Saham EBT Naik Daun, PGEO Resmi Masuk Indeks LQ45

Read Time:3 Minute, 45 Second

harfam.co.id, Jakarta – PT Pertamina Geotermiki Energetika Tbk (PGEO) atau PGE berhasil masuk dalam 45 saham indeks dengan kapitalisasi pasar terbesar dan likuid di Indeks LQ45 Bursa Efek Indonesia (BEI). Pencapaian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang berkesinambungan didukung oleh landasan yang kokoh.

Direktur Pembiayaan Energi Panas Bumi Pertamina Nelwin Aldriansyah mengatakan masuknya PGEO ke dalam indeks mendapat sambutan positif dari pelaku pasar.

“Masuknya PGEO ke dalam indeks LQ45 merupakan pencapaian yang luar biasa. Bahkan, pada perdagangan sesi pertama, saham PGEO naik hampir 6 persen. LQ45 semakin menegaskan PGEO sebagai institusi penting di pasar modal,” kata Nelvin. . Rilis resminya, Sabtu (27/1/2024).

Pada Kamis, 25 Januari 2024, BEI mengumumkan hasil penilaian fundamental komponen indeks LQ45. Dalam amandemen ini, ada empat emiten baru yang masuk dalam indeks LQ45, termasuk PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Penerapan indikator baru ini berlaku efektif mulai 1 Februari 2024 hingga 31 Juli 2024.

Indeks LQ45 merupakan indeks penting dalam dunia investasi di Indonesia. Pemilihan indeks LQ45 didasarkan pada faktor-faktor seperti likuiditas yang tinggi, kapitalisasi pasar, fundamental perusahaan dan prospek pertumbuhan.

Dengan nilai pasar atau bobot saham PGEO yang berjumlah sekitar 0,29 persen dari total nilai indeks LQ45, kehadiran PGEO berkontribusi signifikan terhadap dinamika indeks. Kehadiran saham PGEO di indeks LQ45 menambah perhatian pasar modal. Dalam Investasi Berkelanjutan.

“Hal ini menunjukkan minat investor terhadap emiten sektor EBT sangat tinggi dan ini merupakan pertanda positif yang patut disyukuri,” kata Nelwin.

Masuknya saham PGEO ke dalam indeks LQ45 memberikan dorongan positif terhadap transisi energi di Indonesia, dan juga membuka peluang baru bagi PGEO untuk terus memberikan pengaruh positif pada sektor EBT.

Selain indeks LQ45, PGEO juga terwakili di indeks IDX30, IDX80, dan KOMPAS100. Dengan pencapaian ini, PGE optimis terhadap masa depan sebagai kekuatan pendorong utama peralihan Indonesia menuju energi berkelanjutan.

“Ke depannya, kami akan tetap berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi operasional, memberikan pertumbuhan positif dan nilai berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan.”

Sebelumnya telah dilaporkan bahwa menarik untuk berinvestasi di sektor ini dan meningkatkan skema energi ramah lingkungan. Salah satunya adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO).

Perseroan mendapat pinjaman sebesar $155 juta dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 di Kabupaten Mura Anim, Sumatera Selatan. Pembangunan PLTP Lumut Balai Unit 2 akan meningkatkan kapasitas panas bumi di wilayah Lumut Balai sebesar 55 MW dan menjadikan total listrik panas bumi di wilayah tersebut menjadi 110 MW.

Chandra Pasaribu, kepala riset PT uananta Sekuritas di Indonesia, meyakini prospek penilaian bisnis dan saham PGEO menarik. Menurut dia, ada dua hal menarik dari bisnis energi panas bumi yang dijalankan Pertamina. Pertama, bisnis perusahaan. Kedua, dari sudut pandang pelaku pasar atau investor terhadap potensi saham energi terbarukan.

“Secara fundamental, dia (PGEO) sebagai emiten yang bergerak di bidang energi panas bumi, tentu tidak ada masalah. Tidak masalah. Semua baik-baik saja dan akan membaik dalam lima tahun ke depan. Tujuh Tahun,” kata Chandra, Jumat (22 /12/2023).

Asumsi membaiknya keadaan tidak lepas dari kenyataan bahwa pemerintah sudah mulai mengubah perilakunya menjadi penggunaan energi terbarukan (REB). Intervensi langsung pemerintah terhadap tren ini akan memfasilitasi segala sesuatu yang akan membantu mencapai tujuan ini di masa depan.

“Jadi, secara fundamental, berinvestasi pada (perusahaan) energi ramah lingkungan seperti PGEO jelas merupakan hal yang benar untuk dilakukan,” kata Chandra.

Selain itu, dari sisi perusahaan publik, hingga saat ini ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Artinya, seluruh potensi investasi hijau di Bursa Nasional akan difokuskan pada dua saham tersebut saja.

Chandra tak segan-segan mengatakan PGEO memiliki prospek cerah di tahun-tahun mendatang. Inisiatif ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mempercepat transisi energi ramah lingkungan di Indonesia.

“Kalau kita bicara dengan investor ritel, mereka punya horizon investasi pendek sehingga bisa mengabaikan fundamental. Sebaliknya, investor institusi punya horizon investasi jangka menengah dan panjang sehingga harus membatasi risiko investasinya. Fundamental.” Chandra menjelaskan.

Mengutip laporan kuartal ketiga tahun 2023, Chandra mengatakan kinerja PGEO sangat mengesankan dengan total pembangkitan listrik dan uap sebesar 3.586 GW (+4,3 persen). Operasional perusahaan sangat stabil dengan 99,9 persen uap dan 97,6 persen listrik. Sedangkan pada triwulan III 2023, faktor daya gabungan mencapai 86,0 persen, uap 81,0 persen, dan listrik 92,0 persen. Hal ini menunjukkan efisiensi operasional yang tinggi.

“Saat ini, kami melihat momentum yang kuat bagi PGEO karena intensifnya isu energi hijau. Hasilnya, pertumbuhan jangka panjang yuan meningkat menjadi 3 persen (sebelumnya 2 persen),” ujarnya. Target harga saham tersebut adalah PGEO Rp 1.420 per saham.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Ragnar Oratmangoen Ingin Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia
Next post WHO Sebut Beban Penyakit Menular Tropis di Indonesia Masih Tinggi