September 21, 2024
PAM Mineral Justru Tuai Berkah saat Pasokan Nikel Terganggu, Kok Bisa?

PAM Mineral Justru Tuai Berkah saat Pasokan Nikel Terganggu, Kok Bisa?

0 0
Read Time:3 Minute, 12 Second

harfam.co.id, Jakarta – Pasokan nikel global mungkin akan terganggu pada kuartal II 2024 akibat situasi geopolitik terkini. Diantaranya, perluasan sanksi Amerika Serikat (AS) dan Inggris terhadap Rusia terhadap ekspor bahan mentah serta larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).

Sebaliknya, kejadian di Kaledonia Baru berdampak pada operasional perusahaan pertambangan nikel. Operasi produksi di beberapa tambang nikel Australia terkena dampak karena faktor biaya.

Akibat sentimen tersebut, pasokan bijih nikel global, khususnya di Kaledonia Baru dan Australia, menjadi tidak normal dan diharapkan dapat menjadi katalis positif bagi kenaikan harga rantai industri nikel di masa depan. Hal ini tercermin dari kenaikan harga referensi nikel pada akhir April 2024 yang sebesar 16.021,67 USD per dmt menjadi 17.424,52 USD atau naik 8,76% dibandingkan periode Maret 2024.

Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk (NICL) Rudy Tjanaka mengatakan situasi tersebut merupakan prospek positif bagi perseroan, setelah sempat menghadapi tekanan pada kuartal sebelumnya.

Dengan adanya sentimen positif tersebut dan disetujuinya RKAB tahun 2024, perseroan berkeyakinan akan terjadi peningkatan produksi dan penjualan yang berdampak positif pada kinerja keuangan perseroan, kata manajemen PT PAM Mineral Tbk dalam keterangan resminya. Pengumuman, Jumat (31 lawan 5 pada 2024).

Seiring dengan efisiensi produksi dan pelepasan RKAB, diharapkan dapat mendorong stabilnya harga jual. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan harga jual rata-rata (ASP) perseroan di tengah gangguan pasokan nikel global. Untuk tahun ini, perseroan menargetkan penjualan sebesar Rp 1,29 triliun dengan laba sebelum pajak sebesar Rp 352 miliar.

“Perusahaan yakin akan mampu mencapai target kinerja keuangan tersebut dengan lingkungan bisnis industri yang mendukung,” lanjut Rudy.

 

Pada kuartal pertama tahun ini, terjadi kelebihan pasokan komoditas nikel di Indonesia. Dampaknya, harga turun drastis.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, harga referensi nikel mengalami penurunan sebesar 23,08% sejak September 2023 hingga Maret 2024. Hal ini berdampak negatif terhadap emiten pengembangan nikel, termasuk emiten penghasil nikel Indonesia PT PAM Mineral Tbk. (NICL).

Dari sisi kinerja keuangan, perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 116,7 miliar pada kuartal I 2024, turun 54,98% dibandingkan Rp 259,4 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB (NICL) perseroan baru diterbitkan pada Mei 2024 (triwulan II).

Namun, perseroan mampu mengimbangi biaya pendapatan secara efektif dengan meningkatkan margin laba kotor pada kuartal I-2024 menjadi 37,07% pada kuartal I-2023 dari 36,92% pada kuartal I-2024. Namun, dengan penjualan yang menurun, perusahaan hanya mampu merogoh kocek. Laba sebesar Rp 12,2 miliar atau turun 78,92% dibandingkan triwulan I tahun 2023.

“Penurunan ini disebabkan karena Persetujuan RKAB Anak Perusahaan (IBM) baru disetujui pada akhir Februari, sehingga total penjualan yang tercatat pada triwulan I 2024 hanya terjual pada bulan Maret,” jelas Rudy.

 

Dari sisi neraca, perseroan mencatatkan total aset pada kuartal I-2024 sebesar Rp881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan total aset pada kuartal I-2023 yang sebesar Rp692,1 miliar.

Di sisi lain, total utang pada kuartal I 2024 tercatat sebesar Rp123,9 miliar atau tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp119,9 miliar. Sementara total ekuitas perseroan meningkat dari Rp572,1 miliar menjadi Rp757,7 miliar pada kuartal I 2024. Hal ini disebabkan meningkatnya laba ditahan perusahaan.

Hingga kuartal I 2024, perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang terletak di Desa Buleleng, Kecamatan Pessir Banku, Kabupaten Morowali. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) untuk kegiatan produksi seluas 198 hektar dengan luas pertambangan 47 hektar. Estimasi cadangan Perseroan di area IUP adalah sebesar 3,7 juta ton dengan kandungan Ni sebesar 1,51%.

Anak perusahaan (PT IBM) memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang terletak di Kecamatan Longikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan izin usaha pertambangan (IUP) wilayah operasi produksi seluas 576 hektar dengan luas pertambangan 60,72 hektar, cadangan terkira dan terbukti sebanyak 9,42 juta ton dengan kandungan Ni 1,30%.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link