January 24, 2025
Konsisten Urban Farming, KWT Srikandi Mrican Bisa Dukung Ketahanan Pangan Keluarga

Konsisten Urban Farming, KWT Srikandi Mrican Bisa Dukung Ketahanan Pangan Keluarga

0 0
Read Time:5 Minute, 44 Second

harfam.co.id, Jakarta Pertanian perkotaan atau urban farming demikian sebutannya, membawa berbagai manfaat bagi perempuan baik dari segi ekonomi, sosial, kesehatan, dan lingkungan. Hal inilah yang dirasakan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi di Padukuhan Mrican, Desa Depok, Kecamatan Caturtunggal, Sleman, DIY.

Sudah hampir 10 tahun KWT Srikandi terus melakukan praktik pertanian perkotaan di desanya. Merkea sendiri merupakan kawasan padat penduduk yang tak jauh dari pusat kota Yogyakarta. Mrican juga memiliki kampus universitas seperti UNY, UGM, dan Sanata Dharma.

Meski berada di tengah perkotaan, Padukuhan Mrican berhasil membuktikan mampu menciptakan ketahanan pangan tersendiri. Sumarji, Kepala Dusun Mrican, mengatakan KWT Srikandi didirikan untuk meningkatkan peluang bagi ibu-ibu di wilayahnya.

“Dulu, sebagian besar perempuan di sini menduduki posisi kosong. “Mereka menjual makanan karena tempatnya dekat dengan hotel dan kampus,” kata Sumarji saat ditemui di rumahnya, Sabtu (16/3/2024).

Dari situasi tersebut, Sumarji ingin warganya meningkatkan penjualannya. Bukan sekedar bersantai, tapi perempuan di daerahnya ingin diberdayakan.

“Saya diinstruksikan membangun KWT terlebih dahulu karena tidak bisa dilakukan sendiri atau tanpa kelompok,” ujarnya.

Saat itu, dia sama sekali buta terhadap pertanian. Latar belakangnya di bidang komersial, dan wilayahnya perkotaan, sehingga ia harus belajar dari sana sini untuk mendirikan KWT di kawasan padat penduduk.

“Tidak ada pertanian di sini, tidak ada apa-apa. Lalu saya akhirnya mencoba kosakata tersebut, menggunakannya di sini. “Karena ini pekarangannya kecil, saya terus menggunakan media di tembok saat itu,” ujarnya.

Bermodal bibit sayuran dari tantenya dan botol bekas, Sumarji mulai menanam di rumah. Ia pun menawarkan bibit sayuran kepada warga dan temannya dengan harga 5.000 aryi. Sumarji tidak sendirian melainkan dibantu istrinya, Nur Handayani, yang kini menjabat Ketua KWT Srikandi.

Ia memenuhi dinding beranda rumahnya dengan sayur-sayuran. Saat itu, Sumarji berharap ibu-ibu lain bisa mencontoh urban farming yang dilakukannya.

“Saya juga ingin membuka pikiran ibu-ibu. Bukan hanya sayuran saja yang punya harga jual. “Saya yakin tanaman tersebut akan memiliki nilai jual kembali yang lebih karena menarik,” kata Sumarji.

Agar lebih menarik perhatian, Sumarji pun mencari bibit sayuran unik. Dia mengenalkan para ibu pada cabai.

Usaha Sumarji perlahan mulai membuahkan hasil. Pada tahun 2014, pasangan ini berhasil merekrut 44 perempuan dari 25 RT di kota tersebut. Pada tanggal 26 Desember 2014, KWT Srikandi diresmikan.

Pasca berdirinya KWT Srikandi, ia memaparkan program Pangan Berkelanjutan Global (P2L) kepada pemerintah daerah. Dua tahun kemudian, KWT Srikandi mendapat bantuan dari Otoritas Perumahan Permanen Daerah (KRPL). Program ini mendorong KWT untuk mengembangkan pertanian perkotaan dari bibit.

Dengan memanfaatkan lahan tabungan kota, Sumarji akhirnya membuka skema perpindahan sederhana. Proyek percontohan ini akan berupa peternakan KWT dan pertanian perkotaan. KRPL menyediakan benih, pupuk dan peralatan urban farming. Saat itu, KWT mulai menanam 33 jenis sayur-sayuran dan buah-buahan.

Hingga saat ini, aktivitas urban farming KWT Srikandi terus berlanjut. Anggota dan warga dapat menikmati langsung hasil pertanian. Sumarji pun akhirnya berhasil membuktikan bahwa daerah perkotaan yang padat penduduknya bisa memiliki usaha pertanian sendiri dengan meningkatkan sumber daya yang ada.

“Di sini kami mengungkapkan apa artinya bersyukur. “Kita maksimalkan apa yang kita punya,” kata Sumarji.

Nur Handayani, Ketua KWT Srikandi, mengatakan sayur-sayuran yang dihasilkan di lahan pertanian sebagian besar dimakan oleh anggotanya. Ada pula yang hanya dijual di restoran seperti soto, penyetan, burjo, atau warteg. Cukup menggunakan keuntungan untuk operasi. Namun kehadiran pekerjaan urban farming bagi perempuan di desanya lebih memberikan manfaat dibandingkan uang yang diberikan.

Selain dijual, hasil pertanian KWT Srikandi dibagikan secara gratis kepada warga desa. Untuk mendukung pencegahan penyakit ISPA, KWT juga membagikan sayur-sayuran dan buah-buahan kepada ibu hamil.

“Meski hasilnya tidak sesuai ekspektasi, namun kami bisa membagikannya kepada masyarakat sekitar,” kata Nur.

Sambil melakukan urban farming, para ibu juga bisa menghemat uang untuk berbelanja. Sembari memanen di lokasi pertunjukan, para ibu dapat membawa pulang hasil panen untuk dinikmati bersama keluarga. Ibu-ibu juga bisa menjamin kualitas sayur dan buahnya, karena mereka menanamnya sendiri.

Karena semua sayuran di sini menyehatkan. “Mereka tahu apa yang mereka tanam,” kata Nur.

Nur mengatakan, pada akhirnya pertanian perkotaan memungkinkan perempuan berpartisipasi dalam menjamin ketersediaan dan kualitas pangan keluarga. Dengan cara ini, pertanian perkotaan yang dilakukan para ibu dapat mendukung ketahanan pangan.

Pertanian perkotaan di Mrican membawa perubahan bagi perempuan. Nur mengatakan perubahan yang paling terlihat adalah terbentuknya keberanian ibu untuk berkembang dan mendapatkan kekuatan.

“Mereka belum pernah berinteraksi sebelumnya. Akhirnya saat bergabung dengan KWT, ia mempunyai banyak teman. “Ini membuka pikiran mereka untuk lebih terbuka,” kata Nur.

Pola pikir berkembang pada akhirnya dibangun. Seorang ibu Amerika bisa lebih pintar dalam menghadapi situasi apa pun. Pengetahuan dan jaringan juga berperan. Hal ini akhirnya bisa menambah berat badan ibu, mimpi Sumarji.

“Apa yang dia tidak tahu, dia tahu. Apa yang mereka anggap masalah sulit dan tidak mungkin terlaksana, ternyata bisa terlaksana. Dan mereka juga memiliki lebih banyak kesempatan untuk berkomunikasi. “Jadi bisnis apa pun yang mereka inginkan, referensinya lebih luas,” tuturnya.

Kemajuan dan perbedaan KWT Srikandi dalam penerapan pertanian perkotaan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Selain pemerintah, KWT Srikandi juga mendapat dukungan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Nur mengatakan BRI pada tahun 2019 memberikan bantuan untuk meningkatkan keterampilan perempuan berupa pelatihan memasak dan peralatan senilai 10 juta dolar. Anggota KWT telah menggunakan bantuan ini dalam pengembangan perusahaan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Pada tahun 2023, KWT Srikandi juga akan mendapat bantuan untuk mendirikan proyek percontohan dalam program BRI Peduli Pertanian di Perkotaan atau BRInita. Bantuan tersebut meliputi benih, pupuk, dan bahan pendukung.

KWT Srikandi juga sering diundang untuk mengikuti pameran BRI. KWT seringkali membawa berbagai macam tanaman dan hasil olahannya. Melalui BRI, sebagian besar anggota KWT dapat dengan mudah mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Makanya dengan BRI kita tambah anggota, pendapatan kita juga meningkat, karena pertanian perkotaan lebih stabil, bantuannya juga lebih baik. “Maka masyarakat akan lebih mudah mengajukan KUR,” kata Nur.

CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono mengatakan mayoritas pertanian perkotaan adalah perempuan. Itu sebabnya BRI fokus pada pemberdayaan.

“Sebenarnya sebagian besar penggerak pertanian perkotaan di perkotaan adalah perempuan, sehingga bantuan yang diberikan selama ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan yang membawa pertanian perkotaan ke perkotaan,” kata John kepada harfam.co.id, Minggu (28/4). ) . /2024).

Untuk mendukung pemberdayaan perempuan di perkotaan, BRI memiliki program BRI Peduli Pertanian di Perkotaan atau BRInita. Program ini bertujuan untuk memperbaiki lahan yang ada untuk memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan.

BRInita fokus mengembangkan kawasan padat penduduk menjadi kawasan lingkungan dan kesehatan yang lebih baik, serta pemberdayaan masyarakat lokal. Program BRInita meliputi pembangunan sarana dan prasarana urban farming, pelatihan pertanian dan perawatan tanaman serta perikanan, pembentukan kelompok dan penyediaan alat usaha.

“BRINita atau BRI merupakan program BRI yang peduli terhadap pertanian di kota sebagai wujud nyata tanggung jawab sosial untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan hidup di pusat kota dengan memanfaatkan lahan terbatas di kawasan padat penduduk,” kata John.

John mengatakan, selain bantuan berupa sarana dan prasarana, BRI juga memberikan pelatihan yang memenuhi kebutuhan KWT untuk menunjang kegiatan sosial dan perekonomian. Program ini mendukung seluruh aspek masyarakat untuk meningkatkan kondisi perekonomian keluarga dan masyarakatnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D
Share via
Copy link