Fenomena Doppelganger, Kembaran yang Tidak Memiliki Hubungan Darah

Read Time:3 Minute, 15 Second

harfam.co.id, Jakarta Fenomena doppelgänger mengacu pada konsep setiap orang memiliki “kembaran” yang identik secara fisik meski memiliki latar belakang dan kehidupan yang berbeda. Dalam bahasa Jerman, doppelgänger secara harfiah diterjemahkan menjadi “pengunjung ganda”, yang mencerminkan kehadiran atau penampilan seseorang yang masih hidup. Kata tersebut sering dikaitkan dengan konsep kejahatan yang mencoba menghancurkan kehidupan siapa pun yang bertemu dengan orang seperti dia.

Di Indonesia sendiri, kita bisa menemukan contoh fenomena serupa, seperti YouTuber Nessie Judge yang memiliki kemiripan dengan pembuat konten TikTok @Soykiron. Meskipun dalam beberapa cerita dan kepercayaan doppelganger dianggap sebagai pertanda buruk atau makhluk jahat, dalam budaya populer modern istilah ini juga digunakan untuk merujuk pada dua orang asing yang wajahnya sangat mirip sehingga terlihat seperti saudara kembar.

Fenomena doppelgänger juga menginspirasi berbagai cerita dan karya seni budaya populer. Contohnya adalah buku Dr. Jekyll and Mr. Hyde karya Robert Louis Stevenson yang menceritakan tentang seorang pria berkepribadian dua yang disebut Dokter. Jekyll yang baik dan Tuan Evil Hyde. Dalam ceritanya, doppelgänger digambarkan sebagai manifestasi dari dua sisi kepribadian yang saling bertentangan. Berikut ulasan lebih lanjut fenomena doppelgänger yang dihimpun harfam.co.id dari berbagai sumber, Jumat (22/3/2023).

Secara ilmiah, fenomena doppelgänger merupakan subjek yang menarik bagi para peneliti biomedis dan genetika untuk memahami secara mendalam kemiripan fisik dan genetik antara individu yang memiliki kemiripan wajah. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim ilmuwan di Barcelona, ​​​​Spanyol memberikan wawasan menarik mengenai fenomena tersebut.

Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Report pada 23 Agustus 2022 menunjukkan bahwa orang-orang dengan wajah mirip yang sering disebut doppelgänger juga memiliki kesamaan genetik dan kebiasaan gaya hidup. Penelitian tersebut melibatkan 16 pasang orang dengan wajah serupa yang direkrut dari proyek fotografi Francois Brunel, yang mengumpulkan foto orang serupa dari seluruh dunia.

Dalam studi tersebut, wajah peserta dicocokkan menggunakan tiga algoritma pengenalan wajah berbasis kecerdasan buatan (AI): jaringan saraf custom-net, algoritma MatConvNet, dan Microsoft Oxford Project Face API. Hasilnya, 16 pasangan dari 32 pasangan calon memenuhi kriteria individu serupa berdasarkan ketiga algoritma tersebut.

Yang menarik dari penelitian ini adalah ditemukan bahwa pasangan kembar tidak hanya identik secara fisik, tetapi juga secara genetik. Dari 16 pasangan yang dianalisis, setidaknya sembilan pasangan menunjukkan kesamaan genetik yang signifikan pada 19.277 varian genetik yang tidak berhubungan dengan setidaknya tiga derajat kekerabatan.

Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa pasangan kembar pun memiliki kesamaan dalam kebiasaan gaya hidup. Dengan menggunakan kuesioner yang mencakup 64 parameter terkait kebiasaan dan gaya hidup seperti merokok, minum, preferensi minuman, dan alergi, para peneliti menemukan bahwa pasangan kembar seringkali memiliki kebiasaan serupa.

Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa fenomena doppelgänger tidak hanya berkaitan dengan kemiripan fisik, tetapi juga faktor genetik dan kebiasaan gaya hidup. Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana ciri-ciri molekuler mempengaruhi struktur wajah manusia dan bagaimana kesamaan genetik dan kebiasaan hidup memprediksi pemahaman holistik yang lebih mendalam tentang seseorang.

Dalam mitologi, doppelganger dianggap sebagai fenomena menakutkan karena dikaitkan dengan pertanda buruk dan nasib tragis. Menurut laman Britannica, setiap orang diyakini memiliki setidaknya tujuh anak kembar di seluruh dunia.

Meskipun hal ini mungkin terdengar menarik, mitologi percaya bahwa kelahiran saudara kembar membawa nasib buruk dan bencana. Mitos tersebut merupakan bagian dari kepercayaan masyarakat Jerman dimana saling memandang dianggap sebagai tanda akan datangnya kematian dalam waktu dekat. Sedangkan jika orang lain melihat anak kembar kita, itu dianggap pertanda akan datangnya bencana dan kesialan.

Penting untuk diperhatikan bahwa doppelganger dalam mitos ini bukanlah iblis atau entitas supernatural. Mereka adalah orang-orang biasa yang berpenampilan fisik seperti kita. Namun, mitos yang diturunkan dari generasi ke generasi menimbulkan rasa misteri dan kecemasan terhadap doppelganger, sehingga banyak orang sebisa mungkin menghindarinya.

Dalam konteks mitologi, anak kembar menggambarkan salah satu aspek kepercayaan manusia terhadap nasib dan takdir. Fenomena ini merupakan cerminan masa depan yang tidak pasti dan ketakutan terhadap kekuatan-kekuatan yang mengendalikan kehidupan manusia. Meski belum ada bukti ilmiah yang mendukung mitos anak kembar, kehadiran mereka tetap menjadi bagian menarik dari warisan budaya dan kepercayaan masyarakat.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Mantan Istri Bongkar Aib Lagi, 2 Wanita Ini Disebut Jadi Selingkuhan Kurnia Meiga
Next post Terpopuler Otomotif: Dispensasi Masa Berlaku SIM, 5 Tanda Ban Mobil Harus Diganti