September 21, 2024
Cegah Konflik Antar Nelayan, KKP Tangkap 2 Kapal Ikan di Selat Makassar

Cegah Konflik Antar Nelayan, KKP Tangkap 2 Kapal Ikan di Selat Makassar

0 0
Read Time:4 Minute, 31 Second

harfam.co.id, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap dua kapal ikan Indonesia yang diduga melanggar wilayah penangkapan ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) Jalan 713 Makassar.

Plt. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pung Nugroho Saksono mengatakan, selain sebagai upaya konservasi sumber daya kelautan dan perikanan, tindakan ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah konflik horizontal antar nelayan.

Selain dugaan pelanggaran penangkapan ikan yang tidak sesuai wilayah izin, kedua kapal tersebut diamankan untuk mencegah potensi konflik dengan nelayan setempat, ujarnya, Sabtu (16/3/2024).

Pria yang akrab disapa Ipunk itu pun memerintahkan seluruh personel di lapangan untuk bertindak tegas.

“Kami mendapat informasi banyak kapal yang melanggar wilayah penangkapan ikan di Selat Makassar. Jika menemukan kapal ikan tersebut, atau menggunakan alat penangkapan ikan yang dilarang dan merusak kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan, segera ambil tindakan tegas, tangkap dan tangkap. mengadili, mereka sesuai dengan peraturan.” dia menekankan.

Penangkapan dilakukan Kapal Kawal Hiu 07 yang dipimpin Kapten Hendra Wollah, Kapal Kawal Hiu 07 berhasil mengamankan KM B IV (GT 92) dan KM A (GT 95). Kedua kapal nelayan ini diduga melanggar wilayah penangkapan ikan yang tidak sesuai atau di bawah 12 mil, dimana wilayah tersebut merupakan zona penangkapan ikan lokal di bawah 30 GT.

Perahu nelayan menggunakan jaring pukat saku (JTB) yang setiap tangkapannya mencapai sekitar 20 ton ikan campur. Perahu tersebut diserahkan ke Dinas Satwa PSDKP Kotabaru untuk diproses lebih lanjut.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (MPF) menangkap 4 orang pelaku penangkapan ikan dengan bahan peledak di perairan Pulau Kokoila, Kecamatan Kepulauan Menui, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Cara penangkapan ikan seperti ini sudah lama dilarang karena merusak ekosistem laut.

Plt. Direktur Jenderal (Dirjen) Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Pung Nugroho Saksono menjelaskan keberhasilan operasi pemantauan ini, setelah pihak Pangkalan PSDKP Bitung mendapat laporan dari nelayan yang mendengar suara ledakan yang diduga merupakan sumber ledakan. suara bom ikan.

“Dampak langsung penggunaan bahan peledak dapat merusak dan menghancurkan ekosistem perairan, khususnya terumbu karang. Namun kami juga telah merumuskan perhitungan berapa potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang terselamatkan,” kata Pung dalam keterangannya, Senin ( 11/3 /2024 ).Kronologi

Sementara itu, Kepala Pangkalan PSDKP Bitung Kurniawan mengatakan, empat tersangka yang ditangkap antara lain T alias PR (45), A (18), R (18), dan A (14). Petugas memperoleh sejumlah barang bukti antara lain 2 buah perahu, 1 buah mesin tempel Yamaha 15 HP, 1 buah mesin TS 24 HP.

Kemudian, 1 unit mesin kompresor, 2 buah gulungan selang kompresor, 2 buah bunre (sendok ikan), 1 buah korek api gas, 1 buah aki, 1 buah gulungan kabel hitam merah, 2 pasang fin (sepatu katak), 2 buah masker selam, 1 buah teropong . , ikan dasar campur sekitar 300 kg.

Kronologisnya, setelah mendapat laporan, tim Unit Reaksi Cepat (VGK) KKP Blue Shark 05 mengejar kapal tersebut selama kurang lebih 15 menit dan berhasil menghentikannya. Berdasarkan pemeriksaan awal, pelaku mengaku membawa dua jerigen ukuran lima liter dan tiga botol bom ikan yang meledak. “Mereka sudah sering melakukan operasi bom ikan di sekitar Pulau Lunas Balu, perairan Kepulauan Menui, Kabupaten Morowali,” ujarnya.

Pelaku diduga menggunakan kegiatan penangkapan ikan dengan bahan peledak yang diduga melanggar Pasal 84 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang 45 Tahun 2009. dan Pasal 55 ayat (1) KUHP.

“Penangkapan ikan dengan bahan peledak dapat menyebabkan kematian ikan-ikan non-target maupun ikan muda dan biota lainnya, termasuk terumbu karang sebagai rumah ikan,” kata Kurniawan.

Barang bukti dan terduga pelaku langsung diamankan dan dibawa ke Pangkalan PSDKP Bitung untuk proses hukum lebih lanjut.

Sebelumnya, Kapal Observasi (OC) HIU 16 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (OCF) berhasil menyita 1 kapal ikan asing (KIA) ilegal berbendera Malaysia.

Kapal tersebut ditangkap saat melakukan penangkapan ikan secara ilegal di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPNRI) 571 di perairan Selat Malaka.

Plt. Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Pung Nugroho Saksono (Ipunk) dalam sambutannya di Sukabumi menjelaskan, pihaknya melewati pangkalan PSDKP Belawan pada Sabtu, 2 Maret 2024 pukul 11.04 WIB. , dan berhasil berhenti dan memeriksa. dan menyimpan (henrikhan) satu unit KIA Ilegal berbendera Malaysia.

Kapal ikan asing tidak dilengkapi dokumen izin penangkapan ikan yang sah dan penggunaan trawl fishing (alat penangkapan ikan berupa jaring) dilarang.

Modus yang dilakukan mereka adalah melakukan aktivitas penangkapan ikan di kawasan perbatasan dan merangsek ke wilayah Indonesia sambil menjaga bendera Malaysia, ujarnya, Rabu (3/6/2024).

Ipunk mengatakan, KIA Malaysia tiba di dermaga Satwas PSDKP Langsa sekitar pukul 17.00 WIB pada Minggu (3/3/2024), kemudian tim PPNS Perikanan menyerahkan berkas perkara awak kapal dan barang bukti perkara KP Juragan. . Hiu 16, Kapten Albert Essing, di Kantor Margasatwa PSDKP Langsa, Stasiun PSDKP Belawan.

Dugaan pelanggaran KIA berbendera Malaysia yang melakukan kegiatan WPPNRI 571 tanpa izin sah dari pemerintah Indonesia dan pelanggaran Pasal 92 Pasal 26 ayat (1) Pasal 98 Pasal 42 ayat (3) Maritim. dan UU Perikanan No 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Perpu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, dan Pasal 85 jo Pasal 9 UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 2 miliar.

“KIA diamankan dengan nomor bagasi KM. KF 5032 merupakan jenis patroli GT 60 dengan awak 5 orang berkewarganegaraan Myanmar. “KIA ini pemilik TS (41 tahun) juga dari Myanmar dengan muatan 110 kg (ikan campur),” ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link