Inspirasi Kartini Masa Kini di Pelosok Indonesia, Edukasi Kesehatan Perempuan Lewat Aksi Kolektif di TikTok

Read Time:3 Minute, 26 Second

harfam.co.id, Jakarta – Perjuangan Kartini tidak akan pernah ada habisnya, meski sosoknya telah tiada, semangatnya tetap dikenang oleh perempuan. Seperti dua tokoh Kartini masa kini, dr. Amira, SpOG dan bidan Wike Aprilia Batuka memiliki akses terbatas ke daerah terpencil di Indonesia.

Keduanya adalah tenaga kesehatan yang berjuang di daerah terpencil yang akses transportasi dan akomodasinya terbatas. Meski menghadapi kendala, semangat kami untuk membantu mereka yang membutuhkan tidak pernah goyah.

Oke, dokter. Amira dan Bidan Wike secara kreatif menggunakan media sosial TikTok sebagai ruang inklusif untuk menghubungkan, menginspirasi, dan mendorong komunitas perempuan di Indonesia secara positif. Mereja berbicara tentang literasi kesehatan yang sangat sulit dilakukan di daerah terpencil.

Pertama, dr Amira merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Fakfak, Papua Barat. Ia aktif membagikan konten edukasi seputar kesehatan reproduksi dan kehamilan di TikTok untuk mengedukasi masyarakat, khususnya perempuan, tentang kesehatan seksual.

“Dokter memiliki beberapa tugas, termasuk pencegahan dan promosi. TikTok memberikan peluang besar untuk menjadi wadah bagi tugas-tugas tersebut, di mana para dokter dapat mempraktikkan ilmunya,” ujarnya pada 19 April 2024, dalam wawancara online dengan media di Jumat.

Banyak pasien di wilayah ini mungkin tidak memiliki akses ke internet, katanya. “Tetapi ketika mereka login, hal pertama yang mereka coba lakukan adalah membuka TikTok untuk mendapatkan informasi,” kata dr Almira.

Menurut Dr. Almira menunjukkan bagaimana TikTok telah menjadi platform informasi yang dapat diakses dan dipelajari oleh banyak masyarakat di Indonesia. Konten TikTok pertamanya menarik perhatian orang-orang, menampilkan seorang pasien berusia 23 tahun yang sedang mengandung anak ketujuh.

“5 jam dari Fakfak (Papua Barat). Bawalah mesin USG digital portabel beserta peralatannya ke desa,” ujarnya antusias.

Ia mengatakan, kasus seperti ini sering terjadi di daerah terpencil yang angka kematian ibu dan anak masih tinggi. Pengetahuan perempuan mengenai kesehatan reproduksi masih sangat rendah.

Postingannya mengunjungi pasien lain juga menjadi viral di TikTok. Almira, yang menyelesaikan gelarnya melalui beasiswa Kementerian Kesehatan, juga sering dipanggil untuk belajar melalui TikTok dan melihat dampak yang signifikan.

Di Papua Barat sendiri, dr Almira bertugas di RSUD Fakfak pada hari kerja yakni Senin hingga Jumat. RSUD biasanya menerima rujukan dari puskesmas dan fasilitas kesehatan setempat.

Sementara itu, di akhir pekan, dr. Almira dan beberapa rekannya menyambangi rumah warga dengan semangat ingin membantu warga yang harus bermain sepak bola.

Selain sulitnya akses ke rumah sakit, masyarakat juga lebih percaya pada dukun karena hal ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Oleh karena itu, dr Almira ingin memberikan wawasan lebih luas kepada perempuan mengenai kesehatan reproduksi melalui konten edukasi yang diunggahnya di TikTok.

“Komunikasi di sini penting, harus komunikasi dari hati. Posisi kita bukan mau menerima dengan sikap merendahkan, tidak juga memperbaiki kebiasaan yang ada, tapi karena cinta dalam menerima pasien, mengirim pasien,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Vike Aprilia Statuka, bidan asal Sulawesi yang kemudian bekerja di salah satu puskesmas di pedalaman Marauke. “Awalnya saya berangkat kerja di Papua dan langsung ditugaskan di pedalaman pada April 2027, sekarang sudah 7 tahun,” ujarnya di kesempatan yang sama.

Menurutnya, saat itu belum ada tenaga medis, awalnya hanya ada dua orang yang mendampinginya. “Kehidupan di Papua sangat menyedihkan, sejak itu saya ingin lebih dekat dengan masyarakat,” kata Wike.

Terakhir melalui unggahan TikToknya, Wike berbagi cerita tentang kesehariannya sebagai bidan dan kehidupan masyarakat Papua. Wike menggunakan TikTok untuk meningkatkan kesadaran akan keterbatasan infrastruktur kesehatan, khususnya di kalangan ibu yang tinggal di berbagai daerah terpencil di Indonesia.

Terkait hal tersebut, peraih penghargaan Changemaker of the Year di TikTok Awards Indonesia 2023 ini mengatakan: “Dampak yang saya rasakan dari penggunaan TikTok sangat luar biasa. Selain terkenal di masyarakat, saya juga menemukan kesuksesan melalui platform ini. “meningkatkan kesadaran dan empati” di antara pengguna TikTok lainnya terkait dengan pendidikan kesehatan,” tambahnya.

Lebih lanjut, menurut Wike, banyak pihak yang akhirnya memberikan bantuan untuk menunjang infrastruktur kesehatan agar lebih mudah diakses oleh orang-orang di sekitarnya. Oke, dokter. Almira dan Bidan Wike berharap pemerataan dan akses layanan kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dapat menjadi perhatian para politisi.

Kedua tenaga medis yang menjadi inspirasi sosok Kartini saat ini pun aktif berbagi melalui konten video pendek. Sebagai kreator, mereka ingin terus menunjukkan bagaimana perempuan dapat memberikan pengaruh positif kepada orang lain melalui upaya kolektif mereka di TikTok.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post 1.705 Pemudik Ikut Arus Balik Mudik Gratis Kemenhub Naik Kapal Rute Semarang-Jakarta
Next post Hacker Sudah Tahu Kata Sandi yang Sering Dipakai Pengguna Internet Indonesia