasa (17/12/2024).

Hal ini menunjukkan bahwa peran teman sebaya sebagai mentor sejawat dapat menjadi salah satu cara untuk memitigasi dampak tersebut.

Keadaan ini membuktikan bahwa peran teman sebagai konselor sebaya atau yang selanjutnya disebut dengan konselor sebaya dapat menjadi salah satu cara untuk menurunkan kesehatan mental di sekolah.

Sementara itu, peneliti Institut Kedokteran Indonesia (FKI) prof. Nila Moeluk menegaskan, pendekatan ini harus dilakukan dengan hati-hati.

“Siswa remaja masih manusia dan masih membutuhkan bimbingan, sehingga konseling sebaya tetap harus dilihat hanya sebagai saluran percakapan dan bukan sebagai nasehat,” kata Neela.

Menkes 2014-2019 juga menjelaskan mengapa konseling sebaya masih memerlukan bimbingan.

“Karena nanti ada kemungkinan salah nasehat, karena bagaimanapun itu harus diikuti, dan itu tugas orang tua, keluarga, dan guru sekolah,” jelas Neela.

Hasil penelitian ini dituangkan dalam rekomendasi lembaga pendidikan bernama Jeeva Hearing Zone.

“Kami berharap dapat menerapkan hal ini di sekolah, terutama melalui skrining kesehatan mental, identifikasi masalah dan konseling sekolah dan konseling teman sebaya, serta integrasi layanan kesehatan di sekolah,” kata Yayasan Program Kesehatan dan Kesejahteraan BUMN. Kepala Sekolah Heru Komarudin.

Heru menambahkan, rangkaian acara ini sejalan dengan upaya negara dalam menciptakan generasi muda yang sehat jasmani dan rohani menyambut Indonesia Emas 2045.

Rekomendasi lain dari penelitian ini adalah perlunya upaya intervensi dan promosi kesehatan mental secara sistematis di tingkat sekolah menengah atas yang melibatkan guru, teman sebaya, dan orang tua untuk menjadikan lingkungan sekolah kondusif bagi kesehatan mental.

Hal ini penting dilakukan karena sekolah dapat menjadi tempat berkembang biaknya masalah kesehatan mental. Upaya memberi label pada ruang konseling juga dapat menjadi solusi lain agar tidak menimbulkan kesan kritik terhadap siswa yang ingin melakukan konseling di sana.

Sebelumnya diberitakan, studi terbaru yang dilakukan HCC, FKI bekerja sama dengan Yayasan BUMN sebagai bagian dari inisiatif Soul Hearing Institute mengungkap fakta mengejutkan tentang kesehatan mental remaja Jakarta.

Penelitian ini menunjukkan bahwa 3 dari 10 siswa sering menunjukkan perilaku marah dan rawan berkelahi akibat penyakit mental.

Penelitian ini melibatkan 741 siswa SMA di Jakarta di bawah bimbingan tim peneliti yaitu Drs. Dr. Ray Wagiu Basrowi yang merupakan Penyidik ​​Utama HCC, Bunga Pelangi SKM, MKM yang merupakan Direktur Program HCC dan Prof. Nila F. Moelok yang merupakan Direktur Eksekutif FKI.

Temuan dari penelitian ini memberi masukan bagi pengembangan program Zona Kesehatan Mental, yang dirancang untuk membangun dukungan, kesadaran, pendidikan, dan intervensi berbasis bukti terkait kesehatan mental remaja, khususnya di lingkungan pendidikan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link