harfam.co.id, Jakarta Olahraga, termasuk angkat beban, dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kesehatannya.
“Dengan berolahraga kita bisa mengembangkan massa otot dan meningkatkan kemampuan otot dalam menyerap insulin atau kalau bisa dikatakan meningkatkan sensitivitas,” kata pakar kesehatan olahraga Andhika Raspati dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Dokter tim balap sepeda nasional Indonesia mengatakan, diabetes disebabkan oleh peningkatan jumlah insulin dalam darah yang tidak dapat diserap oleh bagian tubuh lain.
Saat berolahraga, otot-otot tubuh dapat berkembang lebih berkembang dan jumlah kerjanya meningkat, sehingga gula yang terkumpul mudah diserap dan tidak menumpuk di dalam darah.
Latihan beban ringan
Penderita diabetes bisa melakukan latihan beban dengan memulai dengan beban yang sangat ringan. Misalnya saja mengangkat barbel seberat satu atau dua kilogram atau melakukan push-up di dinding.
Namun bukan berarti Anda harus mengangkat beban puluhan kilogram, jadi gunakanlah beban yang lebih ringan. “Jujur saja harus mudah, karena penderita diabetes adalah orang yang tidak terlatih dalam olahraga, jadi harus memulainya dengan mudah. Dan pelan-pelan,” ujarnya.
Andhika menceritakan kisah merawat pasien berusia 85 tahun. Ketimbang pergi ke gym, mereka memilih melakukan kardio dengan menggunakan sebotol air mineral sebanyak 10-12 kali sehari. Hal ini dilakukan untuk pembentukan otot dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Jadi ide latihannya harus progresif bebannya, kalau bulan ini bisa dua kilogram, bulan depan tidak bisa 3-4 kilogram, kata Andhika dikutip Antara.
Pilihan olahraga mudah lainnya yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes adalah jalan santai, berenang, dan bersepeda.
“Kalau ototnya kita latih dulu, kita ke otot yang paling besar dulu, misalnya otot kaki, lalu otot gluteal dan punggung yang banyak menyerap gula di sana,” kata Andhika.
Di sisi lain, terkait kemungkinan penderita diabetes meminum obat setelah rutin berolahraga, Andhika mengatakan kemungkinan tersebut pasti mungkin terjadi. Namun hal ini ditentukan oleh gaya hidup masing-masing pasien, baik terkait olahraga maupun asupan makanan sehari-hari.
“Kadang tidak semua orang bisa disiplin. Jadi, apakah obatnya bisa dihentikan ya, mungkin, tapi setidaknya kita bisa bilang orang itu berhenti obatnya, dosisnya bisa dikurangi. latihan satu atau dua alasan saja sudah cukup,” kata Andhika.