JAKARTA – Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang tidak lagi mewajibkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah menuai kontroversi. Pramuka dinilai membawa banyak dampak positif, salah satunya adalah pembentukan karakter peserta didik.
Dosen Psikologi Universitas Paramadina Muhammad Iqbal mengatakan, kurikulum Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tidak lagi mewajibkan kegiatan ekstrakurikuler pramuka.
Karena Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis kepemimpinan dan Pramuka merupakan landasan dalam membina pemimpin masa depan.
Baca Juga: Benarkah Ekstrakurikuler Pramuka Tak Lagi Wajib? Demikian penjelasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Banyak pemimpin negara dan dunia usaha yang berutang keberhasilannya kepada Pramuka karena Pramuka melatih rasa cinta tanah air, kepemimpinan, dan pembentukan karakter,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (4 Januari 2024).
Dijelaskannya, Pramuka tetap harus menjadi kegiatan wajib karena berdampak positif terhadap pembentukan karakter siswa.
Lebih lanjut dikatakannya, kepramukaan jangan dijadikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang tidak esensial dan harus diperkuat di tengah gempuran teknologi informasi dan media sosial yang membuat banyak siswa menjadi anti sosial.
“Pemikiran dan teknologi yang terdepan sangat diperlukan untuk menyongsong Indonesia emas tahun 2045. Kebijakan menteri justru bertentangan dengan visi nasional Indonesia emas dan justru akan mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.
Baca juga: Siti Atikoh Ganjar: Pramuka Banyak Nilai Kebaikannya.
Iqbal menambahkan, pramuka mempunyai program yang sangat penting yaitu membangun karakter yang kuat dan menumbuhkan jiwa nasionalisme. Terlebih lagi, Gen Z sekarang memiliki masalah dengan interaksi sosial dan kepanduan adalah hal yang diperlukan.