REPUBLIKA.CO. Biaya UKT yang terkesan tidak terjangkau jelas membebani mahasiswa.
“Protes mahasiswa yang meluas terhadap biaya UKT yang ditetapkan oleh lembaga harus dikembalikan sepenuhnya. Lembaga harus berani mengkomunikasikan secara terbuka satuan biaya yang menentukan jumlah UKT dan kategori yang menentukan kelompok mahasiswa UKT” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus berani menolak usulan UKT dari PTN jika dirasa memberatkan mahasiswa. ”
Sekadar informasi, mahasiswa yang tergabung dalam kelompok advokasi Universitas Gajah Mada (UGM) telah melakukan aksi di Hari Pendidikan. Dalam acara yang diselenggarakan di Aula UGM tersebut, mereka memaparkan hasil jajak pendapat yang menunjukkan bahwa 70% mahasiswa UGM menentang pembayaran UKT.
Tindakan tersebut awalnya dilakukan oleh siswa non-mogok yang memprotes kenaikan UKT siswa baru hingga akhirnya Kepala Sekolah menghentikan UKT. Protes mahasiswa terhadap mahalnya biaya UKT diketahui sering terjadi di berbagai institusi selama beberapa tahun terakhir, terutama PTN-BH.
Huda mengatakan, PTN dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN-BH) berhak menaikkan UKT mahasiswa. Namun, perusahaan tidak bisa seenaknya menentukan jumlah UKT. Menurut Huda, ada syarat yang harus dipenuhi PTN dan PTN-BH sebelum memutuskan menambah mahasiswa UKT.
“Ada parameter yang mempengaruhi jumlah UKT antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengajaran, lokasi lembaga, dan fasilitas pendukung sekolah,” ujarnya. Namun yang terpenting, ketika memutuskan UKT, Anda harus memikirkan nilai pendidikannya bagi masyarakat segala usia”.
Huda mengatakan, parameter tersebut akan memungkinkan untuk menilai apakah kenaikan UKT yang ditetapkan PTN dan PTN-BH dapat dibenarkan atau tidak. Ada peningkatan UKT dari Universitas Jenderal Soedirman.
“Perusahaan juga harus berani mengkomunikasikan kepada masyarakat alasan kenaikan UKT berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam Permendikbud 25/2020 di lingkungan pendidikan,” ujarnya.
Huda mengatakan, perdebatan UKT di Unsoed Purwokerto dan UGM menjadi bukti bahwa biaya pendidikan tinggi masih menjadi permasalahan utama bagi banyak mahasiswa Indonesia. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika jumlah lulusan SMA secara keseluruhan relatif muda dibandingkan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
“Mahalnya biaya masih menjadi permasalahan utama dalam membuka pendidikan tinggi bagi masyarakat segala usia. Ia berkata, “Ini akan menjadi poin penting dalam tinjauan sistem pendidikan negara. ”
Politisi PKB ini menilai perlu melihat lebih dekat apa yang menyebabkan biaya pendidikan tinggi di Indonesia meningkat begitu besar, serta kemampuan keuangan negara untuk menghadapinya. Saat ini anggaran pendidikan tahunan lebih dari Rp 600 juta.
Huda mengatakan: “Apakah pengelolaan anggaran merupakan cara yang tepat, atau kita perlu lebih jelas mengenai prioritas anggaran kita untuk membantu mengurangi biaya UKT bagi mahasiswa?”